Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta dan hewan tingkat
rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (invertebrata). Cacing ini
bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, terutama bagi masyarakat
pedesaan. Namun hewan ini mempunyai potensi yang sangat menakjubkan bagi
kehidupan dan kesejahteraan manusia.
Jenis-jenis yang paling banyak dikembangkan oleh manusia berasal dari
famili Megascolicidae dan Lumbricidae dengan genus Lumbricus, Eiseinia, Pheretima,
Perionyx, Diplocardi, dan Lidrillus. Beberapa jenis cacing tanah yang kini
banyak diternakkan antara lain : Pheretima, Perionyx, dan Lumbricus.
Cacing tanah
jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh
pipih, jumlah segmen sekitar 27-32. Cacing jenis Lumbricus rubellus memiliki
keunggulan lebih dibandingkan kedua jenis cacing yang lain diatas, karena produktivitasnya
tinggi serta tidak banyak bergerak.
Cacing Lumricus rubellus merupakan salah satu dari sekian banyak species cacing
tanah yang ada di muka bumi belakangan ini marak dibicarakan karena banyaknya
manfaat yang bisa diberikan dalam kehidupan manusia, mulai dari sebagai pakan
ternak, obat, kosmetik, penghasil pupuk organik, pelenyap sampah hingga makanan
manusia.
Dalam bidang
pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan
struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh
tanaman menjadi lebih baik. Selain itu, cacing tanah dapat digunakan sebagai
bahan pakan ternak. Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi,
cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan,
udang dan kodok.Banyaknya manfaat yang dapat
diperoleh dari cacing tanah menyebabkan prospek usahanya semakin cerah.
Khususnya di dunia perikanan cacing L. rubellus
sangat cocok digunakan sebagai pakan untuk induk ikan karena komposisi
nutrisinya yang sangat bagus, dimana kandungan proteinnya berkisar antara
64-76%.
Gambar 1. Cacing Lumbricus rubellus |
A.
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Annelida
Class :
Clitellata
Order :
Haplotaxida
Family :
Lumbricidae
Genus :
Lumbricus
Species :
Lumbricus rubellus
Palungkung (2010) mengemukakan
bahwa cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok Oligochaeta, termasuk dalam filum Annelida. Filum annelida terbagi menjadi tiga kelas
sebagai berikut :
1. Polychaeta
Disetiap segmennya
terdapat sepasang kaki (parapodia). Jumlah segmennya lebih dari 200
segmen. Contoh cacing kelas ini adalah cacing wawo (lysidice oele) dan cacing Palalo (Eunice viridis).
2. Hirudinae
Tubuhnya pipi dan
hidup sebagai predator di airlaut dan air tawar. Memiliki dua alat pengisap makanan yang
terletak dibagian anterior (mulut) dan posteriaor (anus). Contoh cacing dari kelas ini adalah lintah (Hidudo menicinalis)
3. Oligochaeta
Kelas oligochaeta
terbagi menjadi 12 famili. Cacing dari
kelas ini disebut dengan cacing tanah.
Beberapa famili yang terkenal adalah Lumbricidae, Acnthrodrilidae,
Octochaetidae, dan megascoleidae.
Cacing tanah secara
umum dapat dikelompokkan berdasarkan tempat hidupnya, kotorannya, penampakan
warna, dan makanan kesukaannya. Cacing lumbricus masuk dalam kelompok cacing Efigaesis yaitu cacing yang aktif
dipermukaan. Warnanya gelap kotorannya
tidak tampak jelas dan tidak membuat lubang saat mengeluarkan kotoran. Cacing ini memakan serasah dipermukaan tanah
dan tidak mencernah tanah.
B. Ciri-ciri Fisik Cacing Lumbricus rubellus
Ciri-ciri fisik
cacing tanah antara lain pada tubuhnya terdapat segnmen luar dan dalam,
berambut serta mempunyai kerangka luar.
Tubuhnya dilindungi oleh kutikula
(kulit bagian luar), tidak memiliki alat gerak seperti kebanyakan
binatang, dan tidak memiliki mata.
Cacing tanah tidak
memiliki mata tetapi pada tubuhnya terdapat prostomium. Prostomiumini merupakan organ saraf perasa
dan perbentuk seperti bibir. Organ ini
terbentuk dari tonjolan daging yang dapat menutupi lubang mulut. Prostomium terdapat dibagian depan
tubuhnya. Dengan adanya prostomium ini
membuat cacing tanah peka terhadap benda-benda di sekelilingnya. Itulah
sebabnya cacing tanah dapat menemukan bahan organik yang menjadi makanannya
walaupun tidak punya mata.
C. Perkembangbiakan cacing tanah
Cacing tanah
termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam
satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat dilakukannya sendiri.
Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon
yang berisi telur-telur. Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3
besar kepala korek api. Kokon ini diletakkan di
tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon
akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor. Diperkirakan 100 ekor cacing
dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai
dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang ditandai dengan adanya gelang (klitelum)
pada tubuh bagian depan. Selama 7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan
dihasilkan 1 kokon.
D. Anatomi
Cacing Tanah
Tubuh cacing tanah sebagian besar terdiri
dari air dan tersusun atas segmen-segmen (sekitar 95 segmen) yang dapat
menyusut dan meregang untuk membantu cacing bergerak di dalam tanah. Cacing tanah tidak memiliki tulang, gigi, mata, telinga
atau kaki. Cacing tanah memiliki lima jantung.
Cacing tanah memiliki organ perasa yang
sensitif terhadap cahaya dan sentuhan (reseptor sel) untuk membedakan perbedaan
intensitas cahaya dan merasakan getaran di dalam tanah. Selain itu, mereka juga
memiliki kemoreseptor khusus yang bereaksi terhadap rangsangan kimia. Organ-
organ perasa pada cacing tanah terletak di bagian anterior (depan/muka).
Kepala cacing tanah terletak pada bagian
yang paling dekat dengan clitellum. Mereka biasanya bergerak searah bagian
kepala menghadap saat berpindah tempat. Clitellum adalah segmen pada cacing
tanah (mirip korset) tempat kelenjar sel. Fungsinya untuk membentuk kokon
(kepompong) dari sekresi lendir dimana sel-sel telur akan diletakkan nantinya
di dalam kokon ini.
Selama periode kekeringan, beberapa spesies
cacing tanah akan kehilangan ciri-ciri seksual sekunder untuk sementara,
seperti hilangnya clitellum. Saat keadaan membaik, clitellum akan terbentuk
kembali. Clitellum juga bisa menghilang pada usia tua. Cacing tanah bernapas
dengan kulit mereka yang tipis. Kulit cacing harus tetap lembab sepanjang waktu
untuk memungkinkan untuk menghirup oksigen yang sangat dibutuhkan.
Oksigen yang masuk lewat kulit akan diikat
oleh hemoglobin dalam darah dan akan diedarkan ke seluruh tubuh. Jika kulit
mereka mengering, cacing tanah akan mati lemas. Kulit cacing tanah sangat
sensitif terhadap cahaya matahari langsung ataupun suhu panas yang dapat
membuat kulit mereka kering. Cacing tanah adalah hewan berdarah dingin
(poikiloterm), mereka tidak mampu menghasilkan panas tubuh. Suhu tubuh mereka dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
E. Makanan
Cacing Tanah
Dalam kondisi tepat, cacing tanah dapat
makan sebanyak berat tubuh mereka per harinya. Sebagai contoh, 1 kg cacing
tanah dapat makan 1 kg makanan setiap hari. Namun disarankan untuk memberikan
makanan setengah dari berat tubuh cacing di awal pemeliharaan untuk selanjutnya
disesuaikan dengan kemampuan makan cacing. Jika makanan terlalu banyak, tempat
pemeliharaan akan menjadi bau karena cacing tidak dapat memproses semua makanan
sebelum makanan membusuk. Terlalu sedikit, cacing akan kelaparan.
Cacing
tanah akan makan apa saja yang bersifat organik yang dapat diuraikan dan harus
lembab. Cacing tanah tidak bisa makan makanan kering. Makanan dicerna dalam
ampela, yang bertindak seperti gigi untuk menggiling makanan. Usus memecahnya
lebih lanjut dan keluar sebagai kotoran (castings) yang sangat bermanfaat bagi
tanaman.
Firman
Pra Setia Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Kabupaten
Banyuwangi