Gabus adalah ikan air tawar yang telah lama dikenal
sebagai ikan konsumsi. Ikan yang memiliki kepala mirip ular ini, sebelumnya
dikenal sebagai hama dalam budi daya ikan dan udang di kolam dan tambak-tambak
bersalinitas rendah, karena gabus merupakan predator (pemangsa). Namun, saat
ini gabus menjadi salah satu ikan budi daya.
Klasifikasi,
Morfologi, dan Jenisnya
Nama gabus dipakai untuk menyebut ikan dari famili
Channidae. Suku ikan air tawar yang hidup di kawasan tropis Afrika, Asia
Selatan, Asia Tenggara dan Asia Timur. Bagian badan dari ikan-ikan ini hampir
bundar di bagian depan dan pipih tegak ke arah belakang. Kadang-kadang disebut
sebagai ikan berkepala ular (snake head) karena kepalanya lebar dan bersisik
besar, mulutnya bersudut tajam, sirip punggung dan sirip dubur panjang dan
tingginya hampir sama.
Semua jenis anggotanya mampu menghirup udara dari
atmosfer karena memiliki organ napas tambahan pada bagian atas insangnya, yang
disebut diverticula, yang merupakan tulang rawan terletak pada
daerah pharink. Dengan organ ini, ikan-ikan dari suku ini mampu
bergerak dalam jarak jauh pada musim kemarau untuk mencari sumber air yang
lebih menetap.
Spesies Channa micropeltes yang dikenal
sebagai toman merupakan jenis yang berukuran besar akan menyerang
ара saja yang mendekati anak-anaknya. Ikan-ikan muda sering bersama-sama
dan membentuk kelompok yang besar.
Jenis-jenis yang tergolong dalam famili ini antara
lain Channa bankanensis, C. cyanospilos, C. gachua, C. lucius, C. marulioides, C. melanopterus, C.
meiasoma, G micropeltes, С Pleurophthalmus, dan
С striata. Dari jenis-jenis
tersebut, yang dikenal sebagai ikan konsumsi penting adalah
С striata atau biasa disebut
gabus, C. pleurophthalmus dan C. micropeltes yang sering disebut
ikan bogo dan toman.
Nama
famili Channidae ini hendaknya dibedakan dari Chanidae, yaitu ikan bandeng
(Chanos chanos). Nama yang lebih tua, yaitu Ophiocephalidae dan Ophi-cephalidae
(atau spesiesnya Ophiocephaius) sekarang tidak digunakan lagi. Hal ini
tidak berarti bahwa nama terdahulu itu salah, tetapi dengan berjalannya waktu,
terjadi beberapa penemuan iimiah baru dan perubahan dalam hubungan kekerabatannya
lebih dipahami, yang kemudian para ahli memberikan nama baru sesuai dengan
temuan-temuan tersebut. Secara taksonomi, gabus diklasi-fikasikan sebagai
berikut:
Fillum :
Chordata
Kelas :
Osteichthyes
Sub Kelas : Actinopterygii
Ordo :
Perciformes
Famili :
Channidae
Genus :
Channa
Spesies : Channa striata (Gabus), C. micropeltes (Toman),
C. Pleurophthalmus (Bogo)
Ikan dalam genera Channa diperkirakan mempunyai 10 spesies.
Namun hanya sedikit yang dikenal dan ditangkap. Gabus merupakan salah satu
spesies Channa yang dikenal sebagai ikan konsumsi penting.
Bentuk tubuh Gabus (Channa striata/Ohiocephalus
sriatus) hampir bulat panjang, makin ke belakang makin menjadi
gepeng, punggungnya cembung, perutnya rata, sirip punggungnya lebih panjang
daripada sirip dubur. Tubuhnya ditutupi oleh sisik berwarna hitam dengan
sedikit belang pada bagian punggung, sedangkan perutnya berwarna putih. Sirip
punggungnya terdapat 38 - 43 jari-jari lunak, sirip duburnya disokong 23 - 27
jari-jari lunak, sirip dada membulat yang disokong 15 - 17 jari-jari lunak.
Gurat sisik (linea lateralis) sempurna dengan 52 -57 sisik. Sisi badan
mempunyai pita warna berbentuk '<* mengarah ke depan, bagian atas umumnya
tidak jelas pada ikan dewasa, tidak ada gigi bentuk taring pada vomer dan
palatine, 4-5 sisik antara gurat sisi
dan pangkal jari-jari sirip punggung bagian depan.
Ada dua varietas gabus, yaitu yang cepat tumbuh dan
lambat tumbuh. Gabus yang cepat tumbuh umumnya hidup di sekitar danau dan
mempunyai warna sisik punggung abu-abu muda, bagian dada berwarna putih
keperak-perakan, dan pada umur yang sama, panjang total dan lebar badannya
lebih besar dari varietas yang lambat tumbuh (Choesaeri, 1981).
Gabus dapat mencapai ukuran panjang 100 cm. Hidup di
sungai, muara sungai yang berair payau sampai 8 ppt, danau, dan rawa-rawa. Nama
daerahnya sangat banyak seperti gabus, deleg, bodo, gapo, bace, haruan,
sepunkat, dan sebagainya.
Habitat, Kebiasaan
Hidup, dan Penyebaran
Ikan-ikan dari genera Channa hidup di sungai, danau,
waduk, rawa-rawa, dan berbagai genangan air lainnya. Ikan gabus (Channa striata) juga hidup di muara
sungai yang berair payau sampai salinitas 8 ppt (part per thousand).
Ikan-ikan dari suku ini, termasuk gabus, hidup berdiam
di bagian perairan yang tenang, kadang-kadang bersembunyi di balik vegetasi
atau pohon yang turn-bang. Pada perairan yang mulai mengering dan ikan tidak
menemukan sumber air lain, ikan akan mengubur diri di dalam lumpur.
Sebagai ikan yang mampu mengambil oksigen langsung dari
udara, gabus dapat hidup di perairan minim oksigen, bahkan pada perairan yang
tercemar sekalipun. Karena itu gabus dapat dipelihara di kolam air tergenang,
seperti kolam tadah hujan (KTH) dan kolam terpal (KT). Namun, gabus hanya
tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada perairan dengan kualitas air
optimum. Tabel 13.1 menyajikan kriteria kualitas air untuk budi daya ikan gabus.
Ikan-ikan genera Channa tersebar di Malaysia, IndoChina, Philipina, Sundaland, India,
Thailand, dan Indonesia. Di Indonesia, ikan-ikan ini ditemukan di Kalimantan,
Sumatera, Bali, Sulawesi, Jawa, Madura, Flores, Maluku, Nusa Tenggara, dan
Papua.
Makanan
dan Kebiasaan Makan
Semua spesies bersifat predator (pemangsa) yang
memakan cacing, katak, anak-anak ikan, udang, siput, ketam, dan sebagainya.
Gabus juga dapat memakan hewan darat yang jatuh atau dibuang ke air. Penulis
menyaksikan seekor gabus yang panjangnya mencapai 40 cm, ketika dibedah di
dalam perutnya terdapat seekor tikus ukuran sedang. Di Makassar (Sulawesi
Selatan), gabus sering dipancing dengan menggunakan umpan anak kodok.
Petani ikan dan nelayan di Kalimantan, khususnya
daerah Kalimantan Timur banyak memelihara ikan gabus dalam keramba/haba. Benih
gabus yang dipelihara berasal dari hasil tangkapan di sekitar Danau Semayang
dan Danau Melintang. Ukuran ikan yang ditangkap masih sangat kecil, yaitu masih
diasuh induknya. Benih tersebut dipelihara sampai mencapai bobot 10 g/ekor
dengan pemberian pakan berupa gilingan daging ikan-ikan kecil. Setelah
berukuran 10 g/ekor, ikan-ikan tersebut ditebar kembali dalam keramba hingga
mencapai ukuran 700 -1.000 g/ekordengan masa pemeliharaan berkisar antara 10
-12 bulan.
Pemeliharaan gabus dengan menggunakan keramba yang
diapungkan dengan balok kayu bulat, dengan menebar benih gabus ukuran 10 g/ekor
dan kepadatan 1.000 ekor/keramba dan diberi pakan ikan-ikan kecil yang berasal
dari hasil tangkapan nelayan. Setelah pemeliharaan 8 bulan, ikan dapat mencapai
ukuran rata-rata 1 kg/ekor (Sadili dan Koeshendrajana, 1989).
Makanan untuk ikan gabus yang dipelihara berupa
ikan-ikan kecil. Jenis ikan yang tertangkap untuk makanan ikan gabus terdiri
dari 15 jenis (Zehrfeld et ah, 4985), enam jenis di antaranya termasuk
jenis ikan bernilai ekonomis, yaitu benih jelawat (Leptobarbus hoeveni), kendia
(Thynich-thys voilanti), repang (Puntius nini), puyau (Osteoch/lus hasseiti), sepat (Trichogaster spp), dan biawan
(Helos-toma temmincki). Pemeliharaan gabus dengan pakan ikan-ikan
kecil ini diduga akan mengakibatkan terjadinya penurunan ketersediaan jenis
ikan yang bernilai ekonomis (Suryanti et а/.,1997).
Gabus budi daya diberi pakan berupa ikan-ikan kecil
atau potongan daging ikan sebanyak 5 - 10% bobot total ikan dengan frekuensi
pemberian 2-3 kali sehari. Percobaan
pembesaran toman di dalam sangkar dengan menebar benih ukuran rata-rata 5,8
g/ekor dan diberi pakan berupa ikan rucah. Setelah 14 bulan tumbuh menjadi
rata-rata 1.035 g/ekor (Ondara, 1978). Secara teknis di tingkat nelayan,
pembesaran toman telah berkembang, namun secara ekonomi usaha ini belum
menguntungkan karena harga pakan masih relatif tinggi (Nasution dan Said,
1990). Hal ini karena pembesaran toman dan gabus, masih mengandalkan pakan
berupa ikan-ikan rucah. Oleh karenanya masih perlu diteliti tentang penggunaan
pakan yang lebih murah, termasuk pakan buatan, sehingga budi daya gabus dan
toman menguntungkan.
Karena itu, untuk memberi alternatif pakan gabus dan
toman selain ikan rucah, seiring dengan makin sulitnya memperoleh ikan-ikan
kecil untuk pakan ikan gabus, telah dilakukan percobaan pemberian pakan buatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Suryanti et ah (1997), dengan
mengujikan pakan buatan yang mengandung protein 30%, 35%, dan 40% dengan
pemberian pakan 3% dan 5% bobot biomassa, diketahui bahwa di antara ketiga
kadar protein, kadar 35% merupakan protein yang menghasilkan pertumbuhan bobot
tertinggi dan jumlah ransum 5%. Sedangkan nilai konversi pakan yang terbaik
adalah pada tingkat pakan 35%, baik pada ransum harian 3% (2,62) maupun 5%
(4,58).
Nilai konversi pakan pada kadar protein 35% lebih baik
dibandingkan pada kadar protein 30% dan 40%. Tingginya nilai konversi pakan
pada ikan yang diberi pakan dengan kadar protein rendah (30%) dan kadar protein
yang lebih tinggi (40%) menunjukkan penggunaan pakan yang kurang efisien.
Dibanding dengan kon versi pakan yang
diberi ikan rucah, nilai konversi pada kadar protein 35% relatif lebih baik.
Hal ini berarti tingkat konsumsi ikan tersebut cukup baik sehingga dalam
penggunaan pakannya lebih efisien. Tingkat sintasan ikan yang diberi pakan
ikan rucah relatif lebih rendah dibanding ikan gabus yang diberi pelet. Hal ini
diduga dosis pakan ikan rucah (9%) yang diberikan kurang mencukupi kebutuhan
ikan tersebut (Suryanti et al.,1997). Menurut Adnyana (1979) pemberian dosis
pakan (rucah) yang paling efektif dalam pertumbuhan ikan gabus adalah 10% dari
bobot tubuhnya karena pemberian pakan di bawah 10% tidak akan mem-berikan
pertumbuhan bobot dan panjang yang berarti. Sedangkan pemberian pakan di atas
10% akan menyebabkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pakan yang tidak termakan
yang mengakibatkan terjadinya pembusukan.
Dibandingkan dengan pertambahan bobot gabus yang
diberi ikan rucah (52,69 g), pertambahan bobot ikan yang diberi pelet masih
rendah. Secara visual ikan yang diberi pelet ini masih mempunyai kekurangan,
yaitu mempunyai kandungan lemak tinggi, terutama di bagian perut, sehingga
tekstur dagingnya tidak seperti gabus yang diberi pakan ikan rucah, yaitu
kenyal. Karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan kemungkinan
dengan perbaikan mutu pakan atau aspek lain (Suryanti et al.,1997).
Reproduksi
Di perairan umum gabus memijah pada musim hujan dengan
membuat sarang busa di antara vegetasi di tepi-tepi perairan rawa-rawa atau
pada bagian sungai yang berarus lambat. Telur-telur yang dibuahi ditaruh di
dalam sarang dan akan menetas 2 hari atau 32 - 36 jam setelah pembuahan.
Spesies Channa gachua yang hidup di sungai-sungai dan di
pegunungan menyimpan telur di dalam mulutnya.
Anak-anak gabus bergerombol dan selalu dijaga oleh
induknya. Benih ini me-nempati bagian perairan yang agak dalam. Ketika menjaga
anak-anaknya, induk gabus sangat galak dan menyerang
ара saja di dekatnya.
Gabus mulai matang kelamin pada usia > 8 bulan dan ukuran
> 700 g/ekor. Jantan dan betina ikan gabus bisa dibedakan dengan mudah.
Caranya dengan melihat tanda-tanda pada tubuh. Jantan ditandai dengan kepala
lonjong, warna tubuh lebih gelap, lubang kelamin memerah dan apabila diurut
keluar cairan putih bening. Betina ditandai dengan kepala membulat, warna tubuh
lebih terang, perut membesar dan lembek, bila diurut keluar telur. Telur ikan
gabus bersifat terapung. Seekor induk betina ukuran 1 kg dapat menghasilkan
10.000 -11.000 butir telur.
Firman Pra Setia Nugraha,
S.St.Pi
Penyuluh
Perikanan Kabupaten Banyuwangi