Senin, 03 Desember 2018

Penanggulangan Hama dalam Budidaya


Hama adalah organisme yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan budi daya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hama dapat berupa preda­tor (pemangsa), kompetitor (penyaing), dan perusak sarana budi daya. Untuk menanggulangi serangan hama lebih ditekankan pada sistem pengendalian hama terpadu, yaitu pemberantasan hama yang berhasil tetapi tidak mengaki­batkan kerusakan ekosistem. Dengan kata lain, apabila masih ada cara yang dapat dilakukan dan ternyata memberikan hasil baik, tidak perlu menggunakan obat-obatan, apalagi obat-obatan buatan pabrik (pestisida anorganik). Pembe­rian obat-obatan sering menimbulkan masalah baru yang merugikan, misalnya lahir-nya generasi penyakit yang tahan terhadap obat-obatan yang diberikan.

PENGGUNAAN PESTISIDA NABATI
Tindakan pencegahan dengan mempersiapkan wadah budi daya yang optimal berupa pengeringan dan pengapuran kolam/tambak yang cukup, pintu air di­lengkapi filter, jaring keramba tidak bocor, akan memberikan andil yang sangat besar dalam usaha penanggulangan hama. Apabila upaya penanggulangan ha­ma seperti itu tidak memberikan hasil yang baik, terutama pada kolam/tambak yang sulit dikeringkan, maka dapat dilakukan upaya penanggulangan dengan menggunakan pestisida alami (pestisida organik). Beberapa pestisida organik yang efektif digunakan untuk penanggulangan hama dikemukakan berikut.

1. Akar Tuba
Tumbuhan tuba (Derric eleptica) atau huit banyak ditanam oleh petani di ping-giran kebun atau tumbuh bebas di hutan. Tumbuhan ini mengandung racun rotenon yang dapat dimanfaatkan untuk memberantas hama dan penyakit di kolam/tambak. Pada dosis tertentu, rotenon ini mempunyai efek racun sangat keras terhadap ikan dan cukup keras terhadap beberapa jenis hewan lainnya. Keuntungan penggunaan rotenon sebagai bahan pembasmi hama di kolam/ tambak adalah daya racunnya yang efektif dan waktu yang diperlukan untuk menghilangkan daya racunnya (proses detoksikasinya) sangat pendek, yaitu sekitar 4 hari setelah ditebarkan.
Penggunaan rotenon sangat baik untuk memberantas hama ikan yang ada di dalam kolam/tambak, baik bersifat predator maupun kompetitor. Akar tuba dari tumbuhan yang sudah berumur 2 tahun mengandung rotenon antara 1 - 17%, tetapi akar tuba yang disimpan terlalu lama kemampuan racunnya ber-kurang. Apabila hendak disimpan dalam waktu yang cukup lama harus dibuat menjadi tepung yang disebut derris.
Cara membuatnya, akar tuba dihancurkan hingga halus, diberi air secukupnya, lalu diperas dan disaring. Airnya ditampung di dalam wadah yang tidak berkarat. Larutan dibiarkan beberapa saat agar mengendap. Air tuba yang bening lang­sung digunakan untuk memberantas hama di kolam/tambak. Sedangkan tepung endapan dihamparkan pada tampah dan diangin-anginkan hingga kering. Te­pung derris yang telah kering dimasukkan ke dalam botol dan disimpan di tempat yang aman.
Apabila hendak digunakan, tepung derris dilarutkan dalam air, kemudian di-ciprat-cipratkan di dalam kolam/tambak sampai merata. Tepung derris mengan­dung 5-8% rotenon. Dosis yang dianjurkan ialah antara 1 - 4 ppm (0,8 - 3,2 kg/ha) pada kedalaman air 5 - 8 cm.
Apabila hendak langsung digunakan untuk pemberantasan hama, akar tuba diiris kecil-kecil dan direndam dalam air selama 24 jam. Pada hari  berikutnya akar tuba ditumbuk hingga halus dan ditambah air secukupnya sambil diremas-remas hingga membentuk larutan yang cukup encer dengan warna putih kecokelat-cokelatan. Larutan dipercik-percikkan ke dalam kolam/tambak yang airnya se-tinggi 5 - 10 cm hingga merata. Waktu pemberantasan dilakukan pada pagi hari ketika cuaca cerah dan tidak akan turun hujan. Dosis yang dianjurkan adalah 4 - ю kg/ha. Setelah itu, kolam/tambak dibiarkan 2-4 hari baru dilakukan penge­ringan dan pencucian.

2. Tembakau
Tanaman tembakau (Nicotiana tobacum) menghasilkan daun yang bisa diolah menjadi tembakau sebagai bahan baku cerutu dan rokok. Yang berkualitas ren­dah atau sortiran pabrik masih dapat dimanfaatkan sebagai pestisida organik yang mempunyai daya bunuh yang ampuh terhadap hama seperti, ikan liar, ikan buas, ketam, siput, belut dan cacing. Hal ini karena tembakau mengandung racun nikotin sebanyak 0,1 - 0,5%. Oleh karena itu, dosis yang dianjurkan adalah 200 - 400 kg/ha untuk serbuk tembakau kualitas rendah. Sedangkan untuk tembakau berkualitas tinggi (tembakau komersial) dipergunakan dosis 12 - 15 kg/ha.
Cara membuat pestisida tersebut sangat sederhana, yaitu tembakau dirajang lagi hingga menjadi serbuk. Serbuk tembakau disebar merata di dalam kolam/ tambak yang airnya setinggi 5-10 cm. Kolam/tambak dibiarkan 3-7 hari agar racun nikotin yang ada dalam serbuk tembakau dapat larut merata dan meresap ke seluruh bagian kolam/tambak sehingga hama terbunuh seluruhnya. Setelah itu, kolam/tambak dikeringkan dan dicuci bersih.
Tembakau Sebagai Pestisida Alami


3. Biji Teh
Tanaman teh (Camellia sinensis) bila dipelihara terus akan berbuah yang me­ngandung biji. Biji teh mengandung saponin yang mempunyai daya bunuh cu­kup baik terhadap hama di kolam/ tambak seperti ikan liar, ikan buas, cacing, kepiting, dan siput. Biji teh belum banyak diproduksi di Indonesia sehingga di­datangkan dari negara lain. Tepung biji teh atau teh komersial mengandung racun saponin antara 10 - 13%. Penggunaan biji teh sebagai racun untuk membe­rantas hama terdiri dari dua bentuk, yaitu bentuk bungkil biji dan tepung biji teh.
Cara pemakaian biji teh atau teh komersial untuk memberantas hama sangat sederhana. Pertama-tama biji teh dikeringkan dahulu kemudian ditumbuk sam­pai halus. Selanjutnya, biji teh direndam dalam air selama 24 jam, agar sebagian besar saponinnya larut. Air rendaman saponin ini kemudian dipercikkan secara merata ke seluruh permukaan kolam/tambak. Biji teh yang dibeli dalam bentuk bungkus maupun tepung dapat langsung ditebarkan ke seluruh permukan kolam/tambak, sebab sisa bungkil atau tepung biji teh akan berfungsi sebagai pupuk organik yang dapat meningkatkan kesuburan kolam/tambak.
Tinggi permukaan air kolam/tambak yang hendak diberi perlakuan dengan biji saponin hendaknya diusahakan antara 8-30 cm. Jika menggunakan bungkil biji teh, tinggi permukaan air adalah 10 cm, sedangkan jika menggunakan tepung biji teh tinggi permukaan air ditingkatkan hingga 30 cm. Dosis yang dianjurkan adalah 150 - 200 kg/ha untuk tepung biji teh, sedangkan untuk bungkil biji teh dan teh komersial cukup 15 - 20 kg/ha. Setelah 4-5 hari kolam/tambak dikering­kan dan dicuci bersih dengan cara memasukkan air baru yang bersih dan segar.

4. Ketepeng
Tumbuhan ketepeng (Cassia alata) tumbuh liar di pekarangan rumah atau lahan yang tidak terurus. Tumbuhan ini mengandung asam aloeemodin, asam kroso-fant, resin, krisofanol, dan seng. Daun tumbuhan ini dapat digunakan untuk memberantas hama di kolam.
Caranya, daun tanaman diremas-remas dalam ember, lalu disaring. Hasil saring­an dimasukkan ke dalam kolam pada kedalaman air kolam sekitar 15 cm. Untuk luas kolam 100 m2 dibutuhkan daun ketepeng sebanyak 4 kg. Dua hari kemudian kolam dibersihkan dengan cara mengganti air kolam sebanyak 2-3 kali.

5. Gamal
Tanaman gamal atau liridiyah (Ciyriceridia sephium) tumbuh liar di pekarangan rumah atau di lahan-lahan yang tidak terurus. Daun tanaman ini dapat diguna­kan untuk pemberantasan hama di kolam. Daun gamal mengandung saponin, flavanoid, dan polifenol.
Caranya, ambil daun gamal sebanyak 6 kg untuk kolam seluas 100 m2. Daun tersebut diremas-remas di ember, lalu disaring. Hasil saringan dimasukkan ke dalam kolam pada kedalaman air sekitar 15 cm. Dua hari kemudian kolam diber­sihkan dengan mengganti air baru sebanyak 2-3 kali.

6. Nanas
Tanaman nanas (Ananas comosus) adalah tanaman umum yang dapat tumbuh di berbagai tempat, dari dataran rendah hingga tinggi. Nanas ditanam di kebun, pekarangan rumah hingga di dalam pot sebagai bunga yang ditempatkan di dalam rumah.
Pada daun, buah, dan akar nanas mengandung saponin, flavanoid, dan polife-nol. Buah nanas dapat digunakan untuk pemberantasan hama di kolam/tambak, terutama kepiting. Caranya, buah nanas dicacah sampai lembut, lalu cacahan ini diaduk-adukkan ke tanah dengan radius 0,5 m di sekitar lubang kepiting, sehing­ga kepiting yang bersembunyi di dalamnya akan mati. Nanas yang ditanam di tanggul/pematang kolam dapat mencegah kepiting datang.

7. Tefrosia
Tanaman tefrosia (Tephrosia vogelii) tumbuh pada ketinggian 300 - 1.200 m dpi. Tefrosia mengandung tephorosin dan deguelin yang merupakan senyawa iso­mer dan rotenon. Daun tefrosia mengandung 5% rotenon.
Untuk memberantas hama di kolam, terutama keong mas, dapat digunakan daun tanaman ini. Caranya, daun tefrosia dihaluskan, lalu dicampur dengan air dan ditambahkan sedikit detergen. Pada konsentrasi 1%, ramuan ini dapat me-matikan keong mas.

8. Sembung
Tanaman sembung (Blumea balsamifera) dikenal masyarakat sebagai tanaman obat sehingga banyak ditanam di kebun dan pekarangan rumah. Daun sembung mengandung boneol, sineol, limonen, dan dimetil eterfloroasetofenon.
Daun sembung digunakan untuk memberantas hama di kolam, terutama keong. Daun sembung dihaluskan, lalu dicampur dengan air. Pada konsentrasi 1% larutan daun sembung dalam air ditambah 0,1% detergen cair mengakibatkan kematian populasi keong sampai 50%.
                 

Firman Pra Setia Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Kabupaten Banyuwangi