Hama adalah
organisme yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan budi daya, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Hama dapat berupa predator (pemangsa),
kompetitor (penyaing), dan perusak sarana budi daya. Untuk menanggulangi
serangan hama lebih ditekankan pada sistem pengendalian hama terpadu, yaitu
pemberantasan hama yang berhasil tetapi tidak mengakibatkan kerusakan
ekosistem. Dengan kata lain, apabila masih ada cara yang dapat dilakukan dan
ternyata memberikan hasil baik, tidak perlu menggunakan obat-obatan, apalagi
obat-obatan buatan pabrik (pestisida anorganik). Pemberian obat-obatan sering
menimbulkan masalah baru yang merugikan, misalnya lahir-nya generasi penyakit
yang tahan terhadap obat-obatan yang diberikan.
PENGGUNAAN PESTISIDA NABATI
Tindakan
pencegahan dengan mempersiapkan wadah budi daya yang optimal berupa pengeringan
dan pengapuran kolam/tambak yang cukup, pintu air dilengkapi filter, jaring
keramba tidak bocor, akan memberikan andil yang sangat besar dalam usaha
penanggulangan hama. Apabila upaya penanggulangan hama seperti itu tidak
memberikan hasil yang baik, terutama pada kolam/tambak yang sulit dikeringkan,
maka dapat dilakukan upaya penanggulangan dengan menggunakan pestisida alami
(pestisida organik). Beberapa pestisida organik yang efektif digunakan untuk
penanggulangan hama dikemukakan berikut.
1. Akar Tuba
Tumbuhan tuba (Derric
eleptica) atau huit banyak ditanam oleh petani di ping-giran kebun atau tumbuh
bebas di hutan. Tumbuhan ini mengandung racun rotenon yang dapat dimanfaatkan
untuk memberantas hama dan penyakit di kolam/tambak. Pada dosis tertentu,
rotenon ini mempunyai efek racun sangat keras terhadap ikan dan cukup keras
terhadap beberapa jenis hewan lainnya. Keuntungan penggunaan rotenon sebagai
bahan pembasmi hama di kolam/ tambak adalah daya racunnya yang efektif dan
waktu yang diperlukan untuk menghilangkan daya racunnya (proses detoksikasinya)
sangat pendek, yaitu sekitar 4 hari setelah ditebarkan.
Penggunaan
rotenon sangat baik untuk memberantas hama ikan yang ada di dalam kolam/tambak,
baik bersifat predator maupun kompetitor. Akar tuba dari tumbuhan yang sudah
berumur 2 tahun mengandung rotenon antara 1 - 17%, tetapi akar tuba yang
disimpan terlalu lama kemampuan racunnya ber-kurang. Apabila hendak disimpan
dalam waktu yang cukup lama harus dibuat menjadi tepung yang disebut derris.
Cara membuatnya,
akar tuba dihancurkan hingga halus, diberi air secukupnya, lalu diperas dan
disaring. Airnya ditampung di dalam wadah yang tidak berkarat. Larutan
dibiarkan beberapa saat agar mengendap. Air tuba yang bening langsung
digunakan untuk memberantas hama di kolam/tambak. Sedangkan tepung endapan
dihamparkan pada tampah dan diangin-anginkan hingga kering. Tepung derris yang
telah kering dimasukkan ke dalam botol dan disimpan di tempat yang aman.
Apabila hendak
digunakan, tepung derris dilarutkan dalam air, kemudian di-ciprat-cipratkan di
dalam kolam/tambak sampai merata. Tepung derris mengandung 5-8% rotenon. Dosis
yang dianjurkan ialah antara 1 - 4 ppm (0,8 - 3,2 kg/ha) pada kedalaman air 5 -
8 cm.
Apabila hendak
langsung digunakan untuk pemberantasan hama, akar tuba diiris kecil-kecil dan
direndam dalam air selama 24 jam. Pada hari berikutnya akar tuba ditumbuk hingga halus dan
ditambah air secukupnya sambil diremas-remas hingga membentuk larutan yang
cukup encer dengan warna putih kecokelat-cokelatan. Larutan dipercik-percikkan
ke dalam kolam/tambak yang airnya se-tinggi 5 - 10 cm hingga merata. Waktu
pemberantasan dilakukan pada pagi hari ketika cuaca cerah dan tidak akan turun
hujan. Dosis yang dianjurkan adalah 4 - ю kg/ha. Setelah itu, kolam/tambak
dibiarkan 2-4 hari baru dilakukan pengeringan dan pencucian.
2. Tembakau
Tanaman tembakau
(Nicotiana tobacum) menghasilkan daun yang bisa diolah menjadi tembakau sebagai
bahan baku cerutu dan rokok. Yang berkualitas rendah atau sortiran pabrik
masih dapat dimanfaatkan sebagai pestisida organik yang mempunyai daya bunuh
yang ampuh terhadap hama seperti, ikan liar, ikan buas, ketam, siput, belut dan
cacing. Hal ini karena tembakau mengandung racun nikotin sebanyak 0,1 - 0,5%. Oleh
karena itu, dosis yang dianjurkan adalah 200 - 400 kg/ha untuk serbuk tembakau
kualitas rendah. Sedangkan untuk tembakau berkualitas tinggi (tembakau
komersial) dipergunakan dosis 12 - 15 kg/ha.
Cara membuat
pestisida tersebut sangat sederhana, yaitu tembakau dirajang lagi hingga
menjadi serbuk. Serbuk tembakau disebar merata di dalam kolam/ tambak yang
airnya setinggi 5-10 cm. Kolam/tambak dibiarkan 3-7 hari agar racun nikotin
yang ada dalam serbuk tembakau dapat larut merata dan meresap ke seluruh bagian
kolam/tambak sehingga hama terbunuh seluruhnya. Setelah itu, kolam/tambak
dikeringkan dan dicuci bersih.
Tembakau Sebagai Pestisida Alami |
3. Biji Teh
Tanaman teh (Camellia
sinensis) bila dipelihara terus akan berbuah yang mengandung biji. Biji teh
mengandung saponin yang mempunyai daya bunuh cukup baik terhadap hama di
kolam/ tambak seperti ikan liar, ikan buas, cacing, kepiting, dan siput. Biji
teh belum banyak diproduksi di Indonesia sehingga didatangkan dari negara
lain. Tepung biji teh atau teh komersial mengandung racun saponin antara 10 -
13%. Penggunaan biji teh sebagai racun untuk memberantas hama terdiri dari dua
bentuk, yaitu bentuk bungkil biji dan tepung biji teh.
Cara pemakaian
biji teh atau teh komersial untuk memberantas hama sangat sederhana.
Pertama-tama biji teh dikeringkan dahulu kemudian ditumbuk sampai halus.
Selanjutnya, biji teh direndam dalam air selama 24 jam, agar sebagian besar
saponinnya larut. Air rendaman saponin ini kemudian dipercikkan secara merata
ke seluruh permukaan kolam/tambak. Biji teh yang dibeli dalam bentuk bungkus
maupun tepung dapat langsung ditebarkan ke seluruh permukan kolam/tambak, sebab
sisa bungkil atau tepung biji teh akan berfungsi sebagai pupuk organik yang
dapat meningkatkan kesuburan kolam/tambak.
Tinggi permukaan
air kolam/tambak yang hendak diberi perlakuan dengan biji saponin hendaknya
diusahakan antara 8-30 cm. Jika menggunakan bungkil biji teh, tinggi permukaan
air adalah 10 cm, sedangkan jika menggunakan tepung biji teh tinggi permukaan
air ditingkatkan hingga 30 cm. Dosis yang dianjurkan adalah 150 - 200 kg/ha
untuk tepung biji teh, sedangkan untuk bungkil biji teh dan teh komersial cukup
15 - 20 kg/ha. Setelah 4-5 hari kolam/tambak dikeringkan dan dicuci bersih
dengan cara memasukkan air baru yang bersih dan segar.
4. Ketepeng
Tumbuhan
ketepeng (Cassia alata) tumbuh liar di pekarangan rumah atau lahan yang tidak
terurus. Tumbuhan ini mengandung asam aloeemodin, asam kroso-fant, resin, krisofanol,
dan seng. Daun tumbuhan ini dapat digunakan untuk memberantas hama di kolam.
Caranya, daun
tanaman diremas-remas dalam ember, lalu disaring. Hasil saringan dimasukkan ke
dalam kolam pada kedalaman air kolam sekitar 15 cm. Untuk luas kolam 100 m2
dibutuhkan daun ketepeng sebanyak 4 kg. Dua hari kemudian kolam dibersihkan
dengan cara mengganti air kolam sebanyak 2-3 kali.
5. Gamal
Tanaman gamal
atau liridiyah (Ciyriceridia sephium) tumbuh liar di pekarangan rumah atau di
lahan-lahan yang tidak terurus. Daun tanaman ini dapat digunakan untuk
pemberantasan hama di kolam. Daun gamal mengandung saponin, flavanoid, dan
polifenol.
Caranya, ambil
daun gamal sebanyak 6 kg untuk kolam seluas 100 m2. Daun tersebut diremas-remas
di ember, lalu disaring. Hasil saringan dimasukkan ke dalam kolam pada
kedalaman air sekitar 15 cm. Dua hari kemudian kolam dibersihkan dengan
mengganti air baru sebanyak 2-3 kali.
6. Nanas
Tanaman nanas (Ananas
comosus) adalah tanaman umum yang dapat tumbuh di berbagai tempat, dari
dataran rendah hingga tinggi. Nanas ditanam di kebun, pekarangan rumah hingga
di dalam pot sebagai bunga yang ditempatkan di dalam rumah.
Pada daun, buah,
dan akar nanas mengandung saponin, flavanoid, dan polife-nol. Buah nanas dapat
digunakan untuk pemberantasan hama di kolam/tambak, terutama kepiting. Caranya,
buah nanas dicacah sampai lembut, lalu cacahan ini diaduk-adukkan ke tanah
dengan radius 0,5 m di sekitar lubang kepiting, sehingga kepiting yang
bersembunyi di dalamnya akan mati. Nanas yang ditanam di tanggul/pematang kolam
dapat mencegah kepiting datang.
7. Tefrosia
Tanaman tefrosia
(Tephrosia vogelii) tumbuh pada ketinggian 300 - 1.200 m dpi. Tefrosia
mengandung tephorosin dan deguelin yang merupakan senyawa isomer dan rotenon.
Daun tefrosia mengandung 5% rotenon.
Untuk
memberantas hama di kolam, terutama keong mas, dapat digunakan daun tanaman
ini. Caranya, daun tefrosia dihaluskan, lalu dicampur dengan air dan
ditambahkan sedikit detergen. Pada konsentrasi 1%, ramuan ini dapat me-matikan
keong mas.
8. Sembung
Tanaman sembung (Blumea
balsamifera) dikenal masyarakat sebagai tanaman obat sehingga banyak
ditanam di kebun dan pekarangan rumah. Daun sembung mengandung boneol, sineol,
limonen, dan dimetil eterfloroasetofenon.
Daun sembung
digunakan untuk memberantas hama di kolam, terutama keong. Daun sembung
dihaluskan, lalu dicampur dengan air. Pada konsentrasi 1% larutan daun sembung
dalam air ditambah 0,1% detergen cair mengakibatkan kematian populasi keong
sampai 50%.
Firman Pra Setia Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh
Perikanan Kabupaten Banyuwangi