Larva lele yang baru menetas memiliki cadangan makanan berupa kuning telur
(yolksack) yang akan diserap sebagai
sumber makanan bagi larva sehingga larva tidak perlu diberi pakan. Penetasan telur dan penyerapan yolksack akan lebih cepat terjadi pada
suhu yang lebih tinggi. Pemeliharaan
larva dilakukan pada hapa penetasan. Pemberian
pakan dapat dilakukan setelah larva berumur 4-5 hari atau saat larva sudah
dapat berenang dan berwarna hitam.
Umumnya pemeliharaan larva dilakukan selama 5 hari dengan menghasilkan
benih berkuran 0,7-1,0 cm dengan berat 0,002 gram (Sunarma, 2004).
Pakan yang dibutuhkan adalah makanan dari luar yang sesuai dengan
bukaan mulut dan kekuatan
pencernaannya. Makanan yang cocok adalah
jenis makanan hidup karena tidak akan mengalami pembusukan. Pakan tambahan yang paling cocok adalah pakan
alami atau pakan hidup berupa plankton.
Salah satunya adalah kutu air atau lebih dikenal dengan sebutan Daphnia sp. Di samping kutu air, pakan
alami lain yang cocok untuk benih ikan Lele Dumbo adalah cacing sutera
(Khairuman dan Amri, 2002).
Menurut Soetomo (2000), ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan selama
pemeliharaan larva, yaitu :
a. Faktor yang berhubungan dengan air
Faktor–faktor yang perlu diperhatikan dan berhubungan dengan air antara
lain: debit air, suhu, kejernihan,
oksigen, amoniak dan derajat keasaman (pH).
b. Faktor yang berhubungan dengan makanan
Faktor yang berhubungan dengan makanan perlu diperhatikan. Makanan bagi larva ikan lele yang baru
menetas adalah dari persediaan makanan yang tersimpan dalam kantong kuning
telur sampai berumur 5 hari.
Larva dan benih ikan lele membutuhkan makanan alami untuk
pertumbuhannya. Makanan alami yang dapat
diberikan diantaranya yang pertama adalah Rotifera,
yaitu pakan alami yang memiliki ukuran yang kecil dan cocok untuk larva
lele. Sedangkan yang kedua adalah Daphnia sp. yaitu pakan alami yang
tinggi nilai gizinya dan dapat diberikan pada saat benih berumur 2 minggu setelah
telur menetas dan diberikan sebanyak 2 kali/hari.
Menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sukabumi (2006), menjelaskan bahwa
pendederan dilakukan pada kolam yang sebelumnya telah dilakukan persiapan
terlebih dahulu. Persiapan dilakukan 1 minggu
sebelum penebaran. Adapun persiapan yang
dilakukan adalah sebagai berikut : pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan
tanah dasar dan pembuatan kemalir.
Pengapuran dilakukan dengan melarutkan kapur tohor dengan dosis 250-500
gram/m2. sedangkan pemupukan
dilakukan dengan menggunakan kotoran ayam dengan dosis 500-1000 gram/m2. Kemudian kolam diisi air setinggi 40 cm, dan
setelah 3 hari disemprot dengan menggunakan organophosphat
4 ppm dan dibiarkan selama 4 hari.
Menurut Sunarma (2004), pada pendederan pertama dan pendederan dua benih
ikan lele dapat dipelihara dalam bak plastik, bak tembok atau kolam
pendederan. Pakan yang diberikan berupa
cacing Tubifex, Daphnia sp., Moina sp. atau pakan buatan dengan
dosis 10-15% bobot biomass. Pendederan
tahap pertama dilakukan hingga benih berumur 26 hari dengan padat tebar 100 ekor/m2. Dosis pemberian pakan 20% dari bobot total
dengan frekuensi pemberian pakan 3
kali/hari. Benih yang akan dihasilkan
umumnya berukuran 3-5 cm dengan berat 0,62 gram/ekor. Sedangkan pendederan tahap kedua umumnya
dilakukan sampai benih berumur 40 hari dengan padat penebaran 50 ekor/m2. Adapun dosis pemberian pakannya adalah 10% dari
bobot total dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali/hari. Benih yang dihasilkan umumnya berukuran 5-8
cm dengan berat 3,89 gram/ekor.
Budidaya Ikan Lele
Kualitas Air
Air adalah faktor terpenting dalam budidaya ikan. Bukan hanya ikan lele, semua jenis ikan yang
lain juga memerlukan air untuk hidup dan berkembang biak. Untuk itu, kualitas air harus diperhatikan
agar kegiatan budidaya berjalan sesuai dengan yang diharapkan (Khairuman dan
Amri, 2002).
Berdasarkan SNI : 01-6484.4-2000, bahwa kualitas air media selama proses
pemijahan, penetasan telur dan pemeliharaan larva adalah sebagai berikut :
1.
Suhu : 2 5 oC-30 oC
2.
Nilai pH : 6,5–8,5
3. Debit air :
0,5 liter/detik
4.
Tinggi air : 25 – 40 cm
Sedangkan kualitas air media selama proses pendederan
adalah sebagai berikut :
1. Suhu : 25–30 oC
2. Nilai pH : 6,5–8,5
3. Laju pergantian : (10–15) % per hari
4. Kecerahan :
25–35 cm
Rukmana (2003), menyatakan bahwa pada umumnya, lele
hidup normal di lingkungan yang memiliki kandungan oksigen terlarut 4
mg/l. Kandungan oksigen sering mengalami
perubahan secara mendadak, misalnya akibat penguraian bahan organik. Derajat keasaman atau pH yang baik bagi Lele
Dumbo adalah 6,5–9 , pH yang kurang dari 5 sangat buruk bagi Lele Dumbo, karena
bisa menyebabkan penggumpalan lendir pada insang, sedangkan pH 9 ke atas akan
menyebabkan berkurangnya nafsu makan lele.
Hama dan Penyakit
Penyakit yang sering menyerang ikan lele adalah Ichtyopthirius multifilis atau yang
lebih dikenal dengan nama white spot
(bintik putih). Pencegahan dapat
dilakukan dengan cara persiapan kolam yang baik, terutama pada saat pengeringan
dan pengapuran. Pengobatan dilakukan
dengan cara penebaran garam dapur sebanyak 200 gram/m2 setiap 10
hari selama pemeliharaan atau dengan merendam ikan yang sakit ke dalam larutan oxytetracyclin 2 mg/liter (Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Sukabumi, 2006).
Sunarma (2004), menyatakan bahwa kegagalan pada
kegiatan pembenihan dapat diakibatkan oleh serangan organisme predator (hama)
ataupun organisme pathogen (penyakit).
Hama yang umumnya menyerang antara lain : insekta, ular dan belut serta kodok. Serangan lebih banyak terjadi apabila
pemeliharaan benihnya dilakukan di kolam dengan menggunakan pupuk kandang. Sedangkan organisme pathogen yang umumnya
menyerang adalah Ichtyophtirius
multifilis, Trichodina sp., Dactylogyrus sp. dan Aeromonas hydrophilla.
Penangggulangan hama insekta dilakukan dengan pemberian insektisida yang
dilakukan pada saat pengisian air sebelum benih ditebar. Sedangkan penanggulangan organisme pathogen
dapat dilakukan dengan manajemen lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan
yang teratur serta mencukupi.
Pemanenan
Setelah benih dipelihara selama 30-45 hari, benih Lele Dumbo siap
dipanen. Pemanenan sebaiknya dilakukan
pada pagi atau sore hari pada saat suhu rendah.
Pemanenan dimulai dengan mempersiapkan alat-alat panen serta tempat
penampungan benih hasil panen. Setelah
semua peralatan siap, kolam dikeringkan secara total sampai air yang tersisa
hanya tinggal di caren. Dalam keadaan
ini, benih-benih Lele Dumbo akan terkumpul di dalam caren. Selanjutnya dengan alat tangkap berupa seser,
benih ditangkap dan ditampung di dalam wadah yang telah disediakan. Benih kemudian disortir atau dipisahkan
sesuai dengan ukurannya (Khairuman dan Amri, 2002).
Analisa Finansial
Melakukan suatu kegiatan budidaya, selain mengetahui secara teknis kegiatan
budidaya, juga harus mengetahui analisa finansial yang akan dijalankan. Analisa keuangan bertujuan untuk mengetahui
posisi keberhasilan yang dicapai dari suatu usaha selama kegiatan produksi
berlangsung dan dapat menilai manfaat investasi itu dengan usaha yang lain dan
juga untuk mengontrol investasi yang ditanamkan dalam usaha tersebut.
Laba/Rugi
Penghitungan analisa Rugi Laba merupakan besarnya pendapatan yang diperoleh pada suatu
periode ke periode berikutnya (Kasmir dan Jakfar, 2006). Pendapatan merupakan penerimaan yang
dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
B/C Rasio digunakan untuk mengetahui perbandingan atau ratio hasil yang
diperoleh terhadap jumlah biaya yang dikeluarkan. B/C adalah perbandingan nilai
benefit dengan nilai biaya. Suatu usaha
yang dikatakan menguntungkan jika B/C ratio lebih besar dari 1, semakin besar
B/C ratio yang diperoleh maka usaha tersebut semakin menguntungkan. B/C dalam perhitungannya lebih ditekankan
pada kriteria-kriteria investasi atau modal usaha yang pengukurannya diarahkan
pada usaha untuk membandingkan, mengukur, serta menghitung tingkat usaha
budidaya ikan lele. Dengan B/C Ratio ini
dapat dilihat kelayakan suatu usaha.
Bila nilai 1, berarti usaha tersebut belum memberikan keuntungan, sehingga
perlu pembenahan. Semakin kecil ratio ini, semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh
kerugian. Fungsi nilai B/C ini sebagai
pedoman untuk mengetahui seberapa besar suatu jenis ikan harus diproduksi pada
musim berikutnya (Rausin, 2001).
Payback Period (PP)
Payback Period adalah suatu periode
yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan
menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback
period merupakan rasio antara initial cash
investment dan cash inflow-nya
yang hasilnya merupakan satuan waktu.
Selanjutnya nilai rasioini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima (Umar, 2003). Sedangkan menurut Kasmir dan Jakfar (2006),
metode payback period merupakan
teknik penilaian terhadap jangka waktu (period)
pengembalian suatu investasi atau usaha.
Analisa Break Even Point (BEP)
Analisa titik pulang pokok atau analisa titik impas ini adalah merupakan
suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara beberapa
variabel di dalam suatu kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau tingkat
produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang
diterima perusahaan dari kegiatannya (Umar, 2003).
DAFTAR
PUSTAKA
Boyd, C.E. 1988. Water
Quality in Ponds for Aquaculture. Departement of Fisheries And Allied
Aquaculture. Alabama Agricultural Experiment Station. Auburn University. Page
135-161.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. 2006. Modul Pelatihan Penguatan Kemampuan Dan
Bakat Siswa (Life Skills). Pembenihan Ikan Lele Dumbo “Sangkuriang”
(Clarias gariepinus). Pemerintah Kota
Sukabumi. Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan. Sukabumi. Hal.1-3.
Direktorat
Pembudidayaan. 2005. Budidaya Lele
Sangkuriang. Direktorat Pembudidayaan. Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Hal. 1-13.
Direktorat Perbenihan. 2006. Pedoman Praktis Pengawasan Benih Bina. Deskripsi Lele Sangkuriang
(Kepmen No. KEP. 26/MEN/2004). Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Deskripsi 7.
Effendie, H. 2003.
Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius. Jakarta. 257 Hal.
Effendi, I. 2004. Pengantar
Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta. 185 Hal
Effendie, M.I. 1979. Metoda
Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Hernowo
dan S. R. Suyanto. 2004. Pembenihan dan Pembesaran Lele di Pekarangan, Sawah dan Longyam.
Penebar Swadaya. Jakarta. 85 Hal.
Kasmir dan Jakfar. 2006. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media
Group. Jakarta. 356 Hal.
Khairuman dan K. Amri. 2002. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. Argo Media Pustaka. Jakarta.
Muflikhah, N. 1994. Pengaruh
Jenis Pemberian Pakan Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Benih Ikan Baung (Mystus nemurus).
Buletin Penelitian Perikanan Darat. Volume 12. No. 2. Hal. 37-40.
Najiyati, S. 2003. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Nurhidayat, M.A., A. Sunarma dan J.
Trenggana. 2004. Rekayasa
Uji Keturunan (Progeny Test) Lele Dumbo Hasil Silang Balik (Backcross) dalam Jurnal Budidaya Air Tawar.
Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Vol. 1. No. 1. Sukabumi. Hal.18-22.
Nurdjana, M.L. 2006. Sambutan
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya pada Pembukaan
Forum Pengembangan Budidaya Lele. Hotel Saphir Yokyakarta, Tanggal 20 – 22 April 2006.
Prihartono, E.R., J. Rasidik dan U. Arie. 2000. Mengatasi Permasalahan
Budidaya Lele Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 1-81.
Rukmana, H.R. 2003. Budidaya dan Pascapanen Lele Dumbo. CV.
Aneka Ilmu Anggota IKAPI. Semarang.
Rausin. 2001. Manajemen Pembesaran Kerapu Macan di Karamba Jaring Apung. Loka
Budidaya Laut Batam. Batam. Hal 1-47.
Ryanto. 1995. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
SNI
: 01-6484.1-2000. Induk Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus x Clarias fuscus) Kelas Induk Pokok (Parent
Stock). Badan Standar Nasional.
: 01-6484.2-2000. Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus x Clarias fuscus) Kelas Benih Sebar. Badan Standar
Nasional.
:
01-6484.3-2000. Produksi Induk
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus x Clarias fuscus) Kelas Induk Pokok (Parent
Stock). Badan Standar Nasional.
:
01-6484.4-2000. Produksi Benih
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus
x Clarias fuscus) Kelas Benih Sebar. Badan Standar
Nasional.
Soetomo, H.A. Moch. 2000. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar Baru Algensindo. Bandung.
Hal. 1-98.
Subandi, M.M. 2003. Panduan
Menghitung Biaya Usaha Lele Dumbo. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sunarma, A. 2004. Peningkatan
Produktifitas Usaha Lele Sangkuriang (Clarias
sp.). Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Sukabumi. Hal.1-6.
Sutisna, D.H dan R. Sutarmanto. Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta. Hal. 37-96.
Suyanto, R.S. 2006.
Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 3-38.
Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Teknis Menganalisis
Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komprenensif. Gramedia Pustaka Utama.
Edisi 2. 424 Hal.
Firman
Pra Setia Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Kabupaten
Banyuwangi