Pada kegiatan pembesaran Ikan Koi penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
induk dipindahkan ke tempat lain atau telur dipindahkan ke kolam penetasan.
Agar telur menetas dengan baik maka telur harus selalu terendam dan suhu air
tetap konstan. Jika suhu terlalu dingin penetasan akan berlangsung lama,
sedangkan jika suhu terlalu tinggi telur bisa mati dan membusuk (Putranto,
1995). Dalam keadaan normal telur akan
menetas dalam waktu 2-3 hari. Setelah menetas, kakaban kemudian diangkat dan
dipindahkan ke tempat lain.
Budidaya Ikan Koi |
Perawatan
Benih
Telur yang baru menetas masih membawa kuning telur
sebagai persediaan makanan dan akan bertahan 2-3 hari. Setelah persediaan
kuning telur habis maka benih membutuhkan pakan alami berupa udang renik atau
kutu air (Hikmat, 2002). Dua atau tiga hari kemudian benih akan sudah mulai
berenang dan bisa dipisahkan ke kolam pemeliharaan.
Sebelum digunakan kolam pemeliharaan benih harus
dikeringkan dulu selama dua hari dan disemprot dengan pestisida agar hewan lain
yang dapat mengganggu akan mati. Sebelum benih dipindahkan pada kolam sebaiknya
seminggu sebelumnya sudah ditumbuhi pakan alami.
Seleksi
Benih
Penyeleksian benih dilakukan setelah benih berumur satu
sampai dengan tiga bulan, penyeleksian tersebut dapat dilakukan 3 atau 4 kali.
Seleksi benih yang pertama yaitu benih dipisahkan berdasarkan ukurannya. Selanjutnya
seleksi yang kedua dilakukan untuk menentukan pola warna dan kualitas secara
keseluruhan (Susanto, 2000). Secara umum benih yang baik memiliki ciri-ciri
sebagai berikut
a. Badan dan siripnya normal, tidak cacat.
b. warna badannya sudah nampak menonjol, sesuai dengan
varietasnya.
c. Warna putih, merah hitam atau kuning nampak jernih
tidak tercampur dengan warna lain.
Parameter
Kualitas Air
Air merupakan media paling penting bagi kehidupan
ikan. Selain jumlahnya, kualitas air yang memenuhi syarat merupakan salah satu
kunci keberhasilan dalam budidaya. Beberapa
parameter kualitas air yang perhatikan diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Suhu
Ikan koi merupakan termasuk hewan berdarah dingin,
sehingga temperatur tubuhnya tergantung pada suhu air sebagai lingkungan
hidupnya. Ikan Koi dapat hidup pada kisaran suhu 0-350 C, tetapi
pada suhu yang terlalu ekstrem (misalnya 00 C) ikan akan berhenti
makan dan sistem kekebalan tubuhnya akan hilang. Sedangkan suhu yang ideal
untuk Koi adalah 15-250C (Hikmat, 2002). Perubahan suhu yang terlalu
drastis dapat menimbulkan gangguan terhadap laju respirasi, aktivitas jantung,
aktivitas metabolisme dan aktivitas lainnya dan jika suhu terlalu tinggi ikan
akan kekurangan oksigen dan sistem enzim tidak dapat berfungsi dengan baik yang
dapat menyebabkan timbulnya stres (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Derajat
Keasaman (pH)
Sebagian besar ikan dapat beradaptasi dengan baik pada
lingkungan perairan yang mempunyai derajat keasaman (pH) berkisar antara 5-9
(Afrianto dan Liviawaty, 1992). Menurut Hikmat (2002), pH yang ideal untuk ikan
Koi agar tumbuh sehat yaitu berkisar 6,5-8,5. Pada malam hari biota dalam air
akan melakukan proses respirasi dan menghasilkan carbon monoksida (CO) yang
dapat menurunkan pH, sedangkan pada siang hari alga akan melakukan fotosintesis
yang akan menghasilkan oksigen dan menetralkan pH air oleh karena itu pH air
pada pagi hari cenderung rendah sedangkan pada siang hari pH cenderung lebih
stabil. Pengaruh pH terhadap pertumbuhan ikan Koi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh pH terhadap kehidupan ikan
Kisaran pH
|
Pengaruh terhadap ikan
|
4 – 5
5 - 6,5
6,5 - 9
> 11
|
Tingkat keasaman yang
mematikan dan tidak ada reproduksi
Pertumbuhan lambat
Baik untuk reproduksi
Mematikan
|
Sumber : (Afrianto dan Liviawaty, 1992)
Kelarutan
Oksigen (DO)
Oksigen adalah salah satu faktor pembatas yang
penting dalam budidaya ikan. Kandungan oksigen yang baik
untuk Ikan Koi adalah berkisar 5-7 ppm, pada kondisi tersebut koi akan merasa
cukup mendapatkan oksigen sehingga koi dapat bergerak santai, tidak gelisah dan
responsif terhadap pakan. Jika
oksigen kurang dari 5 ppm akan menyebabkan ikan sulit bernafas, tidak mau makan
dan mengakibatkan koi menjadi kurus dan sakit (Amri dan Khairuman, 2002).
Amonia
Konsentrasi amonia
dapat terjadi karena pengeluaran hasil metabolisme, proses dekomposisi dari
sisa pakan atau plankton yang mati. Konsentrasi amonia dibawah 0,02 ppm relatif
aman, sedangkan jika di atas angka tersebut dapat menyebabkan timbulnya
keracunan pada ikan. Konsentrasi amonia di atas 0,3 ppm akan mempercepat
kerusakan insang sehingga akan kesulitan mengambil mengambil oksigen dari
lingkungannya. Peningkatan konsentrasi amonia akan menjadi lebih berbahaya
apabila terjadi pada pH tinggi atau konsentrasi oksigen rendah (Afrianto dan
Liviawaty, 1992)
Pengendalian
Air Media Pemeliharaan
Dua puluh persen dari kegiatan budidaya ditentukan oleh
kualitas air, dan selebihnya ditentukan oleh faktor lainnya. Ada empat cara untuk
menjaga kualitas air agar tetap dalam
kondisi baik (Hikmat, 2002).
a. Mengganti Air Secara Rutin
Penggantian air dilakukan dua minggu sekali secara rutin.
Penggantian air bertujuan untuk membuang zat-zat beracun dan sisa-sisa makanan
yang terdekomposisi yang dapat membahayakan bagi ikan.
b. Membersihkan Kolam
Pembersihan kolam dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain dengan sifon, serok dan pompa. Penyiponan berfungsi untuk menyedot
kotoran lembut atau lumpur yang mengendap di dasar kolam. Alat untuk penyiponan
dengan menggunakan slang. Serok digunakan untuk membersihkan puing-puing dan
dedaunan yang jatuh kedalam kolam, juga untuk membersihkan buih dan lumut yang
mengambang di permukaan air. Serok yang baik terbuat dari kain trilin, karena
bahan tersebut sedikit menyerap air. Sedangkan pompa digunakan untuk
membersihkan kolam. Fungsi pompa selain untuk mengeluarkan air dan kotoran yang
mengendap, juga untuk menambah aerasi kolam jika pompanya dilengkapi batu
terjunan. Jika pompa hanya digunakan
untuk membersihkan kolam saja, sebaiknya dioperasikan pagi hari.
c. Menyaring Air
Kolam hendaknya dilengkapi dengan filter empat lapis yang
dapat bekerja secara mekanis. Penyaring pertama berguna untuk menyaring sampah
dan lumpur, bahan yang biasa digunakaan adalah kerikil, pasir dan ijuk.
Penyaring kedua menggunakan karbon aktif berupa zeolit, yang berfungsi untuk
menghilangkan racun, bau tidak sedap, dan membunuh bibit penyakit. Penyaring
ketiga menggunakan bahan berupa pestisida yang tidak mematikan bakteri pengurai
tapi dapat mengikat mengikat bakteri pengurai yang berperan dalam proses
penjernihan air. Penyaring keempat menggunakan tanaman atau bebatuan yang dapat
mengikat kotoran.
d. Pemberian Obat Pengikat Dalam Air
Pemberian obat pengikat pada kolam bertujuan untuk
mengikat kotoran yang hancur sehingga akan menjadi gumpalan yang mudah disedot
atau disifon dan untuk menetralisir air yang sudah terlalu basa. Bahan yang
digunakan misalnya dengan Aquadien atau Aquavital.
Pengelolaan
Pakan
Ikan Koi bersifat omnivor, artinya hewan pemakan segala
jenis pakan. Pakan yang baik adalah pakan yang mampu meningkatkan kualitas
warna, mempercepat pertumbuhan, dapat menangkal bibit penyakit dan dapat
membantu pembentukan warna tubuhnya (Effendy, 1993). Pakan yang diberikan harus
mempunyai kandungan gizi yang seimbang. Keseimbangan gizi diatur berdasarkan
ukuran tubuh, usia, kematangan koi dan suhu air. Pemberian pakan yang
berlebihan akan berpengaruh kurang baik, tubuh menjadi cepat gemuk dan mudah terserang
penyakit. Begitu juga sebaliknya jika kekurangan pakan dapat menyebabkan tubuh
menjadi kurus, kualitas warna kurang baik,
pertumbuhannya lambat dan mudah terserang penyakit.
Sebelum dilakukan pemberian pakan sebaiknya pakan
direndam terlebih dahulu dalam air selama satu menit, sehingga akan memudahkan
dalam proses pencernaan. Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan berat
dan ukuran ikan. Frekuensi bemberian pakan dapat dilakukan sebanyak dua kali
sehari pada pagi dan siang atau sore hari. Idealnya pakan diberikan tiga jam
setelah matahari terbit dan tiga jam sebelum matahari terbenam. Sebaiknya
pemberian pakan tidak terlalu pagi atau terlalu sore, karena kandungan oksigen
dalam air sedikit sedangkan setiap setelah koi makan membutuhkan oksigen yang
lebih banyak dari keadaan biasanya (Hikmat, 2002).
Tabel 3. Jumlah pemberian pakan
Ukuran ikan
|
Jumlah pakan per hari (% berat
badan)
|
Baru menetas >2 cm
Anakan (berat 3gr, panjang 2-4
cm)
Sedang (berat 10 gr, panjang 5
cm)
Dewasa (berat 100gr, panjang 12
cm)
|
15-20 %
10-15 %
5 %
2 %
|
Sumber : Hikmat, 2002
DAFTAR
PUSTAKA
Afrianto, D. dan E.
Liviawati. 1990. Budidaya Mas Koki dan Pemasarannya. Kanisius.
Yogyakarta.
Afrianto, D. dan E.
Liviawati. 1992. Pengendalian Hama dan
Penyakit Ikan. Kanisius. Jakarta.
Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Amri, K. dan Khairuman.
2002. Menanggulangi
Penyakit Pada Ikan Mas dan Koi. Agromedia.
Jakarta.
Bachtiar, Y. 2004. Ikan Hias Air Tawar Untuk Ekspor. Agromedia. Jakarta.
Ditjenkanbud
(Direktorat Jendaral Perikanan Budidaya). 2006. Kebijakan dan Program
Prioritas Tahun 2007. Ditjen Perikanan
Budidaya. Departemen Kelautan dan
Perikanan
Effendi, M.I.
1979. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.
Effendy, H. 1993. Mengenal Bebeberapa jenis Koi. Kanisius.
Jakarta.
Hikmat, K. 2002. Koi Siikan Panjang Umur. Agromedia.
Jakarta.
Hardjo, B. 2004. Pemijahan Ikan Koi Secara Alami. http://www. Blitar koi. Info Pusat informasi
dan penjualan.go.id.
\
Khairuman,
Dodi Sutenda dan Bambang Gunadi. 2002. Budidya
Ikan Mas Secara Intensif. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Pasaribu, A. 1993. Analisa Budidaya Udang intensif dan Semi
Intensif. Budidaya Pantai Maros
Sulawesi Selatan.
Putranto, A. 1995. Budidaya Produktif Ikan Mas. Karya Anda.
Surabaya.
Ria, A. 1995. Seleksi Induk Koi dari Tiga Tipe Pola. Pusat
Informasi Pertanian (PIP). DEPTAN.
Ryanto. 1995. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek.
Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Rausin. 2003.
Manajemen Pembesaran Kerapu Macan di Keramba Jaring Apung.
Loka Budidaya Laut
Batam. Batam. Hal 1-47.
Soeharto. 1999. Manajemen Proyek dari konseptual Sampai
Operasional. Erlangga.
Sudarsono dan
Sudjiharno. 1998. Analisa Usaha Skala
Menengah. Pembenihan Ikan Kerapu
macan. Ditjenkan. Balai Budidaya Laut Lampung.
Sukamajaya, Suharjo
dan Aminudin. 2004. Pengembanagan Rekayasa Reproduksi Benih
Ikan Hias Koi (Cyprinus carpio). BBAT
Sukabumi.
Sutisna, D. H. dan
Ratno Sudarmanto. 1995. Pembenihan Ikan Air Tawar.
Kanisius. Jakarta.
Susanto, H. 2002 . KOI. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suseno, D. 2002. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Utami. 1995. Pembenihan
Ikan Koi Juara. Pusat Informasi Pertanian (PIP). DEPTAN
Firman Pra Setia
Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh
Perikanan Kab. Banyuwangi