Eucheuma cottoni merupakan
salah satu jenis rumput laut merah dan berubah nama menjadi Kappaphycus
alvarezii karena keraginan yang dihasilkan termasuk fraksi
kappa-karaginan. Umumnya Eucheuma tumbuh dengan baik di daerah pantai
terumbu. Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang tetap,
variasi suhu harian yang kecil dan substrat batu karang mati.
Lingkungan yang cocok untuk
budidaya Eucheuma adalah :
1.
Substrat stabil, terlindung dari
ombak yang kuat dan umumnya di daerah terumbu karang.
2.
Kedalaman air pada surut terendah 1
– 30 cm.
3.
Perairan dilalui arus tetap dari
laut lepas sepanjang pantai.
4.
Kecepatan arus antara 20 – 40
m/menit.
5.
Jauh dari muara sungai, tidak
mengandung lumpur dan airnya jernih.
6.
Suhu air berkisar 27 – 28oC,
salinitas berkisar 30 – 37 ppt dan pH 6,5 – 8,5
Gambar 1. Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottoni |
Sistim Lepas Dasar.
Metode ini merupakan perbaikan dari
metode sebelumnya. Dimana pada daerah yang telah ditetapkan (lokasi budidaya)
dipasang patok-patok secara teratur berjarak antara 50 – 100 cm. Pada
sisi yang berlawanan dengan jarak 50 – 100 m juga diberi patok dengan jarak
yang sama. Satu patok dengan patok lainnya dihubungkan dengan tali jalur
yang telah berisi rumput laut tersebut. Pada jarak 3 meter diberi pelampung
kecil yang berfungsi untuk menggerakan tali tersebut setiap saat agar tanaman
bebas dari lumpur (adanya sedimentasi)
Sistim Apung
a. Metode rakit
Metode ini sering disebut metode
rakit kotak, dibentuk dari empat buah bambu yang dirakit sehingga berbentuk
persegi panjang dengan ukuran 2,5 - 4 x 5 - 7 m. Pada rakit tersebut
dipasang tali pengikat rumput laut secara membujur dengan jarak 30 cm
kemudian rumput laut (bibit) diikat pada tali tersebut. Berat
bibit yang digunakan berkisar antara 50 – 100 gram. Setelah rumput diikat maka
rakit tersebut ditarik dan ditempatkan pada lokasi yang telah ditetapkan dengan
menggunakan dua buah jangkar pada kedua ujung rakit tersebut dengan kedalaman
perairan berkisar antara 0,5 – 10 meter.
b. Metode Long Line berbingkai
Konstruksi metode ini semuanya
terbuat dari tali PE. Adapun teknik pembuatan konstruksinya sbb : Menyiapkan
tali PE Ø 0,10 cm sepanjang 260 m. Kedua ujung tali tersebut dihubungkan
kemudian dirancang hingga berbentuk persegi panjang berukuran 100 x 25 m.
Pada keempat sudut dilengkapi dengan empat buah pelampung yang berfungsi
mempertahakan konstruksi agar tetap berada pada permukaan air. Agar
konstruksi tersebut tetap pada posisi yang diharapkan maka pada keempat sudut
yang sama dilengkapi dengan enam buah jangkar. Setelah selesai menyiapkan
konstruksi maka tahap berikutnya adalah menyiapkan 165 buah tali jalur yang
terbuat dari tali PE Ø 0,5 cm. Tali tersebut dipotong masing – masing 25 m
sesuai dengan panjang konstruksi. Pada satu tali jalur dipasang 120 tali coban
(tali
titik) berjarak 25 cm yang berfungsi
sebagai tempat mengikat bibit yang akan digunakan.
Bibit yang digunakan adalah tanaman
muda dari hasil budidaya. Sebelum diikat bibit tersebut dipotong agar ukurannya
sesuai dengan bobot yang dikehendaki. Untuk mengetahui perkembangan tanaman,
ditentukan beberapa sampel dengan berat rata-rata 100 gram kemudian
setiap minggu dilakukan penimbangan sampel tersebut.
Gambar 2. Budidaya Rumput Laut Metode Longline |
c. Metode jalur (kombinasi)
Metode ini merupakan kombinasi
antara metode rakit dan metode long line. Kerangka metode ini terbuat dari
bambu yang disusun sejajar, pada kedua ujung setiap bambu dihubungkan dengan
tali PE Ø 0,6 cm sehingga membentuk persegi panjang dengan ukuran 5 x 7 m.
perpetak. Satu unit metode ini terdiri dari 7 – 8 petak dan pada kedua ujung
setiap unit diberi jangkar. Kegiatan penanaman diawali dengan
mengikat bibit rumput laut ke tali jalur yang telah dilengkapi tali PE Ø 0,1
cm. Setelah bibit diikat pada tali jalur maka tali jalur tersebut
dipasang pada kerangka yang telah tersedia dengan jarak tanam yang digunakan
minimal 25 cm x 30 cm.
Bibit.
Dalam satuan unit usaha budidaya
rumput laut diperlukan perhatian khusus tentang bibit yang digunakan.
Disarankan, untuk setiap kegiatan usaha budidaya rumput laut harus memiliki
rakit khusus sebagai penyuplai bibit. Karena dengan rakit khusus ini bibit yang
digunakan dapat tersedia setiap saat dan dapat memenuhi kriteria bibit
yang baik. Kriteria bibit yang baik:
1. Bercabang
banyak dan rimbun,
2. Tidak
terdapat bercak dan terkelupas,
3. Warna
spesifik (cerah),
4. Umur
25 – 35 hari,
5. Berat
bibit 50 – 100 gram.
Penanaman
Kegiatan penanaman untuk semua
metode relatif sama, penanaman diawali dengan mengikat rumput laut (bibit) ke
tali jalur yang telah dilengkapi dengan tali pengikat rumput laut. Pengikatan
bibit rumput laut harus dilakukan di lokasi yang terlindung dari sinar matahari
langsung, umumnya dilakukan ditepi pantai di bawah pohon atau pondok yang
disiapkan khusus. Berat bibit yang ditanam berkisar antara 50 sampai 100
gram per ikatan.
Jarak tanam (jarak antar tali jalur)
untuk metode rakit dan metode jalur relatif sama yaitu 30 – 35 cm,
sedangkan jarak tanam untuk metode long - line berkisar antara 50 – 100
cm. Setelah selesai mengikat rumput laut maka tali jalur yang
berisi rumput tersebut diikatkan pada kerangka yang telah tersedia.
Pengontrolan Rutin
Keberhasilan suatu usaha budidaya
rmput laut sangat tergantung dari manajemen budidaya rumput laut. Kegiatan
pengontrolan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan sesering mungkin untuk
membersihkan tanaman dari tanaman pengganggu dan juga untuk melakukan
penyulaman terhadap tanaman yang terlepas. Khusus untuk kegiatan
penyulaman hanya dilakukan pada minggu pertama setelah rumput laut
ditanam.
Panen dan Pasca panen
Akhir dari kegiatan proses produksi
budidaya rumput laut adalah pemanenan, oleh sebab itu kegiatan pemanenan hingga
penanganan pasca panen harus dilakukan dengan memperhatikan hal-hal yang akan
berpengaruh terhadap kualitas produk yang akan dihasilkan. Secara umum
kebutuhan akan rumput laut Eucheuma cottonii (Kappaphucus
alvarezii) adalah untuk mendapatkan bahan karagenan yang terkandung
dalam rumput laut tersebut. Untuk mendapatkan rumput laut yang memiliki
kandungan karagenan sesuai dengan kebutuhan industri maka beberapa hal yang
perlu mendapat perhatian untuk dilakukan adalah sebagai berikut:
Umur
Umur rumput laut akan sangat
menentukan kualitas dari rumput laut tersebut. Jika rumput laut
tersebut akan digunakan sebagai bibit maka pemanenan dilakukan setelah rumput
laut berumur 25 – 35 hari karena pada saat itu tanaman belum terlalu tua.
Sedangkan jika rumput laut tersebut dipanen untuk dikeringkan maka sebaiknya
pemanenan dilakukan pada saat rumput tersebut berumur 1,5 bulan atau lebih
karena pada umur tersebut kandungan karaginan cukup tersedia.
Cuaca
Hal kedua yang sangat penting pada
saat panen adalah cuaca. Jika pemanenan dan penjemuran dilakukan pada cuaca
cerah maka mutu dari rumput laut tersebut dapat terjamin. Sebaliknya jika
pemanenan dan penjemuran dilakukan pada cuaca mendung akan terjadi proses
fermentasi pada rumput tersebut yang menyebabkan mutunya tidak terjamin.
Cara Panen
Pembudidaya yang memiliki usaha
dalam jumlah besar hendaknya melakukan kegiatan pemanenan dengan cara
melepaskan tali jalur yang berisikan rumput laut siap panen. Rumput laut
tersebut diangkut ke tepi pantai kemudian dirontokan dengan jalan memasang dua patok
kayu dalam satu lubang kemudian kedua ujung patok atas direntangkan sehingga
membentuk huruf Y. Setelah itu dua sampai tiga ujung dari tali jalur yang
berisikan rumput laut hasil panen tersebut dimasukkan ke antara kedua patok
tersebut dan ditarik sehingga rumput laut rontok dan siap untuk dijemur. Hal
ini akan menimbulkan luka yang cukup banyak pada rumput laut tersebut. Kondisi
ini akan memberikan dampak yang kurang baik dimana pada luka tersebut akan
mengakibatkan keluarnya air termasuk karagenan yang terkandung dalam rumput
laut tersebut. Oleh sebab itu pemanenan yang baik adalah meminimalkan luka pada
rumput laut dari setiap hasil panen tersebut.
Cara panen dan pasca panen hasil
budidaya rumput laut yang dilakukan :
1.
Proses perontokan rumput laut dapat
dilakukan seperti di atas tetapi cukup dengan satu tali jalur.
2.
Perontokan rumput dilakukan dengan
memotong setiap tali pengikat rumput laut.
3.
Penjemuran rumput laut dilakukan
sekaligus dengan tali jalur tanpa dirontokkan. Setelah hari ke dua rumput laut
tersebut dapat dirontokkan dengan jalan memotong thalus tempat mengikat rumput
laut tersebut.
4.
Penjemuran harus dilakukan diatas
wadah penjemuran agar terhindar dari kotoran (sebaiknya di atas para-para).
5.
Penjemuran sebaiknya dilakukan
selama 3 – 4 hari pada cuaca cerah (apabila cuaca mendung maka penjemuran dapat
dilakukan lebih dari 4 hari).
6.
Hindari rumput laut yang dijemur
dari air hujan dengan cara menyiapkan plastik atau terpal di lokasi penjemuran.
7.
Hindari rumput laut yang dijemur
dari air hujan dengan cara menyiapkan plastik atau terpal di lokasi penjemuran.
Rumput laut industri kualitas
eksport harus mempunyai kondisi sebagai berikut:
a. Umur panen 45
hari atau lebih,
b. Kurangi
luka pada thallus saat panen,
c. Penjemuran
dilakukan di atas wadah,
d. Kadar air
30 – 35 % dan
e. Kemurnian
minimal 97 %
Firman Pra Setia Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Kab. Banyuwangi