Dilihat
dari segi morfologi bentuk tubuh ikan jelawat memanjang seperti torpedo yang
menandakan sebagai perenang cepat, kepala sebelah atas agak mendatar, mulut
berukuran sedang, garis leteral tidak terputus dan sisiknya sedang. Tubuh
bagian punggung berwarna kelabu kehijauan dan bagian perut putih keperakan.
Pada bagian sirip dada dan perut terdapat warna merah. Di alam ikan jelawat
dapat mencapai berat 15 kg atau lebih perekornya.
Webert
& Beauport (1981) dalam Ondara dan Sunarno
(1988) mengklasifikasikan ikan
jelawat sebagai berikut.
Ordo :Ostariaophysi
Sub
Ordo :Cyprinidae
Kelas :Teleostei
Sub
Kelas :Cyprinidae
Famili :Cyprinidae
Sub
Famili :Cyprinidae
Genus :Leptobarbus
Spesies :Leptobarbus hoevani Blkr
Sedangkan
nama lokal di Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung yaitu lemak/klemak, manjuhan
di Kalimantan Tengah, sultan di Malaysia dan Pla Ba di Thailand. Namun saat
berukuran kecil antara 10 - 20 cm di namakan jelejar di Jambi, Sumatera Selatan
dan Lampung.
Ikan Jelawat |
Habitat
Dijelaskan
oleh Atmaja Hardjamulia (1992), ikan jelawat banyak ditemui
dimuara-muara sungai dan daerah genangan air kawasan tengah hingga hilir,
bahkan muara sungai. Habitat yang disukainya adalah anak-anak sungai yang
berlubuk dan berhutan dibagian pinggirnya. Buah-buahan serta biji-bijian dan
dedaunan yang lembut dari pohon
dipinggir perairan menjadi sumber makanannya. Selain itu, tumbuhan air juga
merupakan makanan ikan jelawat ukuran besar. Untuk anakannya banyak dijumpai di
daerah genangan, dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Pada saat air menyusut,
anakan ikan jelawat secara bergerombol beruaya kearah bagian hulu dari sungai.
Ikan jelawat dapat hidup pada pH 5 – 7, oksigen terlarut 5 – 7 ppm dan suhu 25
- 37°C
serta diperairan subur hingga sedang.
Di
Indonesia ikan jelawat tersebar diperairan – perairan sungai dan daerah
genangan atau rawa di Kalimantan dan Sumatera. Penyebarannya juga merata di
kawasan Asia Tenggara seperti Vietnam, Thailand, Malaysia dan Kamboja.
Kebiasaan Makan dan Makanan
Secara
umum ikan jelawat bersifat omnivora atau pemakan segala. Namun sebenarnya ia lebih cenderung herbivora. Vaas,
Sachlan dan Wirraatmaja dalam Atmaja Hardjamulia (1992) menyebutkan,
didalam usus ditemukan biji-bijian, buah-buahan dan tumbuhan air. Sedang
didalam usus benih jelawat ditemukan berbagai jenis plankton, algae dan larva
serangga air.
Dalam lingkungan pemeliharaan yang terkontrol, ikan
jelawat juga menyantap makanan buatan berbentuk pellet. Bahkan mau memakan
singkong, daun singkong dan usus ayam.
Dari bentuk mulut dapat diketahui bahwa ikan jelawat
menyenangi makanan yang melayang. Cara makannya dengan menyambar meski
terkadang gerakannya dalam mengambil makanan agak lambat. Namun demikian jenis
ikan ini biasa pula mengambil makanan yang berada di dasar perairan.
Tingkat Kematangan Gonad dan
Reproduksi
Dihabitatnya
di alam, ikan jelawat biasanya melakukan pemijahan pada musim penghujan, yaitu
pada saat air menaik dan menggenangi daerah sekitarnya. Dalam kondisi demikian,
secara bergerombol ikan jelawat beruaya kearah muara sungai. Dibagian muara
sungai tersebut pemijahan terjadi yang biasanya pagi hari diiringi rintikan air
hujan.
Selama
musim penghujan ikan jelawat mampu memijah 2 – 3 kali pemijahan. Telur ikan
jelawat bersipat melayang, telur yang dibuahi tersebut di bawa arus ke bagian
hilir dan menetas dalam perjalanan tersebut. Telur yang menetas dan menjadi
larva tersebut memasuki perairan atau daerah genangan yang berada di sepanjang
sungai tersebut.
Salah
satu faktor penunjang keberhasilan pemijahan adalah tersedianya induk yang
matang gonad. Induk tersebut dapat diperoleh dengan dua cara, cara pertama
ialah dengan menangkapnya di alam pada saat musim pemijahan. Cara kedua adalah
dengan memeliharanya di kolam secara terkontrol. Cara pertama biasanya faktor
keberhasilannya rendah, hal tersebut disebabkan oleh pengaruh stress dari ikan,
apalagi ikan jelawat bersifat agresif sehingga pada waktu ditangkap dapat
menimbulkan kerusakan fisik [Atmaja Hardjamulia, 1992].
Beberapa
persyaratan yang harus diperhatikan menyangkut kondisi induk ikan jelawat agar
dapat dipijahkan dengan baik yaitu kematangan gonad dari ikan yang siap
dipijahkan, biasanya mulai berumur 3 tahun, ukuran ikan besar dengan harapan
telur yang dihasilkan banyak dan kualitas larva baik, kondisi ikan sehat tanpa
ada luka atau cacat.
Biasanya
induk ikan sudah siap dipijahkan setelah 3 – 6 bulan dalam kondisi pemeliharaan
secara terkontrol dan intensif. Kualitas air yang optimal untuk oksigen
terlarut lebih dari 3 ppm, pH 6 – 7, kesuburan sedang, bebas dari bahan
cemaran, suhu air 23 – 31°C
dan kecerahan air 70 cm.
Effendi
[1979], menjelaskan bahwa Tingkat Kematangan
Gonad [TKG] adalah tahap tertentu
perkembangan sebelum dan sesudah ikan memijah. Tahapan ini dimulai dari dara,
dara berkembang, perkembangan I dan II, bunting, mijah, salin,spent dan pulih
salin.
Tanda-tanda
induk betina jelawat yang matang gonad dan siap memijah yaitu perut membesar di
bagian bawah tubuh dan berwarna putih keperakan, apabila ditekan terasa lunak,
lubang cloaca berwarna kemerahan, gerakan agak lamban. Sedang induk jantan bila diurut bagian perut kearah belakang
akan mengeluarkan cairan sperma.
Vitamin
E Dalam Pematangan Gonad
Dalam
penguasaan teknologi pembenihan, pematangan gonad (khususnya ovari) merupakan
kendala yang sering terjadi. Terutama pada jenis-jenis ikan perairan umum
seperti jelawat, patin, botia dan sebagainya. Diperkirakan kesulitan ini
dikarenakan jenis-jenis ikan tersebut
dipelihara diluar habitat aslinya serta mudah mengalami stres. Karena
itulah diduga terjadi hambatan terhadap peningkatan hormon gonadhotropin
sehingga ovari sulit berkembang untuk mencapai tingkat matang gonad. Kondisi
ini terus berlangsung sampai ikan tersebut dapat beradaptasi terhadap
lingkungan yang berbeda.
Pematangan
gonad merupakan kerja dari hormon gonadotropin
yang dihasilkan kelenjar hifofisa, disamping adanya nutrien dan vitamin
yang diperlukan yang terdapat dalam makanan atau pakan. Produksi GtH dikontrol
oleh “gonadotropin releasing hormone” (GnRH) dan dopamin yang diproduksi oleh
hipotalmus. GnRH berfungsi untuk merangsang gonaddotrofin menghasilkan GtH, sedangkan
dofamin berfungsi sebagai “a gonadotrofin release-inhibitory”.
Vitamin
yang sangat penting dan berperan dalam upaya mendapatkan induk dengan tingkat
kematangan gonad yang tinggi adalah vitamin E. Vitamin E sangat berperan untuk
meningkatkan peremeabilitas membran sel telur, sehingga nutrien dari pakan
dapat masuk ke dalam sel dengan baik dan mendapat gizi yang cukup sekaligus
juga dapat meningkatkan kualitas telur. (Hardjamulia
et al, 2000).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Mujiman, 1989. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Atmaja
Hardjamulia, 1992. Informasi Teknologi Budidaya Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr). Balai
Penelitian Perikanan Air Tawar. Bogor
Atmaja
Hardjamulia, Ningrum Suhenda, Jojo Subagja, 2000. Teknologi Pembenihan Ikan
Patin (Pangasius Spp). Makalah pada Temu Aplikasi Paket Teknologi
Pertanian di IPPTP Banjarbaru.
Anonim,
1985. Pembenihan Ikan Jelawat Dengan Induced Breeding. Direktorat Jenderal
Perikanan, Balai Budidaya Air Tawar. Sukabumi
Hidayat dan Rakhman,
2000. Rekayasa larutan Pembuahan, Larutan Garam dan Larutan Urea Terhadap
Peningkatan Derajat Pembuahan dan Perkembangan Telur Ikan Mas (Cyprinus
carpio L). Laporan Penelitian. Universitas Ahmad Yani Banjarbaru.
Khairul
Anwar, Abdul Halim Sunaryadi, Kosim, George Fauzan, Sarhadin, 2003. Pemberian
Vitamin E Dalam Proses Pematangan Gonad Pada Pemijahan Ikan Jelawat (Leptobarbus
hoeveni Blkr) Secara Buatan. Laporan Perekayasaan Loka Budidaya Air Tawar
Mandiangin Kalimantan Selatan Tahun 2003..
M.
Ikhsan Effendi, 1979. Metode Biologi Perikanan. Penerbit Cikuray. Bogor.
Ondara
dan MTD Sunarno, 1988. Upaya Pembenihan Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr). Prosiding Seminar Nasional Ikan dan
Udang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bekerjasama dengan
Universitas Padjajaran. Bandung.
Firman Pra Setia
Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh
Perikanan Pertama Kab. Banyuwangi