Kamis, 01 November 2018

Mengenal Ikan Jelawat



Dilihat dari segi morfologi bentuk tubuh ikan jelawat memanjang seperti torpedo yang menandakan sebagai perenang cepat, kepala sebelah atas agak mendatar, mulut berukuran sedang, garis leteral tidak terputus dan sisiknya sedang. Tubuh bagian punggung berwarna kelabu kehijauan dan bagian perut putih keperakan. Pada bagian sirip dada dan perut terdapat warna merah. Di alam ikan jelawat dapat mencapai berat 15 kg atau lebih perekornya.
Webert & Beauport (1981) dalam Ondara dan Sunarno (1988) mengklasifikasikan  ikan jelawat sebagai berikut.
Ordo          :Ostariaophysi
Sub Ordo  :Cyprinidae
Kelas         :Teleostei
Sub Kelas :Cyprinidae
Famili        :Cyprinidae
Sub Famili :Cyprinidae
Genus       :Leptobarbus
Spesies     :Leptobarbus hoevani  Blkr 
Sedangkan nama lokal di Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung yaitu lemak/klemak, manjuhan di Kalimantan Tengah, sultan di Malaysia dan Pla Ba di Thailand. Namun saat berukuran kecil antara 10 - 20 cm di namakan jelejar di Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung.
Ikan Jelawat

Habitat
Dijelaskan oleh Atmaja Hardjamulia (1992), ikan jelawat banyak ditemui dimuara-muara sungai dan daerah genangan air kawasan tengah hingga hilir, bahkan muara sungai. Habitat yang disukainya adalah anak-anak sungai yang berlubuk dan berhutan dibagian pinggirnya. Buah-buahan serta biji-bijian dan dedaunan yang lembut  dari pohon dipinggir perairan menjadi sumber makanannya. Selain itu, tumbuhan air juga merupakan makanan ikan jelawat ukuran besar. Untuk anakannya banyak dijumpai di daerah genangan, dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Pada saat air menyusut, anakan ikan jelawat secara bergerombol beruaya kearah bagian hulu dari sungai. Ikan jelawat dapat hidup pada pH 5 – 7, oksigen terlarut 5 – 7 ppm dan suhu 25 - 37°C serta diperairan subur hingga sedang. 
Di Indonesia ikan jelawat tersebar diperairan – perairan sungai dan daerah genangan atau rawa di Kalimantan dan Sumatera. Penyebarannya juga merata di kawasan Asia Tenggara seperti Vietnam, Thailand, Malaysia dan Kamboja.
Kebiasaan Makan dan Makanan
Secara umum ikan jelawat bersifat omnivora atau pemakan segala. Namun sebenarnya ia lebih cenderung herbivora. Vaas, Sachlan dan Wirraatmaja dalam Atmaja Hardjamulia (1992) menyebutkan, didalam usus ditemukan biji-bijian, buah-buahan dan tumbuhan air. Sedang didalam usus benih jelawat ditemukan berbagai jenis plankton, algae dan larva serangga air.
Dalam lingkungan pemeliharaan yang terkontrol, ikan jelawat juga menyantap makanan buatan berbentuk pellet. Bahkan mau memakan singkong, daun singkong dan usus ayam.
Dari bentuk mulut dapat diketahui bahwa ikan jelawat menyenangi makanan yang melayang. Cara makannya dengan menyambar meski terkadang gerakannya dalam mengambil makanan agak lambat. Namun demikian jenis ikan ini biasa pula mengambil makanan yang berada di dasar perairan.
Tingkat Kematangan Gonad dan Reproduksi
Dihabitatnya di alam, ikan jelawat biasanya melakukan pemijahan pada musim penghujan, yaitu pada saat air menaik dan menggenangi daerah sekitarnya. Dalam kondisi demikian, secara bergerombol ikan jelawat beruaya kearah muara sungai. Dibagian muara sungai tersebut pemijahan terjadi yang biasanya pagi hari diiringi rintikan air hujan.
Selama musim penghujan ikan jelawat mampu memijah 2 – 3 kali pemijahan. Telur ikan jelawat bersipat melayang, telur yang dibuahi tersebut di bawa arus ke bagian hilir dan menetas dalam perjalanan tersebut. Telur yang menetas dan menjadi larva tersebut memasuki perairan atau daerah genangan yang berada di sepanjang sungai tersebut.
Salah satu faktor penunjang keberhasilan pemijahan adalah tersedianya induk yang matang gonad. Induk tersebut dapat diperoleh dengan dua cara, cara pertama ialah dengan menangkapnya di alam pada saat musim pemijahan. Cara kedua adalah dengan memeliharanya di kolam secara terkontrol. Cara pertama biasanya faktor keberhasilannya rendah, hal tersebut disebabkan oleh pengaruh stress dari ikan, apalagi ikan jelawat bersifat agresif sehingga pada waktu ditangkap dapat menimbulkan kerusakan fisik [Atmaja Hardjamulia, 1992].
Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan menyangkut kondisi induk ikan jelawat agar dapat dipijahkan dengan baik yaitu kematangan gonad dari ikan yang siap dipijahkan, biasanya mulai berumur 3 tahun, ukuran ikan besar dengan harapan telur yang dihasilkan banyak dan kualitas larva baik, kondisi ikan sehat tanpa ada luka atau cacat.
Biasanya induk ikan sudah siap dipijahkan setelah 3 – 6 bulan dalam kondisi pemeliharaan secara terkontrol dan intensif. Kualitas air yang optimal untuk oksigen terlarut lebih dari 3 ppm, pH 6 – 7, kesuburan sedang, bebas dari bahan cemaran, suhu air 23 – 31°C dan kecerahan air 70 cm.
Effendi [1979], menjelaskan bahwa Tingkat Kematangan Gonad  [TKG] adalah tahap tertentu perkembangan sebelum dan sesudah ikan memijah. Tahapan ini dimulai dari dara, dara berkembang, perkembangan I dan II, bunting, mijah, salin,spent dan pulih salin.
Tanda-tanda induk betina jelawat yang matang gonad dan siap memijah yaitu perut membesar di bagian bawah tubuh dan berwarna putih keperakan, apabila ditekan terasa lunak, lubang cloaca berwarna kemerahan, gerakan agak lamban. Sedang induk jantan bila diurut bagian perut kearah belakang akan mengeluarkan cairan sperma.
Vitamin E Dalam Pematangan Gonad
Dalam penguasaan teknologi pembenihan, pematangan gonad (khususnya ovari) merupakan kendala yang sering terjadi. Terutama pada jenis-jenis ikan perairan umum seperti jelawat, patin, botia dan sebagainya. Diperkirakan kesulitan ini dikarenakan jenis-jenis ikan tersebut  dipelihara diluar habitat aslinya serta mudah mengalami stres. Karena itulah diduga terjadi hambatan terhadap peningkatan hormon gonadhotropin sehingga ovari sulit berkembang untuk mencapai tingkat matang gonad. Kondisi ini terus berlangsung sampai ikan tersebut dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang berbeda.
Pematangan gonad merupakan kerja dari hormon gonadotropin  yang dihasilkan kelenjar hifofisa, disamping adanya nutrien dan vitamin yang diperlukan yang terdapat dalam makanan atau pakan. Produksi GtH dikontrol oleh “gonadotropin releasing hormone” (GnRH) dan dopamin yang diproduksi oleh hipotalmus. GnRH berfungsi untuk merangsang gonaddotrofin menghasilkan GtH, sedangkan dofamin berfungsi sebagai “a gonadotrofin release-inhibitory”.
Vitamin yang sangat penting dan berperan dalam upaya mendapatkan induk dengan tingkat kematangan gonad yang tinggi adalah vitamin E. Vitamin E sangat berperan untuk meningkatkan peremeabilitas membran sel telur, sehingga nutrien dari pakan dapat masuk ke dalam sel dengan baik dan mendapat gizi yang cukup sekaligus juga  dapat meningkatkan kualitas telur. (Hardjamulia et al, 2000).

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mujiman, 1989. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Atmaja Hardjamulia, 1992. Informasi Teknologi Budidaya Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr). Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Bogor

Atmaja Hardjamulia, Ningrum Suhenda, Jojo Subagja, 2000. Teknologi Pembenihan Ikan Patin (Pangasius Spp). Makalah pada Temu Aplikasi Paket Teknologi Pertanian di IPPTP Banjarbaru.

Anonim, 1985. Pembenihan Ikan Jelawat Dengan Induced Breeding. Direktorat Jenderal Perikanan, Balai Budidaya Air Tawar. Sukabumi

Hidayat dan Rakhman, 2000. Rekayasa larutan Pembuahan, Larutan Garam dan Larutan Urea Terhadap Peningkatan Derajat Pembuahan dan Perkembangan Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Laporan Penelitian. Universitas Ahmad Yani Banjarbaru.
Khairul Anwar, Abdul Halim Sunaryadi, Kosim, George Fauzan, Sarhadin, 2003. Pemberian Vitamin E Dalam Proses Pematangan Gonad Pada Pemijahan Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr) Secara Buatan. Laporan Perekayasaan Loka Budidaya Air Tawar Mandiangin Kalimantan Selatan Tahun 2003..

M. Ikhsan Effendi, 1979. Metode Biologi Perikanan. Penerbit Cikuray. Bogor.

Ondara dan MTD Sunarno, 1988. Upaya Pembenihan Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr). Prosiding Seminar Nasional Ikan dan Udang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bekerjasama dengan Universitas Padjajaran. Bandung.


Firman Pra Setia Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Pertama Kab. Banyuwangi