Indonesia
mempunyai sumberdaya perairan umum yang cukup besar, baik perairan laut maupun
perairan tawar. Secara umum kegiatan
perikanan dapat dikembangkan pada tipe sumberdaya tersebut adalah usaha
penangkapan dan usaha budidaya.
Teknologi
budidaya air tawar yang telah di kembangkan di Indonesia antara lain adalah
pemeliharaan ikan dalam kolam air tenang, kolam air deras, mina padi, longyam,
hampang dan karamba. Salah satu teknik budidaya yang cukup potensial
dikembangkan di perairan umum terutama di perairan sungai, waduk dan danau
adalah budidaya ikan dalam karamba.
Pemeliharaan
ikan nila dalam karamba sebagai ikan budidaya sudah berkembang di masyarakat
petani ikan, seperti pembesaran ikan introduksi lainnya (mas, patin dan
grasscarp) yang dilakukan dalam karamba dan jaring apung
Permasalahan
yang timbul pada saat ini pada ikan nila adalah penurunan kecepatan pertumbuhan
yang menyebabkan rendahnya efisiensi pakan, ukuran konsumsi dan ukuran eksport masa
pemeliharaannya dicapai dalam waktu yang lebih lama, dan kelangsungan hidup terhadap
benih menjadi rendah karena penurunan daya tahan terhadap penyakit dan
lingkungan.
Penurunan
performance ikan nila tersebut diduga karena terjadi inbreeding selama beberapa
generasi, tidak dilakukan seleksi, belum
adanya lembaga pemerintah atau swasta yang dapat menyediakan induk dan benih
unggul dengan jumlah yang memadai dan pengetahuan para petani pembenih ikan
nila mengenai manajemen induk masih kurang.
Untuk mencapai
kembali peningkatan produksi budidaya ikan nila dan setiap jenis dan ukuran
benih ikan yang diproduksi oleh para pembenih, idealnya harus memiliki standar.
Perbaikan kualitas induk dan benih ditujukan untuk meningkatkan dan sekaligus
untuk mempertahankan tingkat produksi dan produktivitas yang telah dicapai saat
ini.
Gambar 1. Ikan Nila di Jaring Apung |
A. Ikan
Nila (Oreocromis niloticus Sp)
Ikan nila (Oreocromis niloticus
Sp), sangat dikenal oleh masyarakat penggemar ikan air tawar, baik di negara
kerkembang maupun di negara maju. Di
Asia tenggara, ikan nila banyak dibudidayakan terutama di Filipina, Malaysia,
Thailan, dan Indonesia. Di Indonesia
ikan nila sudah tersebar hampir ke seluruh pelosok wilayah tanah air.
Menurut sejarahnya, ikan nila pertama kali
didatangkan dari Taiwan ke Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor pada
tahun 1969. Setahun kemudian, ikan ini
mulai disebarkan ke beberapa daerah di Indonesia.
Dengan berbagai kelebihannya, ikan nila ini
mudah sekali diterima oleh masyarakat, sehingga dalam waktu yang singkat sudah
menyebar keseluruh pelosok nusantara.
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh ikan nila tersebut antara lain :
1. Mudah
berkembang biak
2.
Sangat toleran terhadap lingkungan
3.
Toleran terhadap serangan penyakit
4.
Pemakan segala (omnivora)
5.
Pertumbuhannya relatif cepat.
B. Klasifikasi
Sistematika ikan nila menurut Saanin 1968 adalah sebagai
berikut :
Fillum : Chordata
Sub Fillum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Acanthopterigii
Suku : Cichlidae
Marga : Oreochromis
Species : Oreocromis, Sp.
Awalnya ikan nila dimasukkan ke dalam jenis
Tilapia nilotica atau ikan dari golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan
larva didalam mulut induknya. Dalam
perkembangannya, para pakar perikanan
menggolongkan ikan nila ke dalam jenis Sarotherodon niloticus atau kelompok
ikan tilapia yang mengerami telur dan larvanya di dalam mulut induk jantan dan
betinanya. Akhirnya diketahui bahwa yang
mengerami telur dan larva di dalam mulut ikan nila hanya induk betinanya. Para pakar perikanan kemudian memutuskan
bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau
Oreochromis sp. Nama nilotika menunjukkan
tempat ikan berasal, yakni Sungai Nil di Benua Afrika.
Secara alami ikan nila melakukan migrasi dari
habitat aslinya, yakni di bagian hulu Sungai Nil yang melewati Uganda ke arah
selatan melewati Danau Raff dan Tanganyika.
Selain itu ikan nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat. Populasi terbanyak ditemukan di kolam – kolam
ikan di Chad dan Nigeria. Dengan campur
tangan manusia saat ini ikan nila telah menyebar ke seluruh dunia, dari Benua
Afrika, Amerika, Eropa, Asia, sampai Australia.
C. Morfologi
Berdasarkan morfologi, kelompok ikan Oreochromis ini memang
berbeda dengan kelompok tilapia. Secara
umum bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping, dengan sisik berukuran
besar. Matanya besar, menonjol. Dan
bagian tepinya berwarna putih. Gurat
sisi (linea literalias) terputus dibagian tengah badan dan kemudian berlanjut,
tetapi letaknya lebih kebawah daripada letak garis yang memanjang di atas sirip
dada. Jumlah sisik pada gurat sisi
jumlahnya 34 buah. Sirip punggung, sirip
perut, dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tetapi keras dan tajam seperti
duri. Sirip punggungnya berwarna hitam
dan sirip dadanya juga tampak hitam.
Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam, perbandingan
ukuran tubuh ikan nila adalah 3 : 1.
Ikan nila memiliki lima sirip yaitu sirip punggung (dorsal
fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal
fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip
punggungnya memanjag dari bagian atas tutup insang hingga bagian atas sirip
ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip
perut yang berukuran kecil. Sirip anus
hanya satu buah dan berbentuk agak panjang.
Sementara itu sirip ekornya berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu
buah.
Jika dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya,
ikan nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar daripada ikan
betina. Alat kelamin ikan jantan berupa
tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara urin dan saluran sperma yang
terletak di depan anus. Jika di urut
perut ikan nila jantan akan mengeluarkan cairan bening. Sementara itu ikan nila betina mempunyai
lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak di depan
anus. Bentuk hidung dan rahang belakang
ikan nila jantan melebar dan berwarna biru muda. Pada ikan betina bentuk hidung dan rahang
belakangnya agak lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila
jantan berupa garis putus-putus.
Sementara itu para ikan betina garisnya berlanjut (tidak putus) dan
melingkar.
D. Makanan
Ikan Nila adalah golongan pemakan segala (Omnivora)
sehingga bisa mengonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan. Karena itulah ikan ini sangat mudah
dibudidayakan.
Ketika masih benih, makanan yang disukai ikan nila adalah zooplankton ( plankton hewan ), seperti rotifera sp, moina
sp, atau dapnia sp. Selain itu juga
memangsa alga atau lumut yang menempel pada benda-benda di habitat
hidupnya. Ikan nila juga memakan tanaman
air yang tumbuh di kolam budidaya. Jika
telah mencapai ukuran dewasa ikan nila bisa diberi berbagai makanan tambahan
seperti pellet dan dedak.
Gambar 2. Pemberian Pakan di KJA Nila |
E. Pertumbuhan
Dalam istilah sederhana
pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan ukuran (Rounsefell dan
Everhart, 1962). Menurut Zainal (1985)
pertumbuhan adalah perubahan bentuk ikan baik dalam bentuk panjang maupun berat
sesuai dengan pertambahan waktu.
Pertumbuhan dalam individu menurut Ichsan
effendi (1978) adalah pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara
mitosis. Hal ini terjadi apabila ada
kelebihan input enegi dan asam amino (protein) berasal dari makanan.
Menurut Huet (1975) makanan
yang dimanfaatkan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh yang
rusak, setelah itu kelebihannya digunakan untuk pertumbuhan. Oleh karena itu
perumbuhan maksimal dapat dicapai jika makanan yang diberikan melebihi
kebutuhan pemeliharaan tubuh.
Menurut
effendi (1978) pertumbuhan
merupakan suatu proses biologi yang komplek, dimana banyak faktor yang
mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan meliputi faktor luar dan
faktor dalam. Faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada juga yang tidak.
Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol diantaranya adalah
keturunan, sex, umur, parasit dan penyakit. Sadangkan faktor luar yang utama
mempengaruhi pertubuhan adalah makanan dan suhu perairan.
Menurut Suhaili Asmawi (1983) kecepatan pertumbuhan
tergantung pada jumlah makanan yang diberikan, ruang, suhu, dalamnya air dan
faktor-faktor lainnya. Sedangkan Jangkaru (1974) menyatakan bahwa pertumbuhan
sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti keturunan, kecepatan
pertumbuhan relatif , kemampuan memanfaatkan makanan dan kepadatan populasi. Pertumbuhan merupakan parameter dalam budidaya
ikan terutama untuk ikan yang bernilai ekonomis, karena pertumbuhan akan
menentukan nilai produksi.
Pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan dari
ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu.
Menurut Ahmad Mudjiman (1984), bahwa dari sejumlah makanan
yang dimakan ikan, lebih kurang 10% saja yang digunakan untuk tumbuh atau
menambah berat, sedangkan selebihnya digunakan untuk tenaga atau memang tidak
dapat dicerna.
Menurut Siregar (1994) untuk memperoleh benih
ikan nila merah ukuran 25 gr/ekor
diperlukan waktu pemeliharaan selama 1 – 1,5 bulan.
F. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba
Karamba
adalah wadah/kurungan yang berbentuk persegi yang ditenggelamkan dalam air untuk
memelihara ikan, terutama di perairan umum.
Menurut
Suhaili Asmawi (1983) berdasarkan cara pemasangan dan penempatan karamba di
bagi menjadi tiga bagian yaitu : karamba tenggelam sebagian, karamba tenggelam
keseluruhan dan karamba pagar.
Padat
penebaran ikan untuk pemeliharaan dalam karamba di tentukan oleh jenis ikan dan ukuran karamba, juga sangat
tergantung pada kualitas dan kuantitas dari pakan buatan yang diberikan.
Hasil dari kegiatan
perekayasaan produksi induk ikan nila dalam karamba diperairan umum pada tahun
2003 selama masa pemeliharaan 4 bulan, untuk pertambahan berat ikan nila
Merah sebesar 441,63 gram.
Sedangkan nila GIFT sebesar 453,43 gram.
Sedangkan pertumbuhan panjang untuk ikan nila Merah sebesar 24,74 cm
dan ikan nila GIFT sebesar 18,50 cm.
G. Kualitas Air
Beberapa
kualitas air yang erat hubungannya dengan budidaya ikan meliputi :
1. Suhu
Suhu air untuk Ikan Nila berkisar 25o C – 30o
C, suhu air yang optimum untuk selera makan ikan antara 25o C
– 27o C (Suhaili Asmawi, 1984). Pada suhu tersebut ikan akan makan
rakus, hal ini terjadi pada waktu pagi dan sore hari. Oleh karena itu pemberian
makanan yang paling baik adalah pada pagi dan sore hari.
2. Derajat Keasaman (pH)
pH yang idial dimana ikan akan mengalami pertumbuhan yang
optimal berkisar antara 6,5 – 9,0 (Djatmika, 1986). Menurut Suhaili Asmawi
(1984) karena ikan air tawar mempunyai titik krisis asam pada pH 4,0 dan titik
basa pada pH 11,0
3. Oksigen
Terlarut
Kadar Oksigen terlarut yang baik bagi
pertumbuhan ikan antara 6,5 – 12,5 ppm, namun pada oksigen terlarut sebesar 5
ppm masih cukup baik untuk kehidupan ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Mudjiman, 1985. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
190 Halaman.
Djajasewaka, Hidayat,
1985. Pakan Ikan (Makanan Ikan). Cetakan
Pertama. Penebar Yasaguna. Jakarta.
47 Halaman.
Effendi, M.I. 1978.
Biologi Perikanan. Study Natural
History Bagian I. Fakultas Perikanan
IPB. Bogor. 105 Halaman.
Hunter, G.A and E.M.
Donaldson, 1983. Hormonal Sex Control
and Site Aplication to Fish Culture dalam WS Hoar D.J Randell and R.M Donaldson
(cd) Fish Physiology vol IX B. Academic
Press. New York. 223 – 291.
Khairul Amri, dan
Khairuman, 2003. Budidaya Ikan Nila
Secara Intensif. Cetakan Pertama. Agromedia Pustaka. Jakarta.
145 Halaman.
Laster, 1984. Sugestion
For Developing Improved Strains of Tilapia.
ICLARM New Slotter 6 (2) 17 – 18.
Mair, G.C. Panman, D.J
Scoot, A. Scibinki, D.O.F. and Beerdmore J.A.
Hormonal Sex Reversal and The Mechanisms of Sex Determination in
Oreochomis, Word Symp on Selection, Hybridition and Genetic Engenering, in
Aquaculture, Bordeux, Berlin.
Saanin. 1986.
Taksonomi dan Kunci Identifikasi.
Cetakan ke 2. Bina Cipta. Bogor.
503 Halaman.
Suhaili Asmawi,
1983. Pemeliharaan Ikan Dalam
Karamba. Gramedia. Jakarta.
82 Halaman.
Siregar. 1994.
Nila Merah Pembenihan dan Pembesaran Secara Intensif. Kanisius.
Jogyakarta. 87 Halaman.
Yamasaki, F.
1983. Sex Control and
Manipulation in Fish Aquaculture.
Halaman 33, 329 – 354.