Rabu, 03 Januari 2018

IKAN NILA SISTEM KARAMBA DIPERAIRAN UMUM



Indonesia mempunyai sumberdaya perairan umum yang cukup besar, baik perairan laut maupun perairan tawar.  Secara umum kegiatan perikanan dapat dikembangkan pada tipe sumberdaya tersebut adalah usaha penangkapan dan usaha budidaya.
Teknologi budidaya air tawar yang telah di kembangkan di Indonesia antara lain adalah pemeliharaan ikan dalam kolam air tenang, kolam air deras, mina padi, longyam, hampang dan karamba. Salah satu teknik budidaya yang cukup potensial dikembangkan di perairan umum terutama di perairan sungai, waduk dan danau adalah budidaya ikan dalam karamba.
Pemeliharaan ikan nila dalam karamba sebagai ikan budidaya sudah berkembang di masyarakat petani ikan, seperti pembesaran ikan introduksi lainnya (mas, patin dan grasscarp) yang dilakukan dalam karamba dan jaring apung
Permasalahan yang timbul pada saat ini pada ikan nila adalah penurunan kecepatan pertumbuhan yang menyebabkan rendahnya efisiensi pakan, ukuran konsumsi dan ukuran eksport masa pemeliharaannya dicapai dalam waktu yang lebih lama, dan kelangsungan hidup terhadap benih menjadi rendah karena penurunan daya tahan terhadap penyakit dan lingkungan.
Penurunan performance ikan nila tersebut diduga karena terjadi inbreeding selama beberapa generasi,  tidak dilakukan seleksi, belum adanya lembaga pemerintah atau swasta yang dapat menyediakan induk dan benih unggul dengan jumlah yang memadai dan pengetahuan para petani pembenih ikan nila mengenai manajemen induk masih kurang.
Untuk mencapai kembali peningkatan produksi budidaya ikan nila dan setiap jenis dan ukuran benih ikan yang diproduksi oleh para pembenih, idealnya harus memiliki standar. Perbaikan kualitas induk dan benih ditujukan untuk meningkatkan dan sekaligus untuk mempertahankan tingkat produksi dan produktivitas yang telah dicapai saat ini.

Gambar 1. Ikan Nila di Jaring Apung


A.     Ikan Nila (Oreocromis niloticus Sp)
Ikan nila (Oreocromis niloticus Sp), sangat dikenal oleh masyarakat penggemar ikan air tawar, baik di negara kerkembang maupun di negara maju.  Di Asia tenggara, ikan nila banyak dibudidayakan terutama di Filipina, Malaysia, Thailan, dan Indonesia.  Di Indonesia ikan nila sudah tersebar hampir ke seluruh pelosok wilayah tanah air.
Menurut sejarahnya, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor pada tahun 1969.  Setahun kemudian, ikan ini mulai disebarkan ke beberapa daerah di Indonesia.
Dengan berbagai kelebihannya, ikan nila ini mudah sekali diterima oleh masyarakat, sehingga dalam waktu yang singkat sudah menyebar keseluruh pelosok nusantara.  Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh ikan nila tersebut antara lain :
1.  Mudah berkembang biak
2.  Sangat toleran terhadap lingkungan
3.  Toleran terhadap serangan penyakit
4.  Pemakan segala (omnivora)
5.  Pertumbuhannya relatif cepat.


B.  Klasifikasi
Sistematika ikan nila menurut Saanin 1968 adalah sebagai berikut :
Fillum                   :       Chordata
Sub Fillum           :       Vertebrata
Kelas                   :       Pisces
Sub Kelas            :       Acanthopterigii
Suku                    :       Cichlidae
Marga                  :       Oreochromis
Species               :       Oreocromis, Sp.

Awalnya ikan nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica atau ikan dari golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan larva didalam mulut induknya.  Dalam perkembangannya, para  pakar perikanan menggolongkan ikan nila ke dalam jenis Sarotherodon niloticus atau kelompok ikan tilapia yang mengerami telur dan larvanya di dalam mulut induk jantan dan betinanya.  Akhirnya diketahui bahwa yang mengerami telur dan larva di dalam mulut ikan nila hanya induk betinanya.  Para pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp.  Nama nilotika menunjukkan tempat ikan berasal, yakni Sungai Nil di Benua Afrika.
Secara alami ikan nila melakukan migrasi dari habitat aslinya, yakni di bagian hulu Sungai Nil yang melewati Uganda ke arah selatan melewati Danau Raff dan Tanganyika.  Selain itu ikan nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat.  Populasi terbanyak ditemukan di kolam – kolam ikan di Chad dan Nigeria.  Dengan campur tangan manusia saat ini ikan nila telah menyebar ke seluruh dunia, dari Benua Afrika, Amerika, Eropa, Asia, sampai Australia.


C.  Morfologi
Berdasarkan morfologi, kelompok ikan Oreochromis ini memang berbeda dengan kelompok tilapia.  Secara umum bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping, dengan sisik berukuran besar.  Matanya besar, menonjol. Dan bagian tepinya berwarna putih.  Gurat sisi (linea literalias) terputus dibagian tengah badan dan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih kebawah daripada letak garis yang memanjang di atas sirip dada.  Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah.  Sirip punggung, sirip perut, dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri.  Sirip punggungnya berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam.  Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam, perbandingan ukuran tubuh ikan nila adalah 3 : 1.
Ikan nila memiliki lima sirip yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin).  Sirip punggungnya memanjag dari bagian atas tutup insang hingga bagian atas sirip ekor.  Ada sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil.  Sirip anus hanya satu buah dan berbentuk agak panjang.  Sementara itu sirip ekornya berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah.
Jika dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya, ikan nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar daripada ikan betina.  Alat kelamin ikan jantan berupa tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara urin dan saluran sperma yang terletak di depan anus.  Jika di urut perut ikan nila jantan akan mengeluarkan cairan bening.  Sementara itu ikan nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak di depan anus.  Bentuk hidung dan rahang belakang ikan nila jantan melebar dan berwarna biru muda.  Pada ikan betina bentuk hidung dan rahang belakangnya agak lancip dan berwarna kuning terang.  Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa garis putus-putus.  Sementara itu para ikan betina garisnya berlanjut (tidak putus) dan melingkar.


D.  Makanan
Ikan Nila adalah golongan pemakan segala (Omnivora) sehingga bisa mengonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan.  Karena itulah ikan ini sangat mudah dibudidayakan.
Ketika masih benih,  makanan yang  disukai ikan nila  adalah    zooplankton  ( plankton hewan ), seperti rotifera sp, moina sp, atau dapnia sp.  Selain itu juga memangsa alga atau lumut yang menempel pada benda-benda di habitat hidupnya.  Ikan nila juga memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budidaya.  Jika telah mencapai ukuran dewasa ikan nila bisa diberi berbagai makanan tambahan seperti pellet dan dedak.

Gambar 2. Pemberian Pakan di KJA Nila



E.  Pertumbuhan
Dalam istilah sederhana pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan ukuran (Rounsefell dan Everhart, 1962).  Menurut Zainal (1985) pertumbuhan adalah perubahan bentuk ikan baik dalam bentuk panjang maupun berat sesuai dengan pertambahan waktu.
Pertumbuhan dalam individu menurut Ichsan effendi (1978) adalah pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada  kelebihan input enegi dan asam amino (protein) berasal dari makanan.
Menurut Huet (1975) makanan yang dimanfaatkan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh yang rusak, setelah itu kelebihannya digunakan untuk pertumbuhan. Oleh karena itu perumbuhan maksimal dapat dicapai jika makanan yang diberikan melebihi kebutuhan pemeliharaan tubuh.
Menurut  effendi  (1978) pertumbuhan merupakan suatu proses biologi yang komplek, dimana banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan meliputi faktor luar dan faktor dalam. Faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada juga yang tidak. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol diantaranya adalah keturunan, sex, umur, parasit dan penyakit. Sadangkan faktor luar yang utama mempengaruhi pertubuhan adalah makanan dan suhu perairan.
Menurut Suhaili Asmawi (1983) kecepatan pertumbuhan tergantung pada jumlah makanan yang diberikan, ruang, suhu, dalamnya air dan faktor-faktor lainnya. Sedangkan Jangkaru (1974) menyatakan bahwa pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti keturunan, kecepatan pertumbuhan relatif , kemampuan memanfaatkan makanan dan kepadatan populasi. Pertumbuhan merupakan parameter dalam budidaya ikan terutama untuk ikan yang bernilai ekonomis, karena pertumbuhan akan menentukan nilai produksi.
Pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan dari ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu. 
Menurut Ahmad Mudjiman (1984), bahwa dari sejumlah makanan yang dimakan ikan, lebih kurang 10% saja yang digunakan untuk tumbuh atau menambah berat, sedangkan selebihnya digunakan untuk tenaga atau memang tidak dapat dicerna.
Menurut Siregar (1994) untuk memperoleh benih ikan nila merah ukuran   25 gr/ekor diperlukan waktu pemeliharaan selama 1 – 1,5 bulan.


F.   Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba
Karamba adalah wadah/kurungan yang berbentuk persegi yang ditenggelamkan dalam air untuk memelihara ikan, terutama di perairan umum.
Menurut Suhaili Asmawi (1983) berdasarkan cara pemasangan dan penempatan karamba di bagi menjadi tiga bagian yaitu : karamba tenggelam sebagian, karamba tenggelam keseluruhan dan karamba pagar.
Padat penebaran ikan untuk pemeliharaan dalam karamba di tentukan oleh  jenis ikan dan ukuran karamba, juga sangat tergantung pada kualitas dan kuantitas dari pakan buatan yang diberikan.
Hasil dari kegiatan perekayasaan produksi induk ikan nila dalam karamba diperairan umum pada tahun 2003  selama masa pemeliharaan  4 bulan, untuk pertambahan berat ikan nila Merah sebesar  441,63 gram. Sedangkan   nila GIFT  sebesar 453,43 gram.
Sedangkan pertumbuhan panjang  untuk ikan nila Merah sebesar 24,74 cm dan  ikan nila GIFT  sebesar 18,50 cm.


G.   Kualitas Air
Beberapa kualitas air yang erat hubungannya dengan budidaya ikan meliputi :
1.    Suhu
Suhu air untuk Ikan Nila berkisar 25­­o C – 30o C, suhu air yang optimum untuk selera makan ikan antara 25o C – 27o C (Suhaili Asmawi, 1984). Pada suhu tersebut ikan akan makan rakus, hal ini terjadi pada waktu pagi dan sore hari. Oleh karena itu pemberian makanan yang paling baik adalah pada pagi dan sore hari.
2.     Derajat Keasaman (pH)
pH yang idial dimana ikan akan mengalami pertumbuhan yang optimal berkisar antara 6,5 – 9,0 (Djatmika, 1986). Menurut Suhaili Asmawi (1984) karena ikan air tawar mempunyai titik krisis asam pada pH 4,0 dan titik basa pada pH 11,0
3.    Oksigen Terlarut
Kadar Oksigen terlarut yang baik bagi pertumbuhan ikan antara 6,5 – 12,5 ppm, namun pada oksigen terlarut sebesar 5 ppm masih cukup baik untuk kehidupan ikan.


DAFTAR PUSTAKA


Ahmad Mudjiman, 1985.  Makanan Ikan.  Penebar Swadaya.  Jakarta.  190 Halaman.
Djajasewaka, Hidayat, 1985.  Pakan Ikan (Makanan Ikan). Cetakan Pertama.  Penebar Yasaguna.  Jakarta.  47 Halaman.
Effendi, M.I.  1978.  Biologi Perikanan.  Study Natural History Bagian I.  Fakultas Perikanan IPB.  Bogor.  105 Halaman.
Hunter, G.A and E.M. Donaldson, 1983.  Hormonal Sex Control and Site Aplication to Fish Culture dalam WS Hoar D.J Randell and R.M Donaldson (cd) Fish Physiology vol IX B.  Academic Press.  New York.  223 – 291.
Khairul Amri, dan Khairuman, 2003.  Budidaya Ikan Nila Secara Intensif.  Cetakan Pertama.  Agromedia Pustaka.  Jakarta.  145 Halaman.
Laster, 1984. Sugestion For Developing Improved Strains of Tilapia.  ICLARM New Slotter 6 (2) 17 – 18.
Mair, G.C. Panman, D.J Scoot, A. Scibinki, D.O.F. and Beerdmore J.A.  Hormonal Sex Reversal and The Mechanisms of Sex Determination in Oreochomis, Word Symp on Selection, Hybridition and Genetic Engenering, in Aquaculture, Bordeux, Berlin.
Saanin.  1986.  Taksonomi dan Kunci Identifikasi.  Cetakan ke 2.  Bina Cipta.  Bogor.  503 Halaman.
Suhaili Asmawi, 1983.  Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba.  Gramedia.  Jakarta.  82 Halaman.
Siregar.  1994.  Nila Merah Pembenihan dan Pembesaran Secara Intensif.  Kanisius.  Jogyakarta.  87 Halaman.
Yamasaki, F.  1983.  Sex Control and Manipulation in Fish Aquaculture.  Halaman 33, 329 – 354.