Senin, 11 Februari 2019

Penanggulangan Penyakit dalam Budidaya


Dalam akuakultur atau budi daya perairan, penyakit dan hama dapat mengaki-batkan kerugian ekonomis. Karena penyakit dan hama dapat menyebabkan ke-kerdilan, periode pemeliharaan lebih lama, tingginya konversi pakan, tingkat padat tebar yang rendah, dan kematian sehingga dapat mengakibatkan penu­runan atau hilangnya produksi.
Penyakit pada ikan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbul-kan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat-alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Prinsipnya penyakit yang menyerang ikan budi daya tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kualitas air), kondisi inang (ikan budi daya), dan adanya jasad patogen (jasad penyakit). Dengan demikian, timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan budi daya, dan jasad/organisme penyaki. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stres pada ikan budi daya sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhir-nya mudah diserang penyakit.
Di lingkungan alam, ikan dapat diserang berbagai macam penyakit. Demikian juga dalam pembudidayaannya, bahkan penyakit dapat menyerang ikan dalam jumlah besar dan dapat menyebabkan kematian sehingga kerugian yang ditim-bulkannya pun sangat besar. Kerugian yang ditimbulkannya bergantung pada beberapa faktor, yaitu (a) umur ikan yang sakit (ikan yang terserang penyakit); (b) persentase populasi yang terserang penyakit; (c) parahnya penyakit; dan (d) adanya infeksi sekunder.
Penyakit-penyakit banyak yang bersifat infektif, tetapi faktor-faktor non infeksi juga sangat berperan. Menurut Zonneveld et al. (1991), peran ini berhubungan dengan dua faktor, yaitu (1) lingkungan tempat hidup, di mana ikan terkung-kung oleh air beserta semua jenis mikroorganisme dan polusi; (2) sifat ikan yang poik/Totermis (suhu tubuh ikan dipengaruhi oleh suhu airdi sekitarnya—MGHKK). Sifat ini mengakibatkan rendahnya tingkat metabolisme setelah air me-ngalami penurunan suhu. Kegiatan sistem kekebalan ikan juga bergantung pada suhu.
Penyakit dapat ditimbulkan oleh satu atau berbagai macam organisme penyakit. Sebagai contoh, penyakit disebabkan oleh satu faktor, tetapi kemudian dibare-ngi oleh faktor lain. Bila terjadi semacam ini, berarti penyakit kedua (sekunder) memanfaatkan kondisi yang disebabkan oleh penyakit pertama (penyakit pri­mer).
Ikan yang Terkena Penyakit


A. PENCEGAHAN PENYAKIT
"Mencegah lebih baik daripada mengobati." Karena selain pengobatan tidak bisa menjamin penyembuhan 100%, pengobatan juga membutuhkan biaya dan tenaga yang cukup besar. Ada beberapa teknik pencegahan yang dapat dilaku­kan, yaitu secara mekanik, kimia, maupun biologis. Tindakan pencegahan secara mekanik adalah upaya mencegah serangan penyakit dengan bantuan peralatan mekanik. Pencegahan secara kimiawi adalah usaha pencegahan terhadap se­rangan penyakit dengan memanfaatkan berbagai senyawa kimia. Sedangkan pencegahan secara biologis adalah usaha pencegahan terhadap serangan pe­nyakit dengan menggunakan prinsip-prinsip biologis atau organisme lain. Agar memberikan hasil yang memuaskan, pemilihan teknik pencegahan ini harus hama dan penyakit ikan antara lain:

1. Pembersihan Wadah Budi Daya
Pembersihan (dekontaminasi) wadah budi daya dimaksudkan untuk membersih-kan organisme parasit, virus, jamur, dan bakteri serta hama yang terdapat di dalamnya. Dekontaminasi dilakukan dengan pengeringan/penjemuran wadah atau dengan menggunakan bahan kimia telah umum diterapkan. Bahan kimia yang sering digunakan adalah kalium permanganat (PK) dan metilin biru (Methylene blue).

2. Pembersihan Peralatan
Dalam melakukan aktivitas budi daya ikan, pembudidaya menggunakan berba­gai peralatan sebagai alat bantu seperti seser, baskom, ember, kantong plastik, dan lain-lain. Peralatan ini sering digunakan oleh organisme lain sebagai media untuk menimbulkan penyakit. Untuk mencegah timbulnya serangan penyakit, semua peralatan yang akan atau telah digunakan segera dibersihkan agar kotor­an dan organisme penyebab penyakit yang menempel pada alat tersebut dapat dihilangkan.
Peralatan tersebut dapat dibersihkan dengan mencelupkannya dalam larutan PK dosis rendah, sekitar 3-20 ppm selama 30 menit. Pembersihan alat juga dapat dilakukan dengan menggunakan chlorin.

3. Pembersihan Ikan Budi Daya
Pembersihan ikan budi daya bisa dilakukan dengan sistem karantina. Caranya yaitu dengan memelihara ikan-ikan tersebut dalam wadah khusus selama waktu tertentu. Dengan cara ini dapat diketahui apakah ikan budi daya tersebut "ber­sih" atau mengandung jenis organisme tertentu yang mampu menyebabkan penyakit, sehingga dapat segera diambil langkah pengamanannya.
Cara lainnya adalah dengan membersihkan benih sebelum ditebar. Benih yang telah diperoleh terlebih dahulu disucihamakan sebelum ditebar ke dalam wadah budi daya dengan menggunakan larutan kalium permanganat (PK) sebanyak 4 mg/liter air selama 30 menit atau bisa juga direndam dalam air garam dapur se­banyak 10 g/liter air selama 15 - 30 menit.

4. Meningkatkan Kekebalan Ikan Budi Daya
Teknik lain untuk mencegah serangan penyakit pada ikan budi daya adalah me­ningkatkan kekebalan (imunitas). Salah satu caranya adalah melakukan imunisa-si, yaitu penyuntikan antibodi ke dalam tubuh untuk mendapatkan kekebalan (imun) terhadap infeksi penyakit. Peningkatan kekebalan tubuh biota budi daya juga dapat dilakukan dengan vaksinasi, yaitu menyuntikkan vaksin tertentu ke tubuh biota. Selain penyuntikan, pemberian vaksin juga dapat dilakukan dengan teknik perendaman, pencelupan, penyemprotan, atau melalui pakan. Vaksin adalah suatu antigen yang digunakan untuk memvaksinasi ikan budi daya ter­buat dari organisme penyakit yang telah dilemahkan dengan menggunakan senyawa kimia tertentu. Jenis vaksin yang dapat digunakan misalnya Septicae­mia haemorrhagica yang memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit bercak merah yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila. Caranya, benih ikan direndam dalam larutan vaksin selama 30 menit dengan dosis 1 ml vaksin di­campur dalam 10 liter air untuk 150 ekor benih. Vaksinasi ini mampu memberi­kan kekebalan ikan selama 4 bulan dengan masa inkubasi 15 hari.
Atau penggunaan vitamin С dosis 250 - 500 mg/kg berat tubuh selama bebe­rapa hari. Bisa juga menggunakan probiotik sebagai imunostimulan misalnya lipo polisakarida 10 mg/l untuk mempertahankan stamina ikan. Pada musim ke­marau, petani ikan di Jawa Tengah dan Yogyakarta menggunakan probiotik dan molases seminggu sekali. Probiotik dan molases diencerkan, kemudian disem-protkan ke pakan sebelum diberikan kepada ikan budi daya.

B. PENYAKIT NON-INFEKSI
Penyakit non-infeksi (penyakit non-parasiter) adalah penyakit yang disebabkan oleh bukan organisme infektif, sehingga tidak menyebabkan infeksi dan tidak menular. Penyakit non-infeksi atau non-parasiter berdasarkan sumber dan pe-nyebabnya antara lain:

1. Kualitas Air
Ikan budi daya yang dipelihara pada perairan yang kualitas airnya tidak meme­nuhi syarat pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membahayakan ikan tersebut. Oleh karena itu, selain harus menggunakan air yang kualitasnya sesuai dengan kebutuhan ikan budi daya, juga harus menjaga (menciptakan) kondisi kualitas air yang optimal bagi ikan budi daya di wadah budi daya.
Ikan budi daya akan stres bila terjadi perubahan kualitas air atau keracunan gas-gas beracun di dalam air seperti H2S atau amonia. Perubahan kualitas air ini membahayakan ikan secara langsung dan membuka peluang berkembangnya organisme penyakit.

2. Pakan
Dalam budi daya ikan sistem intensif, ikan budi daya memperoleh pakan yang diberikan oleh pembudidaya. Ikan harus mendapatkan makanan yang cukup, bergizi, dan tepat waktu. Pakan yang diberikan juga harus bebas dari bahan beracun. Ikan yang kekurangan pakan atau pakan yang diberikan tidak bergizi akan menghambat pertumbuhannya, juga mudah diserang penyakit.

3. Keracunan
Keracunan ikan budi daya dapat disebabkan oleh pakan yang dimakannya me­ngandung bahan beracun, kedaluwarsa, atau meningkatnya gas-gas beracun seperti H2S dan amonia. Atau air kolam tercemar oleh limbah beracun.
Karena itu, air yang digunakan untuk budi daya ikan bukanlah air yang tercemar. Ikan budi daya yang diberikan makanan yang tidak mengandung bahan beracun atau kedaluwarsa serta kondisi perairan selalu dijaga agar tetap optimal. Ikan yang menunjukkan tanda-tanda keracunan segera dievakuasi dan dialirkan air segar.

4. Turunan
Turunan yang dimaksud di sini adalah kondisi fisik ikan budi daya yang tidak sempurna yang dibawa sejak lahir (sejak menetas), misalnya kepala tidak sem­purna, tulang belakang yang membengkok, mata juling, dan sebagainya. Ikan budi daya yang tidak sempurna, selain pertumbuhannya terlambat, juga me­ngalami kesulitan dalam memperoleh makanan di tengah-tengah ikan budi daya yang begitu banyak. Oleh karena itu, ikan-ikan yang demikian sebaiknya tidak dipilih sebagai benih karena akan mengalami kekerdilan

5. Penanganan
Penanganan (handling) ikan budi daya yang tidak baik dan tidak hati-hati akan memperburuk kondisi ikan, misalnya stres, memar, atau luka. Penyakit yang bu-kan disebabkan oleh organisme penyakit ini telah membuka peluang terjadinya serangan organisme infektif, misalnya bakteri, jamur, atau parasit. Karenanya penanganan ikan budi daya harus hati-hati serta ikan yang memar dan luka se­gera dipisahkan dengan ikan yang sehat. Setelah diobati baru digabung kembali.

6. Iklim
Faktor iklim variasinya sedikit seperti penurunan suhu karena hujan yang terus-menerus atau meningkatnya suhu karena kemarau yang panjang. Pengaruh pada kesehatan ikan budi daya belum banyak diketahui karena sedikitnya studi. Tetapi dari pengalaman diketahui suhu yang mengalami perubahan besar men­capai 5 °C membahayakan ikan budi daya, misalnya stres atau mudah terserang penyakit. Air yang mengalami perubahan suhu dalam kisaran luas, baik mening­kat atau menurun, dapat diatasi dengan penggunaan aerasi dan penambahan air segar.

С PENYAKIT INFEKSI
Penyakit infeksi atau penyakit parasiter disebabkan oleh organisme infektif (penyebab infeksi) seperti jamur, virus, bakteri, dan parasit. Karena bersifat in­fektif, penyakit ini menular dalam waktu cepat bila kondisi perairan memungkin­kan. Penyakit infeksi yang dikemukakan berikut ini adalah penyakit infeksi yang umum menyerang ikan air tawar, baik ikan konsumsi maupun ikan hias.

1. Parasit
Parasit telah umum dikenal sebagai penyakit yang menginfeksi ikan air tawar. Beberapa penyakit parasit yang telah umum menginfeksi ikan-ikan budi daya di air tawar antara lain:

a. Penyakit bintik putih
Penyakit bintik putih atau white spot disebabkan oleh jenis protozoa ichthyo-phthirius multifiliis. Oleh karena itu, penyakit yang ditimbulkan disebut ichthyo-phthiriasis. Penyakit ini telah umum menginfeksi ikan air tawar. Ikan yang terserang penyakit ini menjadi malas berenang dan cenderung mengapung di permukaan air. Terlihat adanya bintik-bintik putih, terutama di bagian sirip, tutup insang, permukaan tubuh, dan ekor.
Penanggulangan penyakit ini antara lain dengan cara ikan diberok dalam air me­ngalir, kurangi padat penebaran, dan pemberian pakan yang cukup. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat dirontokkan dengan menaikkan suhu air di atas 28 °C. Pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman dalam larutan yang mengandung formalin 25 cc/m3 ditambah malachite green oxalat 15 gram/m3 selama 24 jam. Atau NaC110 - 15 g/l selama 20 menit. Bisa juga meng­gunakan formalin 25 ppm diulang 3 kali selama beberapa hari atau pencelupan dengan dosis 200 ppm selama 15 menit untuk 14 hari, dan setelah pengobatan ikan dikembalikan ke dalam air yang segar. Bisa juga menggunakan malachite green 0,5 ppm selama 6-24 jam, atau larutkan 2 - 4 cc larutan baku (kon­sentrasi 1 persen) methylene blue ke dalam 4 liter air bersih dan rendam ikan yang sakit selama 24 jam. Obat lain yang juga terbukti cukup efektif untuk mem-berantas /. multifiliis adalah larutan kina (1 g/20 liter air). Caranya adalah meren-dam ikan yang sakit selama beberapa hari dalam larutan tersebut.

b. Penyakit Gatal
Penyakit gatal atau motal disebabkan oleh parasit Trichodina sp. sehingga pe-nyakitnya sering disebut trichodiniasis. Penyakit ini sudah dikenal umum meng­infeksi ikan air tawar. Ikan yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala-ge-jala: terdapat bintik-bintik putih terutama pada kepala dan punggung, nafsu makan ikan hilang, ikan sangat lemah, produksi lendir bertambah sehingga ikan tampak mengilat, pada tubuh bagian luar sering dijumpai pendarahan, warna tubuh ikan kusam, sering terlihat ikan menggosok-gosokkan tubuhnya pada dasar atau dinding kolam serta benda-benda keras lain di sekitarnya, ikan me­nunjukkan tanda-tanda "flashing" dan kerusakan pada kulit sering disertai infek­si sekunder.
Penanggungan parasit ini berupa padat penebaran tidak terlalu tinggi, air yang masuk ke wadah budi daya harus melalui penyaringan dan menjaga kebersihan wadah budi daya. Sementara ikan yang terinfeksi diobati dengan merendam ikan dalam larutan formalin 40 ppm selama 24 jam, 150 - 250 ppm selama 15 menit atau 15 ppm selama lebih dari 24 jam.

c. Lerneasis
Penyakit lerneasis disebabkan oleh parasit Lernea sp. Jenis lernea yang banyak ditemukan menyerang ikan air tawar adalah Lernea cyprinacea, yaitu sejenis udang renik yang berbentuk bulat panjang seperti cacing. Pada bagian kepa­lanya terdapat organ yang menyerupai jangkar, sehingga organisme ini dikenal dengan sebutan cacing jangkar (anchor worm). Dengan perantaraan organ ini, cacing jangkar menempelkan dirinya ke tubuh ikan.
Ikan yang terserang parasit ini mengalami luka pada tubuhnya dan terlihat de­ngan jelas cacing jangkar yang menempel dengan kuatnya (menyerupai panah yang menusuk) di bagian badan, sirip, insang, dan mata. Urat daging ikan men­jadi hyperaemic dan bengkak, sisik terkelupas dan nekrosis pada bagian terse­but, terjadi penurunan berat tubuh ikan, monocyt dan polymorphonucleus ber-tambah banyak, perkembangan gonad ikan dewasa terhambat, terdapat borok (ulcer) dan ikan terlihat mengalami kesulitan bernapas. Sering terjadi infeksi sekunder oleh jamur dan lumut pada luka tempat melekatnya parasit tersebut.
Penanggulangan cacing jangkar dilakukan dengan melakukan pengeringan wa­dah budi daya, menyaring air sebelum dialirkan ke wadah budi daya atau meng­gunakan bahan kimia untuk membasminya. Bagi benih ikan yang terinfeksi da­lam stadium awal dapat diobati dengan larutan formalin 25 cc/m3 selama 15 menit. Atau perendaman dengan dylox sebanyak 20 ppm selama 15 menit, dapat juga dipakai dengan cara menambahkannya pada makanan sebesar 0,25%. Juga dapat dilakukan penyemprotan dengan dipterex (dylox, chloroplas, fos-chlor, neguvon, dan masoten), yaitu secara langsung disemprotkan pada per­mukaan air dengan konsentrasi 0,25 - 0,50 ppm dan 1,00 ppm bila suhu menca­pai 29 °C. Penyemprotan dilakukan berulang kali setelah 9 hari (25 °C), 7 hari (30 °C) dan 5 hari (35 °C). Penyemprotan juga dilakukan dengan menggunakan larutan dipterex 95 SP atau agrothio 50 EC, dan sumithion 50 EC 10 ppm.

d. Myxosporeasis
Penyakit myxosporeasis disebabkan oleh beberapa jenis parasit seperti Myxo-bolus spp, Myxosoma spp, The/ohane/lus spp, dan Henneguya sp. Gejala ikan yang terserang penyakit ini berupa timbulnya bintik kemerah-merahan yang sebenar-nya bintik-bintik itu adalah ribuan spora. Bintik-bintik menyebabkan insang ikan selalu terbuka. Pada insang ikan terdapat benjolan seperti tumor sehingga ter­jadi gangguan pada sirkulasi pernapasan, nekrosis serta penurunan fungsi organ pernapasan.
Hingga kini belum ditemukan obat yang efektif untuk penanggulangan penyakit ini. Oleh karena itu, pencegahan dengan menjaga kondisi ikan dan perawatan serta persiapan wadah budi daya yang baik adalah cara untuk menghindarkan ikan dari serangan parasit ini.

e. Dactylogiriasis
Penyakit dactylogiriasis disebabkan oleh cacing Dactylogyrus sp. Cacing ini mem­punyai alat yang berfungsi sebagai pengait dan pengisap darah. Parasit ini lebih suka menyerang insang ikan. Ikan yang diserang parasit ini biasanya menjadi kurus dan kulitnya tidak kelihatan bening lagi. Kulit juga terlihat pucat, terlihat bintik-bintik merah di bagian tubuh tertentu, produksi lendir tidak normal dan pada sebagian atau seluruh tubuh ikan berwarna lebih gelap, penurunan chro-matophor, sisik dan kulit terkelupas, proses respirasi dan osmoregulasi tergang-gu (ikan kelihatan megap-megap seperti kekurangan oksigen), sel darah putih berlebihan, ikan terlihat menggosok-gosokkan tubuhnya pada dasar atau din­ding kolam serta benda-benda keras di sekelilingnya.
Ikan yang diserang parasit ini diobati dengan perendaman dalam larutan garam dapur (NaCI) 12,5 - 13 g/m3 selama 24 - 36 jam atau NaCI 2% selama 30 menit. Atau larutan formalin 40 ppm selama 24 jam atau 250 ppm selama 15 menit. Methylene blue 3 g/m3 selama 24 jam atau KMn04 0,01 ppm selama 30 menit.
Perendaman juga dapat dilakukan pada larutan ammonium 1 : 2000 selama 5 -15 menit. Cara membuat larutan ammonium 1: 2000 adalah dengan mencampur-kan 10 bagian ammonium ke dalam 90 bagian air bersih. Selanjutnya, 5 cm kubik larutan ini dicampurkan ke dalam 1 liter air sehingga berbentuk larutan 1 : 2000. Ikan juga dapat direndam dalam PK 4 - 5 mg/liter, larutan bromex (dimetil 1,2- dibromo-2,2-dichloro-ethilposphat) 0,1-0,2 ppm atau perendaman dalam larutan neguvon 2 - 3,5% selama 15 detik atau 1% selama 2-3 menit.

f. Gyrodactyiiasis
Penyakit gyrodactyiiasis disebabkan oleh parasit Gyrodactylus sp. Parasit cacing ini hampir sama dengan cacing Dactylogyrus sp. Ikan yang diserang cacing ini menampakkan gejala-gejala seperti diserang penyakit dactylogiriasis. Pengobat­an ikan yang diserang penyakit gyrodactyiiasis sama seperti pengobatan ikan yang diserang dactylogyriasis.

g. Penyakit Kutu
Penyakit kutu ikan disebabkan oleh parasit Argulus sp., sehingga penyakitnya disebut argulosis. Sebagai kutu, Argulus menggigit ikan dengan rahang, ke­mudian melepaskan sengat pada luka gigitan agar tidak terjadi pembekuan da­rah. Efek dari penempelan, gigitan, dan racun yang diinjeksikan menyebabkan ikan mengalami iritasi, kehilangan keseimbangan, melompat-lompat keluar air, ikan sangat kurus bahkan dapat mati karena disengat dan dihisap darahnya, produksi mukus berlebihan, sisik terkuak dan kadang-kadang lepas, muncul titik-titik darah pada kulit di sekitar bekas gigitan parasit, rongga tubuh berisi cairan kekuningan, kulit ikan pecah dan borok, serta ikan menggosok-gosokkan badan­nya pada benda-benda keras di sekitarnya.
Penanggulangan penyakit argulosis dapat dilakukan secara mekanis atau de­ngan sikat yang halus. Tetapi cara ini dapat dilakukan bila ikan yang diserang jumlahnya sedikit. Bila ikan yang diserang dalam jumlah yang besar, perlu di­lakukan perendaman dengan larutan KMn04 dosis 10 ppm selama 30 menit, 100 ppm selama 5-10 menit, 500 ppm selama kurang lebih 5 menit atau 1000,00 ppm selama 30-45 detik. Atau digunakan NaCI 1,0 - 1,5% selama 15 menit, 20 g/liter selama 15 menit. Bahan lain yang dapat digunakan adalah formalin 250 ppm selama 1 jam, asam asetat glasial 1000 ppm selama 5 menit, ammonium khlorida dengan dosis 500 ppm selama kurang lebih 24 jam, 1000 ppm selama 4 jam, atau 2000 ppm selama 30 menit. Demikian pula dengan perendaman ikan sakit dalam larutan bromex 0,1 - 0,2 ppm, lindane 0,01 - 0,02 ppm, dan neguvon 1 g/liter air.

h. Ergasilosis
Penyakit ergasilosis disebabkan oleh parasit Ergasilus sp. Parasit ini menimbul-kan anemia, menghambat pertumbuhan ikan, dan ikan kesulitan bernapas. Kare­na bersifat ektoparasit yang menempel pada insang, anus, kulit, dan sirip ikan, parasit ini menghisap darah ikan serta merusak sel-sel epithel.
Hingga kini belum ditemukan obat yang сосок untuk memberantas parasit ini. Tetapi dianjurkan menggunakan kapur tohor (CaO) dengan dosis 250 ppm. Cara­nya, ikan yang diserang direndam 30 - 60 menit dan diulang 3 kali dalam selang waktu 3 hari. Atau menggunakan NaCI 3 g/100 cc air untuk merendam ikan 3-5 menit. Perlakuan ini membawa hasil bila serangan parasit baru pada tahap awal.

i. CHnostonumiosis
Penyakit clinostonumiosis disebabkan oleh parasit Clynostonum sp. Parasit ini tergolong cacing yang menyerang kepala, mata, operculum, dan bagian sebelah dalam otak serta perbatasan kedua operkulum ikan. Tempat yang diserang pa­rasit ini berbentuk gondok dan mengakibatkan ikan terhambat pertumbuhan­nya.
Hingga kini belum ditemukan obat yang сосок untuk penanggulangan parasit ini. Tetapi, petani ikan di Purwokerto, Jawa Tengah, mengobati ikan dengan cara mengoperasi bagian tubuh ikan yang diserang penyakit dengan mengguna­kan peniti dan mengeluarkan cacingnya.

j. Penyakit cacing darah
Penyakit cacing darah disebabkan oleh cacing darah jenis Sanguinicola inermis. Cacing ini menyebabkan pembekuan darah dan tersumbatnya pembuluh kapiler insang yang diakibatkan oleh telur-telur cacing. Jika populasi cacing yang me­nyerang ikan dalam jumlah yang besar, ikan mengalami pendarahan, nekrosis, dan akhirnya mati.
Hingga kini belum ditemukan obat yang сосок untuk menanggulangi penyakit ini. Cara yang efektif untuk mencegah serangan cacing ini adalah dengan mem­berantas siput (keong) di kolam yang merupakan inang perantaranya.

2. Bakteri
Selain parasit, bakteri adalah penyakit yang telah umum menginfeksi ikan air tawar. Bakteri yang diketahui menginfeksi ikan-ikan air tawar antara lain:

a. Penyakit bercak merah
Penyakit bercak merah atau septicemia haemorrhagica disebabkan oleh bakteri Aeromonas sp. Bakteri ini menginfeksi berbagai jenis ikan air tawar. Ikan yang diserang bercak merah menunjukkan gejala-gejala: warna tubuh ikan menjadi gelap, kemampuan berenang ikan menurun, mata ikan rusak dan agak me­nonjol, sisik terkelupas, seluruh siripnya rusak, insang berwarna merah keputih-an, ikan terlihat megap-megap di permukaan air, insang ikan rusak sehingga kesulitan bernapas, kulit menjadi kasat dan timbui pendarahan yang selanjutnya diikuti dengan luka-luka borok, perut ikan kembung, dan apabila dilakukan pem-bedahan, maka akan kelihatan pendarahan pada hati, ginjal, dan limpa.
Penanggulangan bakteri ini dapat dilakukan dengan perendaman, penyuntikan, dan dicampur dengan pakan. Perendaman dilakukan dalam larutan kalium per­manganat (PK) 10 - 20 ppm selama 30 - 60 menit atau 3-5 ppm selama 12 - 24 jam, larutan nitrofuran 5-10 ppm selama 12 - 24 jam, oxytetracycline 5 ppm selama 24 jam, Imequil 5 ppm selama 24 jam, Baytril 5 - 8 m3 untuk waktu yang tidak terbatas. Perendaman dengan vaksin hydrovet (1 ml vaksin + 10 ml air) untuk 100 ekor benih ikan selama 30 menit. Air bekas rendaman dibuang ke tempat kering dan tidak boleh mencemari perairan umum.
Sedangkan penanggulangan dengan cara penyuntikan dilakukan dengan oxy­tetracycline 20 - 40 mg/kg ikan, kanamycine 20 - 40 mg/kg ikan, atau strepto-mycine 20 - 60 mg/kg ikan. Penyuntikan dilakukan secara intra peritoneal atau intra muscular. Sementara dengan perlakuan pakan dilakukan pemberian pakan pelet yang dicampur oxytetracycline 50 mg/kg ikan yang diberikan setiap hari selama 7-10 hari berturut-turut. Ikan yang diobati dengan antibiotik baru dapat dikonsumsi dua minggu setelah pengobatan.

b. Columnaris
Penyakit columnaris disebabkan oleh bakteri Flexibacter columnaris. Ikan yang diserang bakteri ini menampakkan gejala-gejala: ikan kehilangan nafsu makan, bintik-bintik putih terlihat pada bagian yang terinfeksi, kemudian menjadi merah
karena pendarahan. Infeksi ini terlihat pada kulit kepala, kulit badan bagian belakang, insang, sirip, dan dapat pula pada bagian badan lainnya. Insang dan sirip menjadi rontok.
Ikan yang terserang bakteri ini direndam dalam oxytetracycline 10 ppm selama 24 jam atau baytril 8-10 cc/m3 air selama 24 jam. Bisa juga direndam dalam malachite green 1 : 50.000 selama 10 - 30 detik, CuS04 500 ppm selama 1 - 2 menit atau chloromycetine 5-10 ppm selama 1 - 2 menit. Dapat juga melalui perlakuan pakan dengan memakai oxytetracycline 75 mg/kg ikan/hari.

c. Edwardsilosis
Penyakit edwardsilosis disebabkan oleh bakteri Edwardsiella tarda. Ikan yang diserang bakteri ini menunjukkan gejala-gejala: terjadi luka-luka kecil pada kulit kemudian meluas ke daerah daging, sehingga dengan cepat terjadi pendarahan. Luka-luka tersebut kemudian berkembang menjadi bisul dan mengeluarkan nanah (abses). Luka-luka tersebut sering pula dijumpai pada hati ikan.
Ikan yang sakit diobati dengan menyuntikkan oxytetracycline HCI dengan kon­sentrasi 25 - 30 mg/kg ikan. Atau melalui pemberian pakan dengan mengguna­kan sulfamerazine sebanyak 100 - 200 mg/kg ikan/hari sampai hari ketiga, atau oxytetracycline HCI dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari yang diberikan selama 7 hari.

d. Vibriosis
Penyakit vibriosis disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. Ikan terinfeksi bakteri ini menunjukkan gejala-gejala: kehilangan nafsu makan (anorexia), kulit menjadi gelap, insang pucat, sering terjadi pembengkakan pada kulit yang lama-ke-lamaan pecah menjadi luka (bisul) dan mengeluarkan cairan berwarna kuning kemerah-merahan, terjadi pendarahan pada dinding perut dan permukaan jan­tung, dan jika dilakukan pembedahan akan terlihat pembengkakan dan kerusak­an pada jaringan hati, ginjal, dan limpa.
Ikan yang sakit diobati dengan menyuntikkan oxytetracycline HCI 25 - 30 mg/kg ikan yang diulang tiap 3 hari sekali. Ulangan dilakukan sebanyak 3 kali. Dapat juga melalui perlakuan pakan dengan oxytetracycline HCI sebanyak 50 mg/kg ikan/hari yang diberikan selama 7-10 hari berturut-turut.

e. Tuberculosis
Penyakit tuberculosis disebabkan oleh bakteri dari famili Mycobacteriaceae. Dua spesies yang dikenal adalah Mycobacterium marinum dan M. fortoitum. Ikan yang diserang menunjukkan gejala-gejala: tubuh ikan menjadi berwarna gelap, perut ikan membengkak, jika perut ikan dibedah maka akan kelihatan bintil-bin-til (tubercle) terutama pada hati, ginjal, dan limpa. Adanya bintil-bintil tersebut menyebabkan penyakit ini disebut tuberculosis.
Hingga kini belum ditemukan obat yang сосок untuk penanggulangan penyakit ini. Oleh karena itu menjaga kualitas air dianggap cara terbaik untuk mencegah serangan bakteri ini. Sedangkan ikan yang mati terinfeksi bakteri ini segera di-musnahkan. Beberapa obat yang pernah dicobakan dan berhasil, terutama ikan-ikan yang baru diserang adalah penyuntikan dengan kanamycine 0,02 mg/g ikan ke bagian perutnya. Cara lain adalah penyuntikan dengan streptomycine 0,01 -0,02 mg/g ikan atau merendam ikan ke dalam larutan streptomycine 10 mg/liter air.

f. Penyakit Ginjal
Penyakit ginjal disebabkan oleh bakteri Corynebacterium sp. atau biasa disebut bacterial kidney disease. Gejala-gejala pada ikan yang diserang dikenali dari: warna tubuh ikan menjadi gelap, kadang-kadang matanya menonjol keluar (exo-phthamus), kadang-kadang ditemukan benjolan di samping tubuh ikan, pada pangkal sirip dada sering dijumpai bercak-bercak darah, dan jika ikan dibedah akan dijumpai luka pada bagian ginjal dan hati.
Penanggulangan ikan yang diserang bakteri ini hanya dapat dilakukan pada periode awal penyerangan, yaitu dengan menggunakan sulphonamid dengan dosis 100 - 200 mg/kg ikan/hari yang diberikan sampai hari keempat berturut-tu-rut. Ikan yang tidak bisa disembuhkan segera dimusnahkan dengan cara dikubur atau dibakar.

g. Penyakit Cacar
Penyakit cacar pada ikan disebabkan oleh bakteri Pseudomonas sp dan Micro­coccus sp. Gejala-gejalanya berupa ikan terlihat lemah, nafsu makan hilang, mata menonjol dan sering kali lepas, kulit kelihatan melepuh yang selanjutnya menja­di borok.
Ikan yang diserang cacar diobati dengan merendamnya ke dalam oxytetracy­cline 10 ppm selama 24 jam atau kalium permanganat (PK) 10 - 20 ppm selama 30 - 60 menit.

h. Furunculosis
Penyakit furunculosis disebabkan oleh bakteri Aeromonas salmonicida. Ikan yang diserang bakteri ini menampakkan gejala-gejala: kehilangan nafsu makan, kulit melepuh, insang terlihat pucat, mata menonjol, dan terjadi pendarahan pada kulit dan insang. Bila dibedah, pada organ-organ dalam seperti usus, ginjal, hati, dan limpa terlihat mengalami pendarahan.
Ikan yang sakit diobati dengan memberikan pakan yang telah dicampur 12 g sulfamerazine + 6 g sulfaquanidine untuk setiap 45,4 kg pakan/hari. Furazoli­done juga dapat digunakan untuk mengobati ikan yang terserang penyakit furunculosis dengan cara mencampurkannya ke dalam pakan sebanyak 25-75 mg/kg berat ikan setiap harinya. Bisa juga digunakan oxytetracycline dan Chlora-mycine (Chloramphenicol) dengan mencampurkannya ke dalam pakan seba­nyak 1 g/kg pakan dan diberikan selama 10 hari berturut-turut.

i. Penyakit bisul
Penyakit bisul disebabkan oleh bakteri Pseudomonas fluoresceins. Ikan yang di­serang bakteri ini menunjukkan gejala-gejala: mempunyai bisul terutama pada sirip, kulit, rongga perut dan organ-organ dalam. Bakteri ini menyebabkan ane­mia dan kematian massal. Penyakit bisul yang disebabkan oleh bakteri ini juga biasa disebut hemmorhagica septicemia.
Hingga saat ini belum ditemukan obat yang сосок untuk memberantas penyakit ini. Tetapi pemberian oxytetracycline 20 - 40 mg/kg ikan atau streptomycine 20 - 60 mg/kg ikan melalui penyuntikan serta oxytetracycline 50 mg/kg ikan yang dicampur dengan pakan dan diberikan setiap hari selama 10 hari berturut-turut dianggap membantu, terutama pada periode awal serangan bakteri.

j. Streptococcosis
Penyakit streptococcosis disebabkan oleh bakteri Streptococcus inae. Ikan yang diserang bakteri ini menunjukkan gejala-gejala: bisul pada sirip, kulit, rongga perut dan organ dalam. Sebuah penelitian tahun 2002 menunjukkan bahwa ikan nila sangat rentan terhadap infeksi panyekit bakterial antara lain akibat infeksi bakteri Streptococcus inae. Prevalensi tertinggi dari streptococciasis terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sedangkan penyebaran dari penyakit ini telah me­liputi: Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Adapun level infeksi-nya bervariasi tergantung pada tingkatan budi dayanya. Penyakit ini di luar negeri telah banyak mengakibatkan kerugian berupa kematian baik pada ikan nila benih maupun ikan nila ukuran konsumsi. Kematian yang diakibatkan oleh penyakit tersebut dapat mencapai lebih dari 75% (Parera et al, 1994).
Pada manajemen budi daya yang kurang baik, penyakit streptococcosis dapat mengakibatkan kematian massal hingga mencapai 100%, terutama pada saat adanya perubahan cuaca secara drastis, dari panas ke hujan maupun sebaliknya. Waktu yang dibutuhkan oleh bakteri Streptococcus sp. untuk menginfeksi ikan nila rata-rata 7-14 hari. Bakteri Streptococcus sp. masuk ke dalam tubuh ikan melalui infeksi sistem pencernaan. Gejala ditandai dengan penampakan perut ikan yang terlihat agak kembung. Selanjutnya, bakteri akan masuk ke dalam darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Cara pengobatan ikan yang diserang penyakit streptococcosis sama dengan pengobatan penyakit bisul.

3. Jamur
Beberapa penyakit pada ikan air tawar disebabkan oleh infeksi jamur di antara­nya:

a. Saprolegniasis
Penyakit saprolegniasis disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp. Jamur ini mengin­feksi ikan dan telur ikan air tawar. Sifat penyerangan merupakan infeksi sekun-der. Ikan dan telur ikan yang terinfeksi jamur ini diketahui dengan mudah, sebab terlihat bagian organ atau telur yang terinfeksi ditumbuhi sekumpulan mycelium jamur menyerupai gumpalan benang-benang halus (hype) yang tampak seperti kapas. Cumpalan benang ini biasanya terlihat di bagian kepala, tutup insang atau di sekitar sirip. Sedangkan telur ikan yang diserang terlihat seperti kapur.
Ikan yang terinfeksi diobati dengan perendaman dalam larutan malachite green oxalat 1 ppm selama 1 jam atau 0,15 - 0,70 ppm selama 24 jam, formalin 100 -200 ppm selama 1 - 3 jam, NaCI 20 ppm selama 1 jam atau 5% selama 1 - 2 detik atau 1 - 1,5% selama 20 - 30 menit.
Sedangkan telur yang telah diserang jamur biasanya tidak menetas dengan baik. Oleh karenanya perlu dilakukan pencegahan dengan merendam telur ikan yang hendak ditetaskan ke dalam ovadine atau betadine dosis 100 - 200 ppm selama 10 - 15 menit. Bisa juga menggunakan formalin atau cooper sulfate dosis 150 -250 ppm selama 15 menit.

b. Brachiomycosis
Penyakit brachiomycosis disebabkan oleh jamur Brachyomyces sanguinis yang banyak dijumpai pada saluran darah ikan dan sering menyebabkan nekrosis di sekitar jaringan. Ikan yang diserang jamur ini diobati dengan malachite green 0,1 mg/liter atau 0,3 mg/liter selama 12 jam melalui perendaman. Bisa juga direndam dalam larutan formalin 15 - 25 ml/liter.

c. Achlyasis
Penyakit achlyasis disebabkan oleh jamur Achlya sp. Jamur ini menyerang organ-organ eksternal seperti kulit, sirip, dan insang ikan. Seperti jamur Saproiegnia sp, serangan Achlya sp. pun diketahui dengan mudah sebab organ ikan yang dise­rang ditumbuhi sekumpulan benang halus yang tampak seperti kapas.
Ikan yang terinfeksi diobati dengan merendamnya dalam larutan formalin 100 -200 ppm selama 1 - 3 jam, formalin 100 ppm + malachite green 2,5 ppm selama 1 jam. Malachite green 1 : 200.000 selama 30 menit, pottasium permanganat 1 : 100.000 selama 90 menit atau pottasium bichromate 1:25.000 selama 1 minggu.

4. Virus
Virus adalah organisme penyebab dan sumber penyakit yang sangat kecil, kare­na memiliki ukuran tubuh antara 200 - 300 nanometer, sehingga hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Virus mempunyai struktur tu­buh yang sederhana dan tidak mempunyai organ pencernaan sendiri, sehingga kebutuhan pakan untuk memperbanyak dirinya tergantung sepenuhnya pada organ pencernaan dari tubuh inangnya.
Usaha untuk memperbanyak dirinya dimulai dengan masuknya virus ke dalam sel inang. Pada saat itu asam nukleat dari virus (RNA dan DNA) akan mengen-dalikan organ pencernaan dari sel inang untuk segera memproduksi asam nu­kleat sesuai dengan kebutuhan virus tersebut. Selain itu, virus juga akan "me-merintahkan" pembentukan protein baru yang mempunyai sifat khas untuk membunuh organisme lain atau digunakan sebagai bungkus pelindung bagi asam nukleat virus. Protein pembungkus asam nukleat virus ini biasanya disebut capsid, yang bervariasi bentuknya dari satu virus ke virus lainnya.
Virus diklasifikasikan ke dalam kelompok-kelompok menurut morfologi, jenis asam nukleat, pilihan tunggal atau dobel, berat molekul, kepekaan terhadap bahan kimia. Virus patogen pada ikan kebanyakan merupakan rhabdo virus (virus bentuk peluru).
Cejala umum penyakit akibat serangan virus adalah pendarahan (hemoragik) pada berbagai organ (termasuk kulit), perut menggembung, eksoptalmia, dan kulit pucat gelap pada bagian-bagian tertentu (gangguan sistem saraf vege-tatif). Aktivitas serangan virus bersifat akut (acute), menghasilkan kerusakan jaringan cukup luas dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Infeksi virus sering diikuti dengan infeksi sekunder oleh bakteri, sehingga tubuh ikan menjadi sangat lemah dan sulit diidentifikasi penyakit yang menyebabkan-nya.
Infeksi virus bisa tersebar secara horizontal dan atau vertikal. Infeksi horizontal, yaitu dari satu ikan ke ikan yang Iain dalam satu generasi. Sedangkan infeksi ver­tikal, yaitu dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui telur-telur atau sperma yang terinfeksi.
Jenis viral/virus yang telah teridentifikasi menyerang ikan budi daya adalah Jr/'do-virus/DNA. Penyakit yang ditimbulkannya disebut lymphocystis. Virus ini umum­nya menyerang ikan yang hidup di perairan payau dan laut. Akan tetapi pada beberapa jenis ikan air tawar, baik ikan hias maupun ikan konsumsi, virus ini juga dijumpai, meskipun aktivitas serangannya relatif tidak berbahaya dibandingkan pada kondisi lingkungan asin (laut dan payau).
Virus ini menyebabkan hypertrophy (penebalan) dari sel-sel jaringan ikan, me-nimbulkan tonjolan pada daerah sirip atau kulit (nodul) yang dapat terjadi seca­ra satu-satu atau mengelompok.
Hingga kini belum ditemukan obat yang efektif untuk mengatasi virus lympho-cystis, sehingga ikan yang terserang penyakit ini sebaiknya dimusnahkan agar tidak menular ke ikan lainnya. Tindakan pencegahan dengan menjaga kondisi kualitas air dan kesehatan ikan dianggap tindakan yang lebih baik dan bijak.

Firman Pra Setia Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Kabupaten Banyuwangi