Dalam akuakultur
atau budi daya perairan, penyakit dan hama dapat mengaki-batkan kerugian
ekonomis. Karena penyakit dan hama dapat menyebabkan ke-kerdilan, periode
pemeliharaan lebih lama, tingginya konversi pakan, tingkat padat tebar yang
rendah, dan kematian sehingga dapat mengakibatkan penurunan atau hilangnya
produksi.
Penyakit pada
ikan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbul-kan gangguan
suatu fungsi atau struktur dari alat-alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Prinsipnya penyakit yang menyerang ikan
budi daya tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara
tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kualitas air), kondisi inang (ikan budi
daya), dan adanya jasad patogen (jasad penyakit). Dengan demikian, timbulnya
serangan penyakit itu merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara
lingkungan, ikan budi daya, dan jasad/organisme penyaki. Interaksi yang tidak
serasi ini menyebabkan stres pada ikan budi daya sehingga mekanisme pertahanan
diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhir-nya mudah diserang penyakit.
Di lingkungan
alam, ikan dapat diserang berbagai macam penyakit. Demikian juga dalam
pembudidayaannya, bahkan penyakit dapat menyerang ikan dalam jumlah besar dan
dapat menyebabkan kematian sehingga kerugian yang ditim-bulkannya pun sangat
besar. Kerugian yang ditimbulkannya bergantung pada beberapa faktor, yaitu (a)
umur ikan yang sakit (ikan yang terserang penyakit); (b) persentase populasi
yang terserang penyakit; (c) parahnya penyakit; dan (d) adanya infeksi
sekunder.
Penyakit-penyakit
banyak yang bersifat infektif, tetapi faktor-faktor non infeksi juga sangat
berperan. Menurut Zonneveld et al. (1991), peran ini berhubungan dengan dua
faktor, yaitu (1) lingkungan tempat hidup, di mana ikan terkung-kung oleh air
beserta semua jenis mikroorganisme dan polusi; (2) sifat ikan yang
poik/Totermis (suhu tubuh ikan dipengaruhi oleh suhu airdi sekitarnya—MGHKK).
Sifat ini mengakibatkan rendahnya tingkat metabolisme setelah air me-ngalami
penurunan suhu. Kegiatan sistem kekebalan ikan juga bergantung pada suhu.
Penyakit dapat
ditimbulkan oleh satu atau berbagai macam organisme penyakit. Sebagai contoh,
penyakit disebabkan oleh satu faktor, tetapi kemudian dibare-ngi oleh faktor
lain. Bila terjadi semacam ini, berarti penyakit kedua (sekunder) memanfaatkan
kondisi yang disebabkan oleh penyakit pertama (penyakit primer).
Ikan yang Terkena Penyakit |
A. PENCEGAHAN PENYAKIT
"Mencegah
lebih baik daripada mengobati." Karena selain pengobatan tidak bisa
menjamin penyembuhan 100%, pengobatan juga membutuhkan biaya dan tenaga yang
cukup besar. Ada beberapa teknik pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu secara
mekanik, kimia, maupun biologis. Tindakan pencegahan secara mekanik adalah
upaya mencegah serangan penyakit dengan bantuan peralatan mekanik. Pencegahan
secara kimiawi adalah usaha pencegahan terhadap serangan penyakit dengan
memanfaatkan berbagai senyawa kimia. Sedangkan pencegahan secara biologis
adalah usaha pencegahan terhadap serangan penyakit dengan menggunakan
prinsip-prinsip biologis atau organisme lain. Agar memberikan hasil yang
memuaskan, pemilihan teknik pencegahan ini harus hama dan penyakit ikan antara
lain:
1. Pembersihan
Wadah Budi Daya
Pembersihan
(dekontaminasi) wadah budi daya dimaksudkan untuk membersih-kan organisme
parasit, virus, jamur, dan bakteri serta hama yang terdapat di dalamnya.
Dekontaminasi dilakukan dengan pengeringan/penjemuran wadah atau dengan
menggunakan bahan kimia telah umum diterapkan. Bahan kimia yang sering
digunakan adalah kalium permanganat (PK) dan metilin biru (Methylene blue).
2. Pembersihan
Peralatan
Dalam melakukan
aktivitas budi daya ikan, pembudidaya menggunakan berbagai peralatan sebagai
alat bantu seperti seser, baskom, ember, kantong plastik, dan lain-lain.
Peralatan ini sering digunakan oleh organisme lain sebagai media untuk
menimbulkan penyakit. Untuk mencegah timbulnya serangan penyakit, semua
peralatan yang akan atau telah digunakan segera dibersihkan agar kotoran dan
organisme penyebab penyakit yang menempel pada alat tersebut dapat dihilangkan.
Peralatan
tersebut dapat dibersihkan dengan mencelupkannya dalam larutan PK dosis rendah,
sekitar 3-20 ppm selama 30 menit. Pembersihan alat juga dapat dilakukan dengan
menggunakan chlorin.
3. Pembersihan
Ikan Budi Daya
Pembersihan ikan
budi daya bisa dilakukan dengan sistem karantina. Caranya yaitu dengan
memelihara ikan-ikan tersebut dalam wadah khusus selama waktu tertentu. Dengan
cara ini dapat diketahui apakah ikan budi daya tersebut "bersih"
atau mengandung jenis organisme tertentu yang mampu menyebabkan penyakit,
sehingga dapat segera diambil langkah pengamanannya.
Cara lainnya
adalah dengan membersihkan benih sebelum ditebar. Benih yang telah diperoleh
terlebih dahulu disucihamakan sebelum ditebar ke dalam wadah budi daya dengan
menggunakan larutan kalium permanganat (PK) sebanyak 4 mg/liter air selama 30 menit
atau bisa juga direndam dalam air garam dapur sebanyak 10 g/liter air selama 15
- 30 menit.
4. Meningkatkan
Kekebalan Ikan Budi Daya
Teknik lain
untuk mencegah serangan penyakit pada ikan budi daya adalah meningkatkan
kekebalan (imunitas). Salah satu caranya adalah melakukan imunisa-si, yaitu
penyuntikan antibodi ke dalam tubuh untuk mendapatkan kekebalan (imun) terhadap
infeksi penyakit. Peningkatan kekebalan tubuh biota budi daya juga dapat
dilakukan dengan vaksinasi, yaitu menyuntikkan vaksin tertentu ke tubuh biota.
Selain penyuntikan, pemberian vaksin juga dapat dilakukan dengan teknik
perendaman, pencelupan, penyemprotan, atau melalui pakan. Vaksin adalah suatu
antigen yang digunakan untuk memvaksinasi ikan budi daya terbuat dari
organisme penyakit yang telah dilemahkan dengan menggunakan senyawa kimia
tertentu. Jenis vaksin yang dapat digunakan misalnya Septicaemia haemorrhagica
yang memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit bercak merah yang disebabkan
oleh bakteri Aeromonas hydrophila. Caranya, benih ikan direndam dalam larutan
vaksin selama 30 menit dengan dosis 1 ml vaksin dicampur dalam 10 liter air
untuk 150 ekor benih. Vaksinasi ini mampu memberikan kekebalan ikan selama 4 bulan
dengan masa inkubasi 15 hari.
Atau penggunaan
vitamin С dosis 250 - 500 mg/kg berat tubuh selama beberapa hari. Bisa juga
menggunakan probiotik sebagai imunostimulan misalnya lipo polisakarida 10 mg/l
untuk mempertahankan stamina ikan. Pada musim kemarau, petani ikan di Jawa
Tengah dan Yogyakarta menggunakan probiotik dan molases seminggu sekali.
Probiotik dan molases diencerkan, kemudian disem-protkan ke pakan sebelum
diberikan kepada ikan budi daya.
B. PENYAKIT NON-INFEKSI
Penyakit
non-infeksi (penyakit non-parasiter) adalah penyakit yang disebabkan oleh bukan
organisme infektif, sehingga tidak menyebabkan infeksi dan tidak menular.
Penyakit non-infeksi atau non-parasiter berdasarkan sumber dan pe-nyebabnya
antara lain:
1. Kualitas Air
Ikan budi daya
yang dipelihara pada perairan yang kualitas airnya tidak memenuhi syarat
pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membahayakan ikan tersebut. Oleh
karena itu, selain harus menggunakan air yang kualitasnya sesuai dengan
kebutuhan ikan budi daya, juga harus menjaga (menciptakan) kondisi kualitas air
yang optimal bagi ikan budi daya di wadah budi daya.
Ikan budi daya
akan stres bila terjadi perubahan kualitas air atau keracunan gas-gas beracun
di dalam air seperti H2S atau amonia. Perubahan kualitas air ini membahayakan
ikan secara langsung dan membuka peluang berkembangnya organisme penyakit.
2. Pakan
Dalam budi daya
ikan sistem intensif, ikan budi daya memperoleh pakan yang diberikan oleh
pembudidaya. Ikan harus mendapatkan makanan yang cukup, bergizi, dan tepat
waktu. Pakan yang diberikan juga harus bebas dari bahan beracun. Ikan yang
kekurangan pakan atau pakan yang diberikan tidak bergizi akan menghambat
pertumbuhannya, juga mudah diserang penyakit.
3. Keracunan
Keracunan ikan
budi daya dapat disebabkan oleh pakan yang dimakannya mengandung bahan
beracun, kedaluwarsa, atau meningkatnya gas-gas beracun seperti H2S dan amonia.
Atau air kolam tercemar oleh limbah beracun.
Karena itu, air
yang digunakan untuk budi daya ikan bukanlah air yang tercemar. Ikan budi daya
yang diberikan makanan yang tidak mengandung bahan beracun atau kedaluwarsa
serta kondisi perairan selalu dijaga agar tetap optimal. Ikan yang menunjukkan
tanda-tanda keracunan segera dievakuasi dan dialirkan air segar.
4. Turunan
Turunan yang
dimaksud di sini adalah kondisi fisik ikan budi daya yang tidak sempurna yang
dibawa sejak lahir (sejak menetas), misalnya kepala tidak sempurna, tulang
belakang yang membengkok, mata juling, dan sebagainya. Ikan budi daya yang
tidak sempurna, selain pertumbuhannya terlambat, juga mengalami kesulitan
dalam memperoleh makanan di tengah-tengah ikan budi daya yang begitu banyak.
Oleh karena itu, ikan-ikan yang demikian sebaiknya tidak dipilih sebagai benih
karena akan mengalami kekerdilan
5. Penanganan
Penanganan (handling)
ikan budi daya yang tidak baik dan tidak hati-hati akan memperburuk kondisi
ikan, misalnya stres, memar, atau luka. Penyakit yang bu-kan disebabkan oleh
organisme penyakit ini telah membuka peluang terjadinya serangan organisme
infektif, misalnya bakteri, jamur, atau parasit. Karenanya penanganan ikan budi
daya harus hati-hati serta ikan yang memar dan luka segera dipisahkan dengan
ikan yang sehat. Setelah diobati baru digabung kembali.
6. Iklim
Faktor iklim
variasinya sedikit seperti penurunan suhu karena hujan yang terus-menerus atau
meningkatnya suhu karena kemarau yang panjang. Pengaruh pada kesehatan ikan
budi daya belum banyak diketahui karena sedikitnya studi. Tetapi dari pengalaman
diketahui suhu yang mengalami perubahan besar mencapai 5 °C membahayakan ikan
budi daya, misalnya stres atau mudah terserang penyakit. Air yang mengalami
perubahan suhu dalam kisaran luas, baik meningkat atau menurun, dapat diatasi
dengan penggunaan aerasi dan penambahan air segar.
С PENYAKIT INFEKSI
Penyakit infeksi
atau penyakit parasiter disebabkan oleh organisme infektif (penyebab infeksi)
seperti jamur, virus, bakteri, dan parasit. Karena bersifat infektif, penyakit
ini menular dalam waktu cepat bila kondisi perairan memungkinkan. Penyakit
infeksi yang dikemukakan berikut ini adalah penyakit infeksi yang umum
menyerang ikan air tawar, baik ikan konsumsi maupun ikan hias.
1. Parasit
Parasit telah
umum dikenal sebagai penyakit yang menginfeksi ikan air tawar. Beberapa
penyakit parasit yang telah umum menginfeksi ikan-ikan budi daya di air tawar
antara lain:
a. Penyakit
bintik putih
Penyakit bintik
putih atau white spot disebabkan oleh jenis protozoa ichthyo-phthirius multifiliis.
Oleh karena itu, penyakit yang ditimbulkan disebut ichthyo-phthiriasis. Penyakit
ini telah umum menginfeksi ikan air tawar. Ikan yang terserang penyakit ini
menjadi malas berenang dan cenderung mengapung di permukaan air. Terlihat
adanya bintik-bintik putih, terutama di bagian sirip, tutup insang, permukaan
tubuh, dan ekor.
Penanggulangan
penyakit ini antara lain dengan cara ikan diberok dalam air mengalir, kurangi
padat penebaran, dan pemberian pakan yang cukup. Parasit yang menempel pada
tubuh ikan dapat dirontokkan dengan menaikkan suhu air di atas 28 °C. Pengobatan
dapat dilakukan dengan perendaman dalam larutan yang mengandung formalin 25 cc/m3
ditambah malachite green oxalat 15 gram/m3 selama 24 jam. Atau NaC110 - 15 g/l
selama 20 menit. Bisa juga menggunakan formalin 25 ppm diulang 3 kali selama
beberapa hari atau pencelupan dengan dosis 200 ppm selama 15 menit untuk 14 hari,
dan setelah pengobatan ikan dikembalikan ke dalam air yang segar. Bisa juga
menggunakan malachite green 0,5 ppm selama 6-24 jam, atau larutkan 2 - 4 cc
larutan baku (konsentrasi 1 persen) methylene blue ke dalam 4 liter air bersih
dan rendam ikan yang sakit selama 24 jam. Obat lain yang juga terbukti cukup
efektif untuk mem-berantas /. multifiliis adalah larutan kina (1 g/20 liter
air). Caranya adalah meren-dam ikan yang sakit selama beberapa hari dalam
larutan tersebut.
b. Penyakit
Gatal
Penyakit gatal
atau motal disebabkan oleh parasit Trichodina sp. sehingga pe-nyakitnya sering
disebut trichodiniasis. Penyakit ini sudah dikenal umum menginfeksi ikan air
tawar. Ikan yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala-ge-jala: terdapat
bintik-bintik putih terutama pada kepala dan punggung, nafsu makan ikan hilang,
ikan sangat lemah, produksi lendir bertambah sehingga ikan tampak mengilat,
pada tubuh bagian luar sering dijumpai pendarahan, warna tubuh ikan kusam,
sering terlihat ikan menggosok-gosokkan tubuhnya pada dasar atau dinding kolam
serta benda-benda keras lain di sekitarnya, ikan menunjukkan tanda-tanda
"flashing" dan kerusakan pada kulit sering disertai infeksi
sekunder.
Penanggungan
parasit ini berupa padat penebaran tidak terlalu tinggi, air yang masuk ke
wadah budi daya harus melalui penyaringan dan menjaga kebersihan wadah budi
daya. Sementara ikan yang terinfeksi diobati dengan merendam ikan dalam larutan
formalin 40 ppm selama 24 jam, 150 - 250 ppm selama 15 menit atau 15 ppm selama
lebih dari 24 jam.
c. Lerneasis
Penyakit
lerneasis disebabkan oleh parasit Lernea sp. Jenis lernea yang banyak ditemukan
menyerang ikan air tawar adalah Lernea cyprinacea, yaitu sejenis udang renik
yang berbentuk bulat panjang seperti cacing. Pada bagian kepalanya terdapat
organ yang menyerupai jangkar, sehingga organisme ini dikenal dengan sebutan
cacing jangkar (anchor worm). Dengan perantaraan organ ini, cacing jangkar
menempelkan dirinya ke tubuh ikan.
Ikan yang
terserang parasit ini mengalami luka pada tubuhnya dan terlihat dengan jelas
cacing jangkar yang menempel dengan kuatnya (menyerupai panah yang menusuk) di
bagian badan, sirip, insang, dan mata. Urat daging ikan menjadi hyperaemic dan
bengkak, sisik terkelupas dan nekrosis pada bagian tersebut, terjadi penurunan
berat tubuh ikan, monocyt dan polymorphonucleus ber-tambah banyak, perkembangan
gonad ikan dewasa terhambat, terdapat borok (ulcer) dan ikan terlihat mengalami
kesulitan bernapas. Sering terjadi infeksi sekunder oleh jamur dan lumut pada
luka tempat melekatnya parasit tersebut.
Penanggulangan
cacing jangkar dilakukan dengan melakukan pengeringan wadah budi daya,
menyaring air sebelum dialirkan ke wadah budi daya atau menggunakan bahan
kimia untuk membasminya. Bagi benih ikan yang terinfeksi dalam stadium awal
dapat diobati dengan larutan formalin 25 cc/m3 selama 15 menit. Atau perendaman
dengan dylox sebanyak 20 ppm selama 15 menit, dapat juga dipakai dengan cara
menambahkannya pada makanan sebesar 0,25%. Juga dapat dilakukan penyemprotan
dengan dipterex (dylox, chloroplas, fos-chlor, neguvon, dan masoten), yaitu
secara langsung disemprotkan pada permukaan air dengan konsentrasi 0,25 - 0,50
ppm dan 1,00 ppm bila suhu mencapai 29 °C. Penyemprotan dilakukan berulang
kali setelah 9 hari (25 °C), 7 hari (30 °C) dan 5 hari (35 °C). Penyemprotan
juga dilakukan dengan menggunakan larutan dipterex 95 SP atau agrothio 50 EC,
dan sumithion 50 EC 10 ppm.
d. Myxosporeasis
Penyakit
myxosporeasis disebabkan oleh beberapa jenis parasit seperti Myxo-bolus spp, Myxosoma
spp, The/ohane/lus spp, dan Henneguya sp. Gejala ikan yang terserang penyakit
ini berupa timbulnya bintik kemerah-merahan yang sebenar-nya bintik-bintik itu
adalah ribuan spora. Bintik-bintik menyebabkan insang ikan selalu terbuka. Pada
insang ikan terdapat benjolan seperti tumor sehingga terjadi gangguan pada
sirkulasi pernapasan, nekrosis serta penurunan fungsi organ pernapasan.
Hingga kini
belum ditemukan obat yang efektif untuk penanggulangan penyakit ini. Oleh
karena itu, pencegahan dengan menjaga kondisi ikan dan perawatan serta
persiapan wadah budi daya yang baik adalah cara untuk menghindarkan ikan dari
serangan parasit ini.
e. Dactylogiriasis
Penyakit
dactylogiriasis disebabkan oleh cacing Dactylogyrus sp. Cacing ini mempunyai
alat yang berfungsi sebagai pengait dan pengisap darah. Parasit ini lebih suka menyerang
insang ikan. Ikan yang diserang parasit ini biasanya menjadi kurus dan kulitnya
tidak kelihatan bening lagi. Kulit juga terlihat pucat, terlihat bintik-bintik
merah di bagian tubuh tertentu, produksi lendir tidak normal dan pada sebagian
atau seluruh tubuh ikan berwarna lebih gelap, penurunan chro-matophor, sisik
dan kulit terkelupas, proses respirasi dan osmoregulasi tergang-gu (ikan
kelihatan megap-megap seperti kekurangan oksigen), sel darah putih berlebihan,
ikan terlihat menggosok-gosokkan tubuhnya pada dasar atau dinding kolam serta
benda-benda keras di sekelilingnya.
Ikan yang
diserang parasit ini diobati dengan perendaman dalam larutan garam dapur (NaCI)
12,5 - 13 g/m3 selama 24 - 36 jam atau NaCI 2% selama 30 menit. Atau larutan
formalin 40 ppm selama 24 jam atau 250 ppm selama 15 menit. Methylene blue 3 g/m3
selama 24 jam atau KMn04 0,01 ppm selama 30 menit.
Perendaman juga
dapat dilakukan pada larutan ammonium 1 : 2000 selama 5 -15 menit. Cara membuat
larutan ammonium 1: 2000 adalah dengan mencampur-kan 10 bagian ammonium ke
dalam 90 bagian air bersih. Selanjutnya, 5 cm kubik larutan ini dicampurkan ke
dalam 1 liter air sehingga berbentuk larutan 1 : 2000. Ikan juga dapat direndam
dalam PK 4 - 5 mg/liter, larutan bromex (dimetil 1,2- dibromo-2,2-dichloro-ethilposphat)
0,1-0,2 ppm atau perendaman dalam larutan neguvon 2 - 3,5% selama 15 detik atau
1% selama 2-3 menit.
f. Gyrodactyiiasis
Penyakit
gyrodactyiiasis disebabkan oleh parasit Gyrodactylus sp. Parasit cacing ini
hampir sama dengan cacing Dactylogyrus sp. Ikan yang diserang cacing ini
menampakkan gejala-gejala seperti diserang penyakit dactylogiriasis. Pengobatan
ikan yang diserang penyakit gyrodactyiiasis sama seperti pengobatan ikan yang
diserang dactylogyriasis.
g. Penyakit Kutu
Penyakit kutu
ikan disebabkan oleh parasit Argulus sp., sehingga penyakitnya disebut argulosis.
Sebagai kutu, Argulus menggigit ikan dengan rahang, kemudian melepaskan sengat
pada luka gigitan agar tidak terjadi pembekuan darah. Efek dari penempelan,
gigitan, dan racun yang diinjeksikan menyebabkan ikan mengalami iritasi,
kehilangan keseimbangan, melompat-lompat keluar air, ikan sangat kurus bahkan
dapat mati karena disengat dan dihisap darahnya, produksi mukus berlebihan,
sisik terkuak dan kadang-kadang lepas, muncul titik-titik darah pada kulit di
sekitar bekas gigitan parasit, rongga tubuh berisi cairan kekuningan, kulit
ikan pecah dan borok, serta ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda-benda
keras di sekitarnya.
Penanggulangan
penyakit argulosis dapat dilakukan secara mekanis atau dengan sikat yang
halus. Tetapi cara ini dapat dilakukan bila ikan yang diserang jumlahnya
sedikit. Bila ikan yang diserang dalam jumlah yang besar, perlu dilakukan
perendaman dengan larutan KMn04 dosis 10 ppm selama 30 menit, 100 ppm selama 5-10
menit, 500 ppm selama kurang lebih 5 menit atau 1000,00 ppm selama 30-45 detik.
Atau digunakan NaCI 1,0 - 1,5% selama 15 menit, 20 g/liter selama 15 menit.
Bahan lain yang dapat digunakan adalah formalin 250 ppm selama 1 jam, asam
asetat glasial 1000 ppm selama 5 menit, ammonium khlorida dengan dosis 500 ppm
selama kurang lebih 24 jam, 1000 ppm selama 4 jam, atau 2000 ppm selama 30 menit.
Demikian pula dengan perendaman ikan sakit dalam larutan bromex 0,1 - 0,2 ppm,
lindane 0,01 - 0,02 ppm, dan neguvon 1 g/liter air.
h. Ergasilosis
Penyakit
ergasilosis disebabkan oleh parasit Ergasilus sp. Parasit ini menimbul-kan
anemia, menghambat pertumbuhan ikan, dan ikan kesulitan bernapas. Karena
bersifat ektoparasit yang menempel pada insang, anus, kulit, dan sirip ikan,
parasit ini menghisap darah ikan serta merusak sel-sel epithel.
Hingga kini
belum ditemukan obat yang сосок untuk memberantas parasit ini. Tetapi
dianjurkan menggunakan kapur tohor (CaO) dengan dosis 250 ppm. Caranya, ikan
yang diserang direndam 30 - 60 menit dan diulang 3 kali dalam selang waktu 3 hari.
Atau menggunakan NaCI 3 g/100 cc air untuk merendam ikan 3-5 menit. Perlakuan
ini membawa hasil bila serangan parasit baru pada tahap awal.
i. CHnostonumiosis
Penyakit clinostonumiosis
disebabkan oleh parasit Clynostonum sp. Parasit ini tergolong cacing yang
menyerang kepala, mata, operculum, dan bagian sebelah dalam otak serta
perbatasan kedua operkulum ikan. Tempat yang diserang parasit ini berbentuk
gondok dan mengakibatkan ikan terhambat pertumbuhannya.
Hingga kini
belum ditemukan obat yang сосок untuk penanggulangan parasit ini. Tetapi,
petani ikan di Purwokerto, Jawa Tengah, mengobati ikan dengan cara mengoperasi
bagian tubuh ikan yang diserang penyakit dengan menggunakan peniti dan
mengeluarkan cacingnya.
j. Penyakit
cacing darah
Penyakit cacing
darah disebabkan oleh cacing darah jenis Sanguinicola inermis. Cacing ini
menyebabkan pembekuan darah dan tersumbatnya pembuluh kapiler insang yang
diakibatkan oleh telur-telur cacing. Jika populasi cacing yang menyerang ikan
dalam jumlah yang besar, ikan mengalami pendarahan, nekrosis, dan akhirnya
mati.
Hingga kini
belum ditemukan obat yang сосок untuk menanggulangi penyakit ini. Cara yang
efektif untuk mencegah serangan cacing ini adalah dengan memberantas siput
(keong) di kolam yang merupakan inang perantaranya.
2. Bakteri
Selain parasit,
bakteri adalah penyakit yang telah umum menginfeksi ikan air tawar. Bakteri
yang diketahui menginfeksi ikan-ikan air tawar antara lain:
a. Penyakit
bercak merah
Penyakit bercak
merah atau septicemia haemorrhagica disebabkan oleh bakteri Aeromonas sp.
Bakteri ini menginfeksi berbagai jenis ikan air tawar. Ikan yang diserang
bercak merah menunjukkan gejala-gejala: warna tubuh ikan menjadi gelap,
kemampuan berenang ikan menurun, mata ikan rusak dan agak menonjol, sisik
terkelupas, seluruh siripnya rusak, insang berwarna merah keputih-an, ikan
terlihat megap-megap di permukaan air, insang ikan rusak sehingga kesulitan
bernapas, kulit menjadi kasat dan timbui pendarahan yang selanjutnya diikuti
dengan luka-luka borok, perut ikan kembung, dan apabila dilakukan pem-bedahan,
maka akan kelihatan pendarahan pada hati, ginjal, dan limpa.
Penanggulangan
bakteri ini dapat dilakukan dengan perendaman, penyuntikan, dan dicampur dengan
pakan. Perendaman dilakukan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10 - 20 ppm
selama 30 - 60 menit atau 3-5 ppm selama 12 - 24 jam, larutan nitrofuran 5-10 ppm
selama 12 - 24 jam, oxytetracycline 5 ppm selama 24 jam, Imequil 5 ppm selama 24
jam, Baytril 5 - 8 m3 untuk waktu yang tidak terbatas. Perendaman dengan vaksin
hydrovet (1 ml vaksin + 10 ml air) untuk 100 ekor benih ikan selama 30 menit.
Air bekas rendaman dibuang ke tempat kering dan tidak boleh mencemari perairan
umum.
Sedangkan
penanggulangan dengan cara penyuntikan dilakukan dengan oxytetracycline 20 -
40 mg/kg ikan, kanamycine 20 - 40 mg/kg ikan, atau strepto-mycine 20 - 60 mg/kg
ikan. Penyuntikan dilakukan secara intra peritoneal atau intra muscular. Sementara
dengan perlakuan pakan dilakukan pemberian pakan pelet yang dicampur
oxytetracycline 50 mg/kg ikan yang diberikan setiap hari selama 7-10 hari berturut-turut.
Ikan yang diobati dengan antibiotik baru dapat dikonsumsi dua minggu setelah
pengobatan.
b. Columnaris
Penyakit
columnaris disebabkan oleh bakteri Flexibacter columnaris. Ikan yang diserang
bakteri ini menampakkan gejala-gejala: ikan kehilangan nafsu makan,
bintik-bintik putih terlihat pada bagian yang terinfeksi, kemudian menjadi
merah
karena
pendarahan. Infeksi ini terlihat pada kulit kepala, kulit badan bagian
belakang, insang, sirip, dan dapat pula pada bagian badan lainnya. Insang dan
sirip menjadi rontok.
Ikan yang
terserang bakteri ini direndam dalam oxytetracycline 10 ppm selama 24 jam atau
baytril 8-10 cc/m3 air selama 24 jam. Bisa juga direndam dalam malachite green 1
: 50.000 selama 10 - 30 detik, CuS04 500 ppm selama 1 - 2 menit atau
chloromycetine 5-10 ppm selama 1 - 2 menit. Dapat juga melalui perlakuan pakan
dengan memakai oxytetracycline 75 mg/kg ikan/hari.
c. Edwardsilosis
Penyakit
edwardsilosis disebabkan oleh bakteri Edwardsiella tarda. Ikan yang diserang
bakteri ini menunjukkan gejala-gejala: terjadi luka-luka kecil pada kulit
kemudian meluas ke daerah daging, sehingga dengan cepat terjadi pendarahan.
Luka-luka tersebut kemudian berkembang menjadi bisul dan mengeluarkan nanah
(abses). Luka-luka tersebut sering pula dijumpai pada hati ikan.
Ikan yang sakit
diobati dengan menyuntikkan oxytetracycline HCI dengan konsentrasi 25 - 30 mg/kg
ikan. Atau melalui pemberian pakan dengan menggunakan sulfamerazine sebanyak 100
- 200 mg/kg ikan/hari sampai hari ketiga, atau oxytetracycline HCI dengan dosis
50 mg/kg ikan/hari yang diberikan selama 7 hari.
d. Vibriosis
Penyakit
vibriosis disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. Ikan terinfeksi bakteri ini
menunjukkan gejala-gejala: kehilangan nafsu makan (anorexia), kulit menjadi
gelap, insang pucat, sering terjadi pembengkakan pada kulit yang lama-ke-lamaan
pecah menjadi luka (bisul) dan mengeluarkan cairan berwarna kuning
kemerah-merahan, terjadi pendarahan pada dinding perut dan permukaan jantung,
dan jika dilakukan pembedahan akan terlihat pembengkakan dan kerusakan pada
jaringan hati, ginjal, dan limpa.
Ikan yang sakit
diobati dengan menyuntikkan oxytetracycline HCI 25 - 30 mg/kg ikan yang diulang
tiap 3 hari sekali. Ulangan dilakukan sebanyak 3 kali. Dapat juga melalui
perlakuan pakan dengan oxytetracycline HCI sebanyak 50 mg/kg ikan/hari yang
diberikan selama 7-10 hari berturut-turut.
e. Tuberculosis
Penyakit
tuberculosis disebabkan oleh bakteri dari famili Mycobacteriaceae. Dua spesies
yang dikenal adalah Mycobacterium marinum dan M. fortoitum. Ikan yang diserang
menunjukkan gejala-gejala: tubuh ikan menjadi berwarna gelap, perut ikan
membengkak, jika perut ikan dibedah maka akan kelihatan bintil-bin-til
(tubercle) terutama pada hati, ginjal, dan limpa. Adanya bintil-bintil tersebut
menyebabkan penyakit ini disebut tuberculosis.
Hingga kini
belum ditemukan obat yang сосок untuk penanggulangan penyakit ini. Oleh karena
itu menjaga kualitas air dianggap cara terbaik untuk mencegah serangan bakteri
ini. Sedangkan ikan yang mati terinfeksi bakteri ini segera di-musnahkan.
Beberapa obat yang pernah dicobakan dan berhasil, terutama ikan-ikan yang baru
diserang adalah penyuntikan dengan kanamycine 0,02 mg/g ikan ke bagian
perutnya. Cara lain adalah penyuntikan dengan streptomycine 0,01 -0,02 mg/g
ikan atau merendam ikan ke dalam larutan streptomycine 10 mg/liter air.
f. Penyakit
Ginjal
Penyakit ginjal
disebabkan oleh bakteri Corynebacterium sp. atau biasa disebut bacterial kidney
disease. Gejala-gejala pada ikan yang diserang dikenali dari: warna tubuh ikan
menjadi gelap, kadang-kadang matanya menonjol keluar (exo-phthamus),
kadang-kadang ditemukan benjolan di samping tubuh ikan, pada pangkal sirip dada
sering dijumpai bercak-bercak darah, dan jika ikan dibedah akan dijumpai luka
pada bagian ginjal dan hati.
Penanggulangan
ikan yang diserang bakteri ini hanya dapat dilakukan pada periode awal
penyerangan, yaitu dengan menggunakan sulphonamid dengan dosis 100 - 200 mg/kg
ikan/hari yang diberikan sampai hari keempat berturut-tu-rut. Ikan yang tidak
bisa disembuhkan segera dimusnahkan dengan cara dikubur atau dibakar.
g. Penyakit
Cacar
Penyakit cacar
pada ikan disebabkan oleh bakteri Pseudomonas sp dan Micrococcus sp.
Gejala-gejalanya berupa ikan terlihat lemah, nafsu makan hilang, mata menonjol
dan sering kali lepas, kulit kelihatan melepuh yang selanjutnya menjadi borok.
Ikan yang
diserang cacar diobati dengan merendamnya ke dalam oxytetracycline 10 ppm
selama 24 jam atau kalium permanganat (PK) 10 - 20 ppm selama 30 - 60 menit.
h. Furunculosis
Penyakit
furunculosis disebabkan oleh bakteri Aeromonas salmonicida. Ikan yang diserang
bakteri ini menampakkan gejala-gejala: kehilangan nafsu makan, kulit melepuh,
insang terlihat pucat, mata menonjol, dan terjadi pendarahan pada kulit dan
insang. Bila dibedah, pada organ-organ dalam seperti usus, ginjal, hati, dan
limpa terlihat mengalami pendarahan.
Ikan yang sakit
diobati dengan memberikan pakan yang telah dicampur 12 g sulfamerazine + 6 g
sulfaquanidine untuk setiap 45,4 kg pakan/hari. Furazolidone juga dapat
digunakan untuk mengobati ikan yang terserang penyakit furunculosis dengan cara
mencampurkannya ke dalam pakan sebanyak 25-75 mg/kg berat ikan setiap harinya.
Bisa juga digunakan oxytetracycline dan Chlora-mycine (Chloramphenicol) dengan
mencampurkannya ke dalam pakan sebanyak 1 g/kg pakan dan diberikan selama 10 hari
berturut-turut.
i. Penyakit
bisul
Penyakit bisul
disebabkan oleh bakteri Pseudomonas fluoresceins. Ikan yang diserang bakteri
ini menunjukkan gejala-gejala: mempunyai bisul terutama pada sirip, kulit,
rongga perut dan organ-organ dalam. Bakteri ini menyebabkan anemia dan
kematian massal. Penyakit bisul yang disebabkan oleh bakteri ini juga biasa
disebut hemmorhagica septicemia.
Hingga saat ini
belum ditemukan obat yang сосок untuk memberantas penyakit ini. Tetapi
pemberian oxytetracycline 20 - 40 mg/kg ikan atau streptomycine 20 - 60 mg/kg
ikan melalui penyuntikan serta oxytetracycline 50 mg/kg ikan yang dicampur dengan
pakan dan diberikan setiap hari selama 10 hari berturut-turut dianggap
membantu, terutama pada periode awal serangan bakteri.
j. Streptococcosis
Penyakit
streptococcosis disebabkan oleh bakteri Streptococcus inae. Ikan yang diserang
bakteri ini menunjukkan gejala-gejala: bisul pada sirip, kulit, rongga perut
dan organ dalam. Sebuah penelitian tahun 2002 menunjukkan bahwa ikan nila
sangat rentan terhadap infeksi panyekit bakterial antara lain akibat infeksi
bakteri Streptococcus inae. Prevalensi tertinggi dari streptococciasis terdapat
di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sedangkan penyebaran dari penyakit ini telah meliputi:
Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Adapun level infeksi-nya
bervariasi tergantung pada tingkatan budi dayanya. Penyakit ini di luar negeri
telah banyak mengakibatkan kerugian berupa kematian baik pada ikan nila benih
maupun ikan nila ukuran konsumsi. Kematian yang diakibatkan oleh penyakit
tersebut dapat mencapai lebih dari 75% (Parera et al, 1994).
Pada manajemen
budi daya yang kurang baik, penyakit streptococcosis dapat mengakibatkan
kematian massal hingga mencapai 100%, terutama pada saat adanya perubahan cuaca
secara drastis, dari panas ke hujan maupun sebaliknya. Waktu yang dibutuhkan
oleh bakteri Streptococcus sp. untuk menginfeksi ikan nila rata-rata 7-14 hari.
Bakteri Streptococcus sp. masuk ke dalam tubuh ikan melalui infeksi sistem
pencernaan. Gejala ditandai dengan penampakan perut ikan yang terlihat agak
kembung. Selanjutnya, bakteri akan masuk ke dalam darah dan menyebar ke seluruh
tubuh. Cara pengobatan ikan yang diserang penyakit streptococcosis sama dengan
pengobatan penyakit bisul.
3. Jamur
Beberapa
penyakit pada ikan air tawar disebabkan oleh infeksi jamur di antaranya:
a. Saprolegniasis
Penyakit
saprolegniasis disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp. Jamur ini menginfeksi
ikan dan telur ikan air tawar. Sifat penyerangan merupakan infeksi sekun-der.
Ikan dan telur ikan yang terinfeksi jamur ini diketahui dengan mudah, sebab terlihat
bagian organ atau telur yang terinfeksi ditumbuhi sekumpulan mycelium jamur
menyerupai gumpalan benang-benang halus (hype) yang tampak seperti kapas.
Cumpalan benang ini biasanya terlihat di bagian kepala, tutup insang atau di
sekitar sirip. Sedangkan telur ikan yang diserang terlihat seperti kapur.
Ikan yang
terinfeksi diobati dengan perendaman dalam larutan malachite green oxalat 1 ppm
selama 1 jam atau 0,15 - 0,70 ppm selama 24 jam, formalin 100 -200 ppm selama 1
- 3 jam, NaCI 20 ppm selama 1 jam atau 5% selama 1 - 2 detik atau 1 - 1,5% selama
20 - 30 menit.
Sedangkan telur
yang telah diserang jamur biasanya tidak menetas dengan baik. Oleh karenanya
perlu dilakukan pencegahan dengan merendam telur ikan yang hendak ditetaskan ke
dalam ovadine atau betadine dosis 100 - 200 ppm selama 10 - 15 menit. Bisa juga
menggunakan formalin atau cooper sulfate dosis 150 -250 ppm selama 15 menit.
b. Brachiomycosis
Penyakit
brachiomycosis disebabkan oleh jamur Brachyomyces sanguinis yang banyak
dijumpai pada saluran darah ikan dan sering menyebabkan nekrosis di sekitar
jaringan. Ikan yang diserang jamur ini diobati dengan malachite green 0,1 mg/liter
atau 0,3 mg/liter selama 12 jam melalui perendaman. Bisa juga direndam dalam
larutan formalin 15 - 25 ml/liter.
c. Achlyasis
Penyakit
achlyasis disebabkan oleh jamur Achlya sp. Jamur ini menyerang organ-organ
eksternal seperti kulit, sirip, dan insang ikan. Seperti jamur Saproiegnia sp,
serangan Achlya sp. pun diketahui dengan mudah sebab organ ikan yang diserang
ditumbuhi sekumpulan benang halus yang tampak seperti kapas.
Ikan yang
terinfeksi diobati dengan merendamnya dalam larutan formalin 100 -200 ppm
selama 1 - 3 jam, formalin 100 ppm + malachite green 2,5 ppm selama 1 jam.
Malachite green 1 : 200.000 selama 30 menit, pottasium permanganat 1 : 100.000 selama
90 menit atau pottasium bichromate 1:25.000 selama 1 minggu.
4. Virus
Virus adalah
organisme penyebab dan sumber penyakit yang sangat kecil, karena memiliki
ukuran tubuh antara 200 - 300 nanometer, sehingga hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop elektron. Virus mempunyai struktur tubuh yang sederhana
dan tidak mempunyai organ pencernaan sendiri, sehingga kebutuhan pakan untuk
memperbanyak dirinya tergantung sepenuhnya pada organ pencernaan dari tubuh
inangnya.
Usaha untuk
memperbanyak dirinya dimulai dengan masuknya virus ke dalam sel inang. Pada
saat itu asam nukleat dari virus (RNA dan DNA) akan mengen-dalikan organ pencernaan
dari sel inang untuk segera memproduksi asam nukleat sesuai dengan kebutuhan
virus tersebut. Selain itu, virus juga akan "me-merintahkan"
pembentukan protein baru yang mempunyai sifat khas untuk membunuh organisme
lain atau digunakan sebagai bungkus pelindung bagi asam nukleat virus. Protein
pembungkus asam nukleat virus ini biasanya disebut capsid, yang bervariasi
bentuknya dari satu virus ke virus lainnya.
Virus
diklasifikasikan ke dalam kelompok-kelompok menurut morfologi, jenis asam
nukleat, pilihan tunggal atau dobel, berat molekul, kepekaan terhadap bahan
kimia. Virus patogen pada ikan kebanyakan merupakan rhabdo virus (virus bentuk
peluru).
Cejala umum
penyakit akibat serangan virus adalah pendarahan (hemoragik) pada berbagai
organ (termasuk kulit), perut menggembung, eksoptalmia, dan kulit pucat gelap
pada bagian-bagian tertentu (gangguan sistem saraf vege-tatif). Aktivitas
serangan virus bersifat akut (acute), menghasilkan kerusakan jaringan cukup
luas dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Infeksi virus sering
diikuti dengan infeksi sekunder oleh bakteri, sehingga tubuh ikan menjadi
sangat lemah dan sulit diidentifikasi penyakit yang menyebabkan-nya.
Infeksi virus
bisa tersebar secara horizontal dan atau vertikal. Infeksi horizontal, yaitu
dari satu ikan ke ikan yang Iain dalam satu generasi. Sedangkan infeksi vertikal,
yaitu dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui telur-telur atau sperma
yang terinfeksi.
Jenis
viral/virus yang telah teridentifikasi menyerang ikan budi daya adalah
Jr/'do-virus/DNA. Penyakit yang ditimbulkannya disebut lymphocystis. Virus ini
umumnya menyerang ikan yang hidup di perairan payau dan laut. Akan tetapi pada
beberapa jenis ikan air tawar, baik ikan hias maupun ikan konsumsi, virus ini
juga dijumpai, meskipun aktivitas serangannya relatif tidak berbahaya
dibandingkan pada kondisi lingkungan asin (laut dan payau).
Virus ini
menyebabkan hypertrophy (penebalan) dari sel-sel jaringan ikan, me-nimbulkan
tonjolan pada daerah sirip atau kulit (nodul) yang dapat terjadi secara
satu-satu atau mengelompok.
Hingga kini
belum ditemukan obat yang efektif untuk mengatasi virus lympho-cystis, sehingga
ikan yang terserang penyakit ini sebaiknya dimusnahkan agar tidak menular ke
ikan lainnya. Tindakan pencegahan dengan menjaga kondisi kualitas air dan
kesehatan ikan dianggap tindakan yang lebih baik dan bijak.
Firman Pra Setia
Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Kabupaten Banyuwangi