Sistem budi daya
ikan air tawar di Indonesia telah berkembang cukup pesat, dari penggunaan wadah
budi daya hingga sistem pengelolaan, maupun biota yang dibudidayakan.
Sebelumnya, budi daya ikan air tawar hanya menggunakan wadah budi daya berupa
kolam air mengalir atau kolam air tenang (KAT), kolam tadah hujan (KTH),
keramba, dan hampang. Kemudian menyusul kolam air deras (KAD) dan keramba
jaring apung (KJA). Sejak tahun 2009 salah satu wadah budi daya ikan air tawar
yang merupakan inovasi baru adalah kolam terpal (KT).
Sejak
pertengahan tahun 1990-an, wadah budi daya yang juga digunakan untuk budi daya
ikan dan komoditas air tawar lainnya adalah tambak. Tambak air payau
(salinitas 5-20 ppt) sebelumnya merupakan wadah budi daya ikan laut, terutama
bandeng dan udang windu (Penaeus monodon). Namun, tambak juga digunakan untuk
budi daya biota air tawar yang tergolong euryhaline (toleran terhadap perubahan
salinitas yang luas). Saat ini beberapa biota air tawar yang dibudidayakan di
tambak antara lain ikan nila, mujair, sidat, patin, dan udang galah
(Macrobrachium rosenbergii).
Sistem
pengelolaan budi daya air tawar pun terus mengalami perkembangan, dari sistem
budi daya ekstensif (tradisional), semi intensif hingga super intensif. Untuk
pemanfaatan lahan dan diversifikasi produksi, maka berkembang pula sistem budi
daya polikultur maupun sistem budi daya terpadu (mina padi, mina kangkung, mina
itik, mina ayam).
EKSTENSIF
Pengelolaan
usaha budi daya perairan sistem ekstensif atau tradisional sangat sederhana
dengan padat penebaran yang rendah. Sistem budi daya air tawar ekstensif diterapkan
pada KAT, KTH, keramba, dan hampang. Padat penebaran pada KAT dan KTH adalah
0,1 - 1 ekor/m2. Pada KAT yang subur, padat penebaran mencapai 2 ekor/m2.
Karena itu, hasil panen pada KAT dan KTH yang dikelola secara ekstensif baru
mampu menghasilkan ikan 400 - 800 kg/ha/tahun. Sementara padat penebaran pada
keramba dan hampang lebih tinggi, mencapai 5 ekor/m3. Ini karena, terutama
keramba ditempatkan di sungai atau saluran irigasi yang airnya mengalir.
Sistem budi daya
ekstensif sepenuhnya diserahkan kepada alam. Ikan budi daya memperoleh makanan
yang ada di dalam wadah yang terangkut oleh aliran air. Makanan tambahan yang
diberikan berupa sisa-sisa dapur. Karena itu, pertumbuhan ikan budi daya
sangat lambat dan kelangsungan hidup sangat rendah. Pertumbuhan ikan juga tidak
seragam karena berasal dari bibit ikan yang tidak seragam. Umumnya bibit
berasal dari hasil penangkapan di alam sehingga sering bercampur dengan ikan
lain.
EKSTENSIF PLUS
Sistem ekstensif
plus atau tradisional plus merupakan perbaikan dari sistem ekstensif. Pada
pertengahan tahun 1970-an, dikenal istilah "panca usaha" tambak atau
panca usaha kolam, yaitu lima macam kegiatan pokok yang harus dilaksa-nakan
oleh pembudi daya agar usaha budi daya di kolam/tambak dapat berhasil dengan
baik. Kelima macam kegiatan tersebut terdiri dari (1) perbaikan saluran dan
pengairan; (2) pengolahan tanah dasar; (3) pemakaian pupuk; (4) pem-berantasan
hama; dan (5) penyediaan benih yang cukup.
Seiring
pengelolaan kolam dan penyediaan benih, padat penebaran kolam dapat
ditingkatkan hingga mencapai 3 ekor/m2. Karena itu, hasil panen dapat ditingkatkan
antara 1.500 - 2.000 kg/ha/tahun.
Ikan diberi
pakan tambahan berupa sisa-sisa dapur atau dengan pemupukan su-sulan untuk
menumbuhkan pakan di dalam kolam. Pertumbuhan ikan budi daya lebih cepat dan
kelangsungan hidup lebih tinggi dari kolam yang dikelola secara ekstensif.
SEMI INTENSIF
Sistem budi daya
ikan air tawar semi intensif merupakan perbaikan dari sistem ekstensif dan ekstensif
plus. Untuk meningkatkan produksi budi daya kolam dan tambak, pembudidaya tidak
hanya melaksanakan lima macam kegiatan pokok atau panca usaha yang
diperkenalkan pada tahun 1970-an, melainkan sampai tujuh macam. Ketujuh macam
kegiatan tersebut merupakan penyempurnaan dari lima macam kegiatan (panca
usaha) terdahulu. Lebih lanjut, ketujuh macam kegiatan tersebut dinamakan
"sapta usaha" budi daya kolam/tambak, yang meliputi (1) perbaikan
konstruksi tambak/kolam; (2) pengaturan air; (3) pengolahan tanah, pemupukan,
dan pemberian pakan tambahan; (4) pemberantasan hama; (5) penebaran benih; (6)
pemasaran hasil; dan (7) tata laksana usaha.
Kegiatan-kegiatan
tersebut meningkatkan pengelolaan kolam yang dikenal sebagai sistem budi daya
semi intensif. Padat penebaran kolam ditingkatkan hingga mencapai antara 3-10
ekor/m2. Karena itu, hasil panen dapat ditingkatkan hingga mencapai 5.000
kg/ha/tahun.
Ikan budi daya
diberi pakan tambahan sebanyak 1 - 2 kali sehari. Karena itu, pertumbuhan ikan
budi daya dapat dipacu, termasuk kelangsungan hidup ikan budi daya lebih
tinggi.
INTENSIF
Sistem budi daya
ikan air tawar secara intensif merupakan sistem budi daya dengan penerapan
ilmu dan teknologi. Sistem budi daya ikan air tawar intensif dilakukan pada
lokasi yang sesuai, wadah khusus, dan ikan-ikan yang bernilai ekonomi tinggi.
Wadah budi daya yang сосок untuk budi daya ikan intensif antara lain KAT, KAD,
KJA, keramba, KT, dan tambak. Sedangkan ikan-ikan budi daya yang сосок untuk
dibudidayakan secara intensif antara lain ikan mas, nila, lele, gurami, patin,
bawal air tawar, baung, jelawat, betutu, gabus, betok, belut, sidat, dan
belida.
Padat penebaran
untuk KAT antara 10 - 20 ekor/m2, 100 - 200 ekor/m2 untuk KAD, 500 - 1.000
ekor/m3 untuk KJA, 100 - 200 ekor/m2 pada KT, 100 - 250 ekor untuk keramba, dan
5-10 ekor /m2 pada tambak. Karena itu, hasil panen sangat tinggi, mencapai >
10.000 kg/panen.
Budi daya ikan
air tawar intensif menggunakan bibit unggul, pemberian pakan 2 - 4 kali sehari,
dan kontrol kualitas air yang ketat. Pertumbuhan ikan dapat dipacu dan
kelangsungan hidup sangat tinggi.
SUPER INTENSIF
Budi daya
perairan super intensif di Indonesia mulai diterapkan pada budi daya sidat.
Selain padat penebaran yang sangat tinggi, penerapan teknologi seperti aerator,
kontrol kualitas air yang sangat ketat dengan menggunakan komputer, dan
penggunaan pompa air untuk penggantian air. Aktivitas budi daya dikon-trol dan
dilakukan oleh tenaga-tenaga profesional.
Pada budi daya
sidat di KAD dan tambak padat penebaran sangat tinggi yang merupakan sistem
budi daya super intensif. Padat penebaran pada KAD antara 500 - 700 ekor/m2
untuk benih ukuran 8-10 g/ekor, sedangkan pada tambak, padat 300 - 500 ekor/m2
untuk benih ukuran 8-10 g/ekor.
Pemberian pakan
dalam budi daya super intensif antara 4-6 kali setiap hari. Pakan yang
digunakan merupakan pakan berkualitas tinggi, yang biasanya mengandung protein
tinggi. Karena itu, kualitas air cepat sekali mengalami penurunan, baik karena
sisa pakan maupun kotoran biota budi daya. Untuk mengon-trol dan menjaga
kualitas air tetap optimal, maka digunakan peralatan budi daya yang canggih dan
dikelola oleh tenaga profesional.
Budidaya Ikan Super Intensif |
MONOKULTUR
Budi daya ikan
air tawar sistem monokultur (mono = satu) adalah sistem budi daya ikan tawar
dengan hanya menebar satu jenis ikan pada wadah budi daya, tanpa dicampur
dengan jenis ikan lain. Keuntungan sistem budi daya ikan secara monokultur
adalah (a) penggunaan pakan lebih efisien, terutama pada budi daya sistem semi
intensif, intensif, dan super intensif; (b) jika ikan diserang penyakit, lebih
mudah ditanggulangi; dan (c) tidak terjadi kompetisi dalam pemanfaatan pakan
dan ruang.
Namun sistem
budi daya ikan secara monokultur juga memiliki kelemahan, yaitu: (a) pemanfaan
ruang tidak optimal. Jika ikan yang dibudidayakan adalah ikan demersal (ikan
yang aktif di dasar perairan), maka ruang di bagian perte-ngahan dan permukaan
tidak termanfaatkan; (b) tidak ada diversifikasi komoditas budi daya; dan (c)
terdapat sisa pakan yang tidak termanfaatkan. Jika ikan yang dibudidayakan
adalah ikan karnivora, fitoplankton tidak termanfaatkan sehingga menimbulkan
penyuburan di dalam kolam.
Sistem budi daya
monokultur dapat diterapkan pada semua sistem budi daya ekstensif, ekstensif
plus, semi intensif, intensif, dan super intensif. Namun, untuk budi daya ikan
yang dikelola secara semi intensif, intensif, dan super intensif sebaiknya
menerapkan sistem monokultur. Tingkat pengelolaan budi daya ikan lebih sulit
pada sistem budi daya yang menerapkan padat penebaran tinggi (semi intensif,
intensif, dan super intensif), karena itu sebaiknya hanya menebar satu jenis
ikan atau monokultur.
MONOSEKS KULTUR
Budi daya ikan
air tawar sistem monoseks kultur (mono = satu, seks = jenis kelamin) adalah
sistem budi daya ikan air tawar dengan hanya menebar satu jenis kelamin (jantan
atau betina) ikan pada wadah budi daya, misalnya budi daya ikan nila tunggal
kelamin jantan. Tujuan penerapan sistem monoseks adalah untuk peningkatan
produksi. Setidaknya ada tiga faktor yang bisa dicapai dalam penerapan sistem
budi daya monoseks atau tunggal kelamin, yaitu (a) dengan penerapan sistem
monoseks, jenis kelamin yang dipilih adalah yang pertumbuh-annya cepat,
misalnya pada ikan nila, jenis kelamin jantan yang pertumbuhannya lebih cepat,
sedangkan pada ikan mas jenis kelamin betina; (b) dengan penerapan sistem
monoseks maka tidak akan terjadi perkawinan di dalam wadah pemeliharaan,
sehingga pertumbuhan biota peliharaan dapat dipacu. Ikan-ikan yang mudah
memijah seperti nila dan mujair bila dipelihara ikan jantan dan betina secara
bersama, wadah pemeliharaan akan penuh dengan anak-anak ikan. Di samping itu,
perkawinan menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi sangat lam-bat; (c) pada budi
daya ikan hias penerapan monoseks adalah untuk menghasilkan ikan yang lebih
menarik, misalnya pada cupang (Betta splendens), ikan jantan jauh lebih
menarik daripada ikan betina. Begitu juga pada ikan tetra kongo (Mkralestes
interruptus), ikan jantan memiliki harga jual lebih tinggi dibandingkan
betina.
Sistem monoseks
bisa diterapkan bila produksi benih tunggal kelamin dapat dilakukan. Saat ini
teknologi produksi benih tunggal kelamin mulai berkembang yang populer dengan
sebutan sex reversal. Beberapa jenis ikan budi daya telah berhasil diproduksi
dengan cara ini misalnya ikan nila, mas, cupang, tetra kongo, guppy (Poeciiia
reticulata), dan rainbow irian (Glosolepis incisus).
Sistem budi daya
monoseks kultur dapat diterapkan pada semua sistem budi daya, ekstensif,
ekstensif plus, semi intensif, intensif, dan super intensif. Di Indonesia,
ikan yang sudah umum dibudidayakan secara monoseks jantan adalah nila.
POLIKULTUR
Budi daya ikan
air tawar sistem polikultur (poli = banyak) adalah sistem budi daya dengan
menebar lebih dari satu ikan dalam suatu wadah budi daya secara bersama-sama,
misalnya budi daya ikan mas dan tawes secara bersama-sama di dalam satu kolam.
Penerapan sistem
budi daya polikultur mempunyai beberapa keunggulan, yaitu (a) optimalisasi
pemanfaatan ruang pada wadah budi daya, sehingga tidak ada ruang yang kosong;
(b) pemanfaatan pakan di dalam wadah budi daya. Jenis makanan yang dimakan oleh
biota budi daya terbatas, seperti sebagai herbivora atau karnivora. Karenanya
jika di dalam wadah budi daya ditebari ikan karnivora, maka makanan berupa
tumbuhan tidak dimanfaatkan; (c) upaya peningkatan produksi dengan memanen
lebih dari satu jenis komoditas; (d) jika terjadi se-rangan penyakit spesifik
sebagaimana serangan KVH pada ikan mas, pembudidaya masih memanen komoditas
lain yang tidak diserang penyakit. Sebagaimana terjadi di Danau Toba, Sumatera
Utara, serangan KFTV hanya terjadi pada ikan mas. Ikan-ikan lain yang
dipelihara di danau tersebut seperti nila, patin, dan jambal siam tidak
diserang virus KHV.
Pada polikultur
ikan nila dan ikan lele, selain pembagian pakan dan ruang budi daya, ikan lele
juga dapat mencegah perkawinan ikan nila. Sebagaimana dike-tahui, ikan nila
dikenal sebagai "tukang kawin". Dalam waktu singkat ikan nila mulai
memijah di dalam kolam dengan membuat sarang di dasar kolam. Karena ikan lele
hidup di dasar perairan dan mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk dasar perairan
ketika mencari makan, maka bila ikan nila dipelihara bersama lele akan sulit
melakukan pemijahan. Selain bagian dasar perairan merupakan habitat lele,
sarang nila pun akan dirusak oleh ikan lele.
Sekalipun ikan
lele adalah karnivora dan pemangsa, lele hanya dapat memangsa ikan-ikan
berukuran kecil. Sehingga jika lele dipelihara dengan ikan nila yang ukurannya
lebih besar, selain lele mengalami kesulitan menangkap nila, dengan terbiasanya
lele memakan pelet maka ikan inipun tidak memangsa nila.
Penerapan
polikultur dilakukan secara bersama dalam satu wadah, tanpa ada sekat atau pembatas.
Cara lainnya adalah membuat sekat sehingga suatu biota tidak dapat berpindah ke
ruang Iain yang menjadi tempat biota lain. Pada budi daya ikan di KJA cara ini
dapat diterapkan. Wadah pemeliharaan KJA dibuat ber-tingkat, di mana bagian
atas sebagai wadah utama menjadi tempat pemeliharaan biota utama, sedangkan
bagian bawah menjadi wadah pemeliharaan biota sampingan. Antara keramba atas
dan bawah dibatasi dengan jaring sehingga biota yang ditempatkan di atas tidak
dapat berpindah ke bawah dan sebaliknya. KJA bertingkat yang ditempatkan di
waduk dan danau diterapkan budi daya ikan mas pada bagian atas dan ikan nila.
Sisa pakan yang tidak termakan atau belum sempat termakan oleh ikan mas akan
jatuh ke wadah bagian bawah sehingga dimanfaatkan oleh ikan nila.
Penerapan
polikultur pada KJA bertingkat harus diperhatikan kemampuan biota budi daya
dalam beradaptasi dengan kedalaman perairan dan kelarutan oksigen. Pada
polikultur ikan mas dan nila, ikan nila ditempatkan pada keramba bawah karena
lebih mampu beradaptasi dengan kelarutan oksigen yang lebih rendah. Namun,
ikan-ikan labirin yang mampu hidup pada oksigen rendah dan menghirup udara di
permukaan seperti gurami dan lele, tidak сосок dipelihara pada keramba bawah
karena sewaktu-waktu ikan-ikan tersebut harus muncul di permukaan untuk
menghirup oksigen.
Prinsip yang
perlu diperhatikan dalam penerapan polikultur adalah habitat biota dan
kebiasaan makan. Biota yang mempunyai habitat sama seperti ikan iele dan ikan
betutu yang sama-sama merupakan penghuni dasar perairan tidak layak
di-polikultur. Selain terjadi persaingan dalam memperebutkan ruang, ruang budi
daya di bagian pertengahan hingga ke permukaan tetap kosong karena
memoli-kultur ikan yang habitatnya sama.
Polikultur juga
tidak сосок menebar ikan yang mempunyai jenis makanan yang sama. Ikan lele dan
betutu, selain mempunyai habitat sama, keduanya adalah ikan karnivora yang
bersifat pemangsa (predator). Karena itu, keduanya juga akan bersaing dalam
memperebutkan pakan serta saling memangsa. Sekalipun bukan karnivora, biota
yang mempunyai kebiasaan makan dan jenis makanan yang sama seperti ikan mas dan
nilem secara teoretis tidak layak dipolikultur, karena akan terjadi persaingan
dalam memperebutkan makanan dan ruang. Namun demikian, pada budi daya
intensif—yang menerapkan padat penebaran tinggi dan pemberian pakan optimal,
polikultur dapat diterapkan pada ikan yang mempunyai habitat dan jenis makanan
yang sama.
MINA PADI
Salah satu usaha
perikanan terpadu adalah mina padi (mina = ikan). Mina padi adalah budi daya
ikan air tawar yang dilakukan di sawah. Dalam usaha mina padi dapat diterapkan
tiga cara pengelolaan, yaitu (a) pemeliharaan ikan bersama padi; (b) ikan
sebagai penyelang; dan (c) ikan sebagai palawija.
Kelebihan dari
budi daya ikan di sawah antara lain (a) banyak makanan alami yang merupakan
pakan bergizi tinggi bagi ikan budi daya; (b) kotoran ikan menjadi pupuk bagi
tanaman padi; (c) ikan budi daya dapat berlindung dari hama dan sinar matahari
pada tanaman padi; (d) pertumbuhan gulma dapat ditekan karena ikan dapat
memakan tumbuh-tumbuhan kecil; (e) ikan tertentu menjadi pengendali hama padi,
misalnya ikan betok yang dapat memangsa hama we-reng pada padi; (f) perilaku
ikan (terutama ikan mas) yang mencari makan dengan membolak-balik tanah dapat
memperbaiki struktur tanah; dan (g) pemanfaatan lahan sawah untuk meningkatkan
produktivitas usaha, yaitu pertanian dan perikanan. Sedangkan kelemahan budi
daya ikan di sawah adalah (a) waktu pemeliharaan yang pendek, hanya antara 1 -
4 bulan; (b) penggunaan pestisida untuk pemberantasan hama padi yang dapat
membahayakan ikan budi daya; (c) pemberian pakan tambahan tidak efisien,
terutama pada sawah yang luas; (d) pada sawah yang berukuran luas, pemanenan
ikan budi daya agak sulit.
Budi daya ikan
di sawah dilakukan untuk memproduksi benih (pendederan) dan ikan konsumsi.
Pendederan ikan di sawah sangat baik, selain karena waktu yang pendek (1-4
bulan), pakan alami di sawah cukup tersedia untuk benih. Pakan alami merupakan
makanan bergizi tinggi bagi benih. Untuk kegiatan pembesaran sebaiknya memilih
ikan-ikan yang dipelihara dalam waktu pendek seperti lele, nila, dan mas.
MINA AYAM
Mina ayam adalah
salah satu usaha perikanan terpadu. Sistem pengelolaan usaha mina ayam tidak
berbeda dengan pengelolaan usaha budi daya ikan di kolam, sedangkan
pemeliharaan ayam seperti yang umumnya dilakukan. Kandang ayam dibuat di atas
kolam atau di pinggir kolam sehingga kotoran ayam dan sisa pakan ayam terjatuh
ke dalam kolam ikan.
Kelebihan dari
usaha perikanan terpadu mina ayam antara lain (a) memanfaat-kan lahan kosong di
atas kolam; (b) memanfaatkan kotoran ayam sebagai pupuk untuk kolam; (c) sisa
makanan ayam yang jatuh ke dalam kolam dimanfaatkan sebagai makanan ikan; dan
(d) pemanfaatan lahan untuk diversifikasi usaha perikanan dan peternakan.
Kekurangan usaha perikanan terpadu mina ayam antara lain (a) kotoran ayam yang
belum kering yang jatuh ke kolam menyebabkan bau; (b) jika sisa kotoran ayam
dan sisa pakan yang jatuh ke kolam berlebih-an dapat menyebabkan penyuburan
koiam sehingga terjadi ledakan plankton (blooming plankton); (c) ikan budi daya
biasanya berbau karena kotoran ayam maupun karena penyuburan di dalam kolam;
dan (d) ikan hasil panen harus diberok terlebih dahulu untuk pembersihan.
Budi daya ikan
sistem mina ayam dilakukan untuk memproduksi benih (pendederan) maupun ikan
konsumsi (pembesaran). Kegiatan pendederan pada kolam sistem mina ayam sangat
baik karena jumlah pakan alami yang banyak.
MINA ITIK
Mina itik adalah
salah satu usaha perikanan terpadu. Secara prinsip, pengelolaan usaha mina itik
tidak berbeda dengan mina ayam. Kandang itik dibangun di atas kolam atau di
pinggir kolam sehingga kotoran itik dan sisa pakan untuk itik dapat jatuh ke
kolam yang akan menjadi pupuk dan makanan bagi ikan budi daya. Sedangkan itik
peliharaan dapat dilepas ke kolam untuk bermain-main.
Kelebihan usaha
perikanan terpadu mina itik antara lain (a) memanfaatkan lahan kosong di atas
kolam; (b) memanfaatkan kotoran itik sebagai pupuk untuk kolam; (c) sisa
makanan itik yang jatuh ke dalam kolam dimanfaatkan sebagai makanan ikan; dan
(d) pemanfaatan lahan untuk diversifikasi usaha perikanan dan peternakan.
Sedangkan kekurangan usaha perikanan terpadu mina itik antara lain (a) kotoran
itik yang belum kering yang jatuh ke kolam menyebabkan bau; (b) jika sisa
kotoran itik dan sisa pakan yang jatuh ke kolam berlebihan dapat menyebabkan
penyuburan kolam sehingga terjadi ledakan plankton (blooming plankton); (c)
ikan budi daya biasanya berbau karena kotoran itik maupun karena penyuburan di
dalam kolam; dan (d) ikan hasil panen harus di-berok terlebih dahulu untuk
pembersihan.
Budi daya ikan
sistem mina itik dapat ditujukan untuk memproduksi benih (pendederan) maupun
ikan konsumsi (pembesaran). Kegiatan pendederan pada kolam sistem mina itik
sangat baik karena jumlah pakan alami yang banyak. Pakan alami umumnya bergizi
tinggi sehingga sangat baik bagi benih.
MINA KANGKUNG
Mina kangkung
adalah salah satu usaha perikanan terpadu (perikanan dan pertanian), khususnyp
ikan dan sayur kangkung. Usaha mina kangkung dapat diterapkan pada kolam air
mengalir dan kolam tadah hujan. Kangkung yang di-tanam pada usaha ini adalah
kangkung air (ipomea aquatica).
Kelebihan usaha
perikanan terpadu mina kangkung antara lain (a) memanfaatkan lahan di atas
kolam; (b) tanaman kangkung dapat menjadi penstabil suhu ketika panas terik;
(c) tanaman kangkung menjadi tempat berlindung bagi ikan; (d) akar dan daun
tanaman kangkung menjadi tempat menempelnya berbagai organisme yang menjadi
makanan bagi ikan budi daya; (e) kotoran ikan dan sisa pakan menjadi pupuk bagi
tanaman kangkung; (f) pemanfaatan lahan untuk diversifikasi usaha: perikanan
dan pertanian. Sedangkan kelemahan usaha perikanan terpadu mina kangkung
antara lain (a) jika tanaman kangkung terlalu padat dapat menghalangi
penyinaran ke dalam kolam; (b) pada malam hari tanaman kangkung memanfaatkan
oksigen sehingga kandungan oksigen di dalam perairan kolam menjadi sangat
rendah; dan (c) tidak dapat memelihara ikan-ikan herbivora (pemakan tumbuhan),
karena akan memakan tanaman kangkung.
Budi daya ikan
sistem mina kangkung dapat ditujukan untuk memproduksi benih (pendederan)
maupun ikan konsumsi (pembesaran). Usaha mina kangkung сосок untuk pendederan,
karena benih yang masih lemah dapat berlindung pada tanaman kangkung.
AKUAPONIK
Usaha perikanan
terpadu yang tergolong baru adalah akuaponik, yaitu sistem akuakultur (budi
daya perairan) yang diusahakan secara terpadu dengan pertanian. Namun berbeda
dengan mina padi, akuaponik memanfaatkan pematang kolam sebagai lahan
pertanian. Tanaman pertanian, terutama buah, sayur, dan obat ditanam di
pematang kolam, baik secara langsung maupun dengan menggunakan pot.
Salah satu usaha
akuaponik yang sangat populer saat ini adalah budi daya ikan di kolam terpal
yang dipadukan dengan penanaman sayur dengan menggunakan pot. Tanaman sayur di
dalam pot dijejer di atas pematang atau di bagian luar pematang. Kelebihan
usaha perikanan terpadu sistem akuaponik antara lain (a) memanfaatkan lahan
kosong pada kolam, khususnya pada pematang dan di sekeliling pematang; (b)
tanaman sayur dan buah menjadi pelindung bagi kolam dari panas terik; (c) air
kotor dari kolam dimanfaatkan untuk pemupukan dan penyiraman tanaman; (d)
pemanfaatan lahan untuk diversifikasi usaha: perikanan dan pertanian.
Sedangkan kekurangan usaha perikanan terpadu sistem akuaponik antara lain (a)
tanaman yang ditanam langsung pada pematang, akar-akarnya kemungkinan menembus
ke dalam kolam sehingga dapat menyebabkan kebocoran kolam; (b) akar tanaman
yang membusuk dapat menjadi tempat bersarang hama; dan (c) tanaman ukuran besar
dapat menjadi tempat bersem-bunyi bagi hama pemangsa ikan, seperti burung.
Budi daya ikan
sistem akuaponik dapat ditujukan untuk memproduksi benih (pendederan) maupun
ikan konsumsi (pembesaran). Tanaman pertanian (buah, sayur, dan obat) tidak
memengaruhi ikan budi daya di dalam kolam, karena tanaman ini ditanam pada
pematang kolam atau pada pot yang kemudian dijejer di atas pematang atau di
sisi pematang.
PRODUKSI IKAN ORGANIK
Usaha perikanan
budi daya yang mulai populer pada awal tahun 2000-an adalah produksi ikan
organik. Produksi ikan organik adalah sistem budi daya ikan tanpa menggunakan
bahan-bahan kimia, baik dari pupuk, pakan, maupun obat-obat-an, sehingga ikan
yang dihasilkan bebas dari bahan-bahan kimia. Pupuk yang digunakan adalah pupuk
organik, seperti kompos, kotoran hewan (sapi, kerbau, kuda, ayam, itik, burung
puyuh, kelelawar), dan hijauan (tanaman). Selain itu, saat ini telah digunakan
produk organik yang dikenal sebagai probiotik. Pakan yang digunakan adalah
pakan alami yang ditumbuhkan di dalam wadah budi daya atau pakan alami yang
diambil dari alam. Demikian pula obat-obatan yang digunakan merupakan bahan
alami.
Kelebihan usaha
perikanan organik antara lain (a) ikan budi daya yang dihasilkan bebas dari
bahan kimia; (b) budi daya ikan yang dilakukan mengurangi penggunaan bahan
kimia. Penggunaan bahan kimia yang terus-menerus ditengarai menyebabkan mutasi
genetik pada beberapa penyakit virus sehingga pengobatan ikan yang terserang virus
dengan bahan kimia tidak efektif; (c) budi daya ikan organik lebih lestari dan
berkelanjutan; dan (d) ikan organik mempunyai harga lebih tinggi. Sedangkan
kekurangan usaha perikanan organik antara lain (a) produksi ikan pada sistem
organik lebih rendah daripada sistem konvensional; (b) waktu yang dibutuhkan
untuk produksi ikan organik lebih lama dari pada sistem konvensional; dan (c)
ikan yang diproduksi secara organik hanya dijangkau oleh masyarakat kelas
menengah ke atas, karena harganya cukup mahal.
Ikan yang
mula-mula diproduksi secara organik adalah bandeng. Produksi bandeng organik
dilakukan di tambak, di mana bandeng dipolikultur dengan udang (udang windu,
udang putih, udang vanname) dan rumput laut. Dengan demikian, bandeng, udang,
dan rumput laut yang dipolikultur di tambak merupakan sistem budi daya organik.
Saat ini komoditas selain bandeng yang diproduksi secara organik, khususnya
budi daya air tawar adalah ikan gurami dan belut.
Firman Pra Setia Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh
Perikanan Kabupaten Banyuwangi