Rabu, 02 Januari 2019

PRA PRODUKSI BUDIDAYA UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)


Udang galah (Macrobrachium rosenbergii, de Man) merupakan salah satu komoditas perdagangan baik domestik maupun ekspor yang semakin populer.   Sejumlah komponen penunjang untuk berkembangnya usaha budidaya udang galah di negeri kita cukup menggembirakan. Komponen utama usaha budidaya udang/ikan adalah lahan, perairan, teknologi, dan sumberdaya manusia, yang hampir semuanya siap berperan dalam pengembangan ini.   Khusus dalam aspek teknologi, telah dirilisnya induk udang unggul Gi-Makro, merupakan salah satu titik awal berkembangnya usaha budidaya udang ini.
Udang galah (Macrobrachium rosendergii, de Man) atau juga dikenal dengan Giant Tiger Prawn termasuk golongan krustase dari famili Palaemonidae, merupakan jenis yang terbesar ukurannya dibandingkan udang-udang air tawar lainnya. Udang yang diklaim merupakan udang asli oleh India dan Indonesia ini merupakan salah satu jenis udang yang semakin populer karena rasanya yang lezat, ukurannya cukup besar, dan mudah dibudidayakan. Menu dari udang ini umumnya dalam bentuk utuh (komplit dengan kepala atau head-on); berbeda  dengan  jenis  udang  lain  yang  sering  disajikan  dalam  bentuk  tanpa  kepala (headless). Mengapa demikian, bukan tanpa alasan; rupanya pada bagian kepala itulah ada kandungan steroid, yang bermanfaat meningkatkna kebugaran tubuh kita.  Kepopuleran di negeri kita diawali dengan dibukanya rumah makan khusus udang galah oleh Mang Engking di Sleman, Yogyakarta, di lahan budidaya udangnya.   Dimulainya usaha rumah makan khusus udang galah itu pun berawal dari suatu hal yang unik terkait dengan wisata dan itu merupakan salah satu rahmat. Kini menu udang galah sudah berkembang di beberapa kota seperti Jakarta, Bali, Surabaya, dll.
Udang ini juga mempunyai pasar baik lokal maupun ekspor, meski yang terakhir ini masih terkendala kurangnya pasok. Di negeri kita, udang galah berasal dari hasil tangkapan alam dan dari budidaya.  Udang yang di sungai-sungai di luar Jawa seperti Kalimantan, Selawesi, dan Sumatera masih dapat diperoleh masyarakat setempat di sungai-sungai, rawa dan danau. Di beberapa tempat udang menjadi salah satu obyek wisata pancing yang cukup menarik.  Usaha budidaya udang yang hidupnya di perairan tawar dan juga payau ini boleh dikatakan baru populer akhir-akhir tahun ini, dan potensi pengembangannya cukup cerah karena permintaan cukup besar dan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya tersedia luas.


Pembudidayaan udang ini diawali dengan produksi benih di panti-panti pembenihan (hatchery), kemudian benih udang galah hasil panti benih dibesarkan di kolam-kolam air tawar dengan teknologi yang sederhana.


1.1.  MENGENAL UDANG GALAH

Sebelum mempelajari teknik budidayanya, marilah kita mengenal lebih jauh perihal udang ini, Sebelum mempelajari teknik budidayanya, marilah kita mengenal lebih jauh perihal udang ini, baik pengenalan species, karakteristik maupun sifat-sifatnya.

Klasifikasi udang galah (Mudjiman, 1983) Phyllum            : Arthropoda
           Subphyllum      : Mandibulata
           Kelas                : Crustacea
           Subkelas          : Malacostraca
           Ordo                 : Decapoda
           Famili               : Palamonidae
           Subfamil           : Palamoniae
           Genus              : Macrobrachium
             Species            : Macrobrachium rosenbergii, de Man


1.2.  KARAKTERISTIK DAN SIFAT-SIFAT UDANG GALAH

1.2.1 Karakteristik Morfologis

Secara umum, udang galah mempunyai karakteristik morfologis sebagai berikut:
  • Tubuh beruas–ruas sebanyak 5 ruas yang masing-masing dilengkapi sepasang kaki renang; kulit keras dari chitin; pelura ke dua menutupi pleura pertama dan ke tiga;
  • Badan terbagi tiga bagian : kepala+dada (cephalothorax); badan (abdomen); dan ekor (uropoda);
  • Cephalothorax dibungkus karapas (carapace);
  • Tonjolan seperti pedang pada carapace disebut  rostrum dengan gigi atas sejumlah 11-15 buah dan gigi bawah 8-14 buah.;
  • Kaki  jalan  ke  dua  pada  udang  dewasa  tumbuh  sangat  panjang  dan  besar, panjangnya bisa  mencapai 1,5  kali  panjang  badan,  sedang  pada  udang  betina pertumbuhan tidak begitu mencolok;

  Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar dibawah ini :








Morfologi udang galah (Macrobrachium rosenbergii, de Man) 



Keterangan:
1. Rostrum; 2. Kepala+dada (cephalothorax); 3. Badan (abdomen); 4. Ekor (uropoda); 
5. Mata; 6-7. Antena, antenula; 8. Capit (ukuran besar/panjang pada jantan); 9. Kaki jalan (pleopoda); 10. Kaki renang (peripoda).



1.2.2 Karakteristik Habitat/Biologis dan Sifat-sifatnya

Sedang karakteristik habitat/biologis udang galah adalah:
  • Memiliki dua habitat yaitu air payau salinitas 5-20 ppt (stadia larva-juvenil), dan air tawar (stadia juana-dewasa));
  • Matang kelamin umur 5 – 6 bulan (mendekati muara sungai untuk memijah lagi;
  • Mengalami beberapa kali ganti kulit (molting) yang diikuti dengan perubahan struktur morfologisnya, hingga akhirnya bermorfologis menjadi juvenil (juana);
  • Selain morfologi, untuk membudidayakan ikan/udang perlu diketahui sifat-sifatnya; beberapa sifat yang penting diketahui antara lain adalah :
  • Euryhalin, yaitu dpt hidup pada kisaran salinitas yg lebar (0-20 ppt);
  • Omnivora, yaitu pemakan segala (tumbuhan dan hewan);
  • Pada stadia larva, udang galah memakan plankton hewani (zooplankton), seperti rotifera, protozoa, cladocera, dan copepoda;
  • Stadia Post larva, juvenil, dan dewasa : memakan cacing, serangga air, udang renik, telur ikan, ganggang, potongan tumbuh – tumbuhan air, potongan hewan, jasad penempel, hancuran biji – bijian dan buah – buahan, siput, dan sebagainya, juga memakan jenisnya sendiri (kanibal, khususnya ketika molting);
  • Nokturnal, yaitu aktif makan malam hari. Jika lingkungan hidupnya dapat dibuat relatif gelap udang akan aktif makan walaupun siang hari;
  • Larva bersifat planktonis, aktif berenang, tertarik oleh cahaya tetapi menjauhi sinar matahari;
  • Pada stadium pertama (I), larva cenderung berkelompok dekat permukaan air dan semakin lanjut umurnya akan semakin menyebar dan individual serta suka mendekati dasar. Di alam larva hidup pada salinitas 5 – 10 0/00.

Daur hidup udang galah (Macrobrachium rosenbergii, de Man)


1.2.3 Tanda-tanda Udang Galah Jantan dan Betina


Perbedaan antara udang jantan dan udang betina adalah sebegai berikut:

Bentuk badang udang jantan dibagian perut lebih ramping dan ukuran pleuron lebih pendek, sedang pada betina bagian perut tumbuh melebar dan pleuron agak memanjang. Letak alat kelamin jantan pada pasangan kaki jalan ke lima, pada betina pada pasangan kaki jalan ke tiga.

Udang jantan :

·       Relatif lebih besar;
·       Pasangan kaki jalan yang kedua relatif lebih besar dan panjang (bahkan dapat  mencapai 1,5 kali panjang total tubuhnya);
·       Bagian perut lebih ramping;
·       Ukuran pleuron lebih pendek;
·       Alat kelamin jantan terdapat pada di antara pasangan kaki jalan kelima;


Udang betina :

·      Tubuh lebih kecil, badan agak melebar, demikian pula kaki renangnya, membentuk ruang untuk mengerami telur (broodchamber);
·       Pleuron memanjang;
·       Pasangan kaki  jalan  kedua  tetap  tumbuh  lebih  besar,  tetapi  tidak  sebesar  dan sepanjang udang jantan;
·       Alat kelamin terletak pada pasangan kaki ke tiga, merupakan suatu lubang yang disebut thelicum.


a                                                     b
Perbedaan udang galah jantan dan betina. Udang galah jantan (a); betina
(b); alat kelamin jantan (c), dan alat kelamin betina (d)

Khusus untuk ukuran kaki jalan pada udang galah yang dikenal berukuran panjang/besar, telah dihasilkan varietas yang bercapit lebih kecil yaitu yang disebut Gi-Makro (seperti pada Gambar 5a). Capit yang lebih kecil ini mempunyai keunggulan tersendiri.


1.3.     PERSYARATAN LOKASI
Beberapa kriteria lokasi/calon lokasi yang baik untuk hatchery adalah :

  • Lokasi hendaknya mempunyai sumber air laut dan air tawar, karena untuk pemijahan dan larva stadia awal udang galah membutuhkan air payau;
  • Lingkungan sekitar bebas dari pencemaran, agar kualitas air pasok memenuhi syarat kebersihan dan bebas bahan pencemar.
  • Lokasi aman dari banjir dan bencana alam lain;
  • Tersedia sumber listrik;
  • Tersedia tenaga kerja;
  • Kebutuhan sarana budidaya terjamin;
  • Aksesibilitas baik;
  • Keamanan terjamin;
  • Pemasaran benih mudah.


Air sumber harus memenuhi baik kuantitas maupun kualitasnya.   Semakin tinggi kualitas unsur-unsur tersebut maka akan semakin kuat mendukung keberhasilan usaha.  Kualitas air harus memenuhi syarat baik fisik, kimiawi maupun biologi.   Harus dapat menyediakan air dengan salinitas 12 ppt. Nilai-nilai parameter kualitas air dijsaikain pada Tabel.


pH
7-8,5
Suhu (oC)
25-30
H2S (ppm)
nil
Chlorin
nil
Nitrat (ppm)
20
Nitrit (ppm)
0,1
Kesadahan total air tawar (mg/l

setara CaCO3)
<100
Kekeruhan
nil
TDS (ppm)
217
Fe (ppm)
<0.02
PO4 (ppm)
0,15
CO2 bebas
nil

1.4.     SARANA PRASARANA

Fasilitas yang Digunakan Untuk Usaha Pembenihan

Dalam bisnis benih udang galah, ada dua macam unit produksi penghasil benih, yaitu Panti Benih atau yang dikenal dengan Hatchery, dan yang ke dua adalah panti benih skala pekarangan atau dikenal sebagai Backyard Hatchery. Fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk suatu hatchery udang galah adalah sebagaimana disajikan pada Tabel.

No.
Jenis Fasilitas/Peralatan
Keterangan
1.
Bangunan tempat bak-bak pemeliharaan, gudang, alat lab, ruang kerja/administrasi, dll.
Bangunan indoor menunjang untuk terciptanya suhu media budidaya relatif tinggi dan stabil.
2.
Bak-bak pemeliharaan induk
Bisa berupa kolam tanah. Ukuran bergantung pada banyaknya induk (ukuran besar hingga 400-500 m2)
3.
Bak pemijahan
Kolam tanah ukuran minimal 100 m2 dengan kedalam air sekitar 75 cm 100 cm.
4.
Bak penetasan
Bak fibreglass ukuran (0,5 X 1 X 1) M 3 dengan volume 500 liter.
5.
Bak pemeliharaan larva
-  Kolam tanah ukuran minimal 100 m2 dengan kedalam air sekitar 75
cm 100 cm, atau
-  Bak beton kapasitas minimal 5-
10 m3.
6.
Bak pemeliharaan yuwana
-  Bak fiberglass volume 500 liter
1.000 liter, atau
-  Bak beton kapasita 5–10 m3.
7.
Bak pemeliharaan tokolan 1-2
-  Bak beton volume 5–15 m3, atau
-  Kolam tanah ukuran minimal 200 m 400 m.
8.
Bak penetasan Artemia salina, bak untuk pengobatan, dll.
-  Bak fibreglass, conical, ukuran bergantung banyaknya Artemia
yang akan ditetaskan (10-500 ltr).
7.
Tandon air laut, air tawar, dan bak pencampuran air
Bak beton, kapasitas minimal 3x volume bak-bak larva/benih.
5.
Pompa air laut, air tawar
Kapasitas bergantung pada besar kecilnya unit prosuksi (kapasitas 50



ltr/detik atau lebih besar)
6.
Peralatan aerasi
Blower sentral atau Hi-blow, sesuai unit produksinya.
7.
Perlengkapan pengepakan
Botol oksigen dan isinya, styrofoam, plastik packing, dan
bahan lain.
8.
Peralatan bantu kerja
(timbangan, ember, baskom, slang sipon, dll.

9.
Peralatan lab (kualitas air, mikroskop, timbangan obat, dll)

10.
Sumber listrik (PLN/Genset)
Daya sesuai kebutuhan.
11.
Kendaraan angkutan

12.
Peralatan adminsitrasi

13.
Mess pekerja pos jaga, dll.

14.
Dapur, dll.


Untuk backyard hatchery, sudah barang tentu fasiltas/peralatannya terbatas, yaitu :
  1. bak-bak pemeliharaan larva yang umumnya dari tembok dan hanya ditutup dengan terpal;
  2. peralatan-peralatan   bantu    kerja    budidaya    seperti    pompa,    slang,    aerator, perlengkapan pengepakan, timbangan obat;
  3. peralatan kualitas air yang sederhana.
  4. dll.

Ruang indoor : harus dapat mempertahankan suhu ruang agar cukup tinggi (air media pemeliharaan larva/benih +/-28-31oC).  Suhu cukup tinggi/optimal tersebut akan menunjang (1) laju pertumbuhan lebih cepat, (2) konversi pakan lebih kecil, (3) serta resiko terserang penyakit lebih rendah.  Untuk bak-bak larva/benih pada backyard hatchery umumnya cukup dengan menutupnya dengan terpal.

Bak pemeliharaan larva bisa dari berbagai bentuk baik persegi maupun conical. Bak bentuk conical mempunyai keunggulan tersendiri yaitu lebih efektif dalam pengeluaran kotoran, dengan catatan dimensi, debit aliran air dan sirkulasinya menunjang. Untuk bak-bak yang terbuat dari beton dan fibreglass atau sejenisnya, permukaannya harus benar-benar halus. Hal ini dimaksudkan agar pembersihan kotoran dan penyuci-hamaan dapat lebih efektif, karena kotoran dan permukaan yang tidak rata menjadi tempat hidup dan berkembangnya organisme penyakit. Beberapa contoh fasilitas hatchery disajikan pada Gambar.
Salah satu sarana penting yang harus ada pada hatchery adalah sarana biosekuriti, berupa bak cuci kaki (foobath), bak cuci tangan (handwash), dan pagar keliling.
Unit sarana budidaya yang umum ada di masyarakat adalah merupakan sistim air diam (stagnant water system). Dalam perkembangannya, unit budidaya sistim resirkulasi sudah mulai diaplikasikan. Sistim ini mempunyai keunggulan yaitu dengan luas/volume yang sama, produksinya lebih besar (tingkat produktivitasnya lebih tinggi). Namun demikian dalam unit sistim ini perlu pengontrolan yang ketat agar terhindar dari serangan penyakit.


(a)

(b, c)
Adapun instalasi air harus didesain seefektif mungkin agar kebutuhan air terpenuhi dan dengan biaya operasi yang minimal, serta longlife.   Contoh lay-out jaringan distribusi air disajikan pada Gambar.



Sumber : Pusluh KP-2011