Induk yang baik
menunjang
dihasilkannya benih
yang
cukup
banyak dan kualitasnya
memenuhi syarat sebagai benih
sebar..
Persyaratan kualitatif:
a) Induk berasal
dari hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk kelas induk dasar;
b) Warna kulit biru
kehijau-hijauan, kadang ditemukan kulit
agak
kemerahan, warna
kulit juga dipengaruhi oleh lingkungan.
c) Kesehatan baik, yaitu
:anggota atau organ
tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak
ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh tidak ditempeli oleh jasad
patogen, tidak bercak hitam, tidak berlumut, insang bersih.
d) Gerakannya aktif.
Persyaratan kuantitatif
Kriteria kuantitatif sifat reproduksi disajikan pada Tabel
Parameter
|
Satuan
|
Kriteria
|
|
Jantan
|
Betina
|
||
1. Umur
|
bulan
|
8-20
|
8-20
|
2. Bobot tubuh
|
g
|
>50
|
>40
|
3. Fekunditas
|
butir/gram bobot tubuh
|
-
|
30.000-75.000
|
4. Diameter telur
|
mm
|
-
|
0,6-0,7
|
Dianjurkan
memilih
induk
yang
sedang
mengandung telur untuk ke dua kalinya
atau
berikutnya. Apabila induk diambil dari satu populasi dalam kolam pembesaran, maka dipilih induk yang pertumbuhannya cepat dan paling besar, selanjutnya dipelihara dalam kolam yang
terpisah.
PENGELOLAAN INDUK
Prinsip-prinsip dalam pengelolaan induk:
- kepadatan 2-3 ekor/m2;
- sebaiknya induk jantan dan betina dipelihara dalam kolam terpisah;
- pakan cukup gizi (protein 25-30 %, dan lemak 5%);
- dosis pemberian pakan adalah 3-5 %, frekuensi 4 kali sehari;
- pembersihan kotoran dalam bak induk dilakukan setiap dua hari bersamaan dengan pergantian air (untuk kolam tembok/beton).
- Pakan yang bergizi dan cukup menunjang perkembangan gonad/ produksi telur.
MEMIJAHKAN DAN MENETASKAN TELUR
Tahapan pemijahan dan penetasan telur
SELEKSI INDUK
Memijahkan. Induk-induk yang telah matang gonad dimasukkan ke dalam kolam pemijahan
dengan padat tebar 4-5 ekor/m² dan perbandingan antara jantan dan betina 1:3. Proses pemijahan juga disajikan pada Gambar 9. Setelah pembuahan, telur diletakkan pada ruang
pengeraman (broodchamber) yang terdapat
di antara kaki renang induk betina hingga
saatnya menetas.
Penebaran dalam kolam (A) dan proses
dari pra-memijah (B) yang diawali dengan molting
Pemeriksaan pembuahan. Induk yang matang telur dapat dilihat dari telur-telurnya yang
berwarna abu-abu. Induk-induk yang matang telur kemudian dipindahkan ke bak
penetasan. Jumlah telur merupakan salah satu indikator baik atau tidaknya induk.
Cara
menghitung telur diilustrasikan pada gambar. Jumlah telur total dapat dihitung dengan menggunakan
rumus yang sederhana saja yaitu
:
dimana :
N = jumlah telur total; V = volume telur total;
n = jumlah telur contoh; v = volume telur contoh.
Ilustrasi proses penghitungan contoh disajikan pada gambar
Menetaskan telur.
Tahapan pekerjaannya
adalah sebagai berikut :
- Penyiapan media penetasan
- Sebelum dimasukkan ke dalam bak penetasan, induk-induk disuci-hamakan
- Induk diberi pakan dan diaerasi. Pakan yang tidak mudah mengotori air seperti kelapa, ubi atau kentang yang dipotong-potong kecil; kalaupun pelet, maka harus yang mempunyai stabilitas dalam air (water stability) yang tinggi.
- Telur akan menetas setelah 6-12 jam.
- Induk yang telurnya belum menetas dipindahkan ke bak penetasan lainnya, karena perbedaan umur larva yang terlalu jauh menyebabkan pertumbuhannya akan berbeda besar, memperpanjang waktu pemeliharaan dan merangsang terjadinya kanibalisme. Untuk lebih jelasnya, tahapan penetasan dapat dilihat pada gambar.
Kualitas nauplii perlu diperiksa.
Bila tidak baik maka lebih baik nauplii dibuang,
karena tidak akan diperoleh larva yang bagus. Kriteria nauplii yang baik, sebagai berikut (SNI: 01- 6486.2– 2000) :
- Warna : warna tubuh kehitaman, keabu-abuan, tidak pucat;
- Gerakan : berenang aktif, periode bergerak lebih lama dibandingkan dari periode diam;
- Kesehatan dan kondisi tubuh : sehat terlihat bersih, tidak berlumut, organ tubuh normal;
- Keseragaman : secara visual ukuran nauplii seragam;
- Respon terhadap rangsangan : bersifat fototaksis positif atau respon terhadap cahaya
- Daya tahan tubuh : dengan mematikan aerasi beberapa saat, nauplius yang sehat akan berenang ke permukaan air.
Tahapan Penetasan Telur
PEMELIHARAAN LARVA HINGGA MENJADI BENIH
Umumnya ada tiga tingkatan
pemeliharaan benih, yaitu :
1) Pemeliharaan larva, yaitu dari larva menjadi juvenil;
2) Pentokolan 1, yaitu dari juvenil menjadi
juwana; dan
3) Pentokolan 2, yaitu dari juwana menjadi tokolan.
Pemeliharaan Larva.
Secara ringkas, pentahapan pemeliharaan larva meliputi :
- Penyiapan kolam, dan air media pemeliharaan,
- Penebaran nauplii,
- Pemberian/Pengelolaan pakan,
- pengelolaan kualitas air,
- Monitoring pertumbuhan,
- Monitoring kesehatan, dan
- Pemanenan.
Penyiapan Kolam dan Media Pemeliharaan
Tahapan:
- Bak dicuci bersih;
- Disuci-hamakan,
bisa
dengan dijemur dibawah
terik Matahari atau
dengan
desinfektan (misalnya kaporit 50-100 mg/liter air (50-100 ppm);
- Dibilas dengan air sabun kemudian dicuci bersih;
- Air bersih dari tandon dimasukkan ke dalam bak dengan disaring menggunakan filterbag , hingga tinggi air 70-80 cm;
- Diaerasi.
Pengisian air bak pemeliharaan
larva, disaring dengan filterbag
Penebaran Larva
Setelah satu hingga
dua
hari
di
bak
penetasan, larva
dipindahkan
ke
dalam bak pemeliharaan larva. Padat penebaran larva antara 100–150 ekor/liter.
Pengelolaan pakan
Pakan alami
Pakan larva
harus (a) berkualitas tinggi,
(b) ukuran sesuai bukaan mulut larva
dan (c) mudah tecerna. Pakan alami yang terbaik untuk larva udang galah adalah naupliii Artemia salina;
selain itu juga dapat digunakan Moina sp. atau dikenal sebagai kutu air. Contoh Artemia dan Kutu air disajikan pada Gambar 15.
Langkah awal adalah penentuan jumlah nauplii yang dibutuhkan;
kebutuhan jumlah naupli
dapat dihitung dengan rumus dari Mcvey, 1984, yaitu :
Artemia salina dan kutu air (Moina sp.). (a) Artemia
dalam kaleng; (b) kista Artemia; (c) Artemia
yang sudah menetas; (d) Moina
sp
Penetasan artemia perlu dilakukan
dengan cermat agar diperoleh tingkat penetasan yang tinggi. Teknik penetasan Artemia salina dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu :
- Terlebih dahulu didekapsulasi;
- Langsung ditetaskan.
Dekapsulasi adalah proses menyiapkan Artemia
salina agar melunakkan cangkang kista
Artemia. Manfaatnya adalah
:
- agar dapat diperoleh tingkat penetasan lebih tinggi;
- mengurangi resiko termakannya cangkang (dari nauplii Artemia teknik penetasan langsung); dan
- bisa langsung diberikan untuk larva ikan yang sudah cukup ukuran bukaan mulutnya.
Teknik
penetasan langsung adalah dengan
langsung menetaskan kista Artemia dalam larutan garam
yang diaerasi kuat.
Peralatan dan bahan yang dipergunakan untuk dekapsulasi dan penetasan adalah :
BAHAN (utk 100 g kista artemia) :
a.
|
Kapur (CaO)
|
25 g (2x12,5 g)
|
b.
|
Bleaching powder
|
55 g (2x27,5 g)
|
c.
|
Es batu
|
secukupnya
|
d. Na-thiosulfat (Na2S2O3.5H2O)0,05 g (minimal)
e. Garam
murni secukupnya
f. Air bersih secukupnya
ALAT :
a.
|
Wadah kapasitas 1 ltr
|
2 unit
|
|
b.
|
Perangkat aerasi
|
2 bh
|
|
c.
|
Filter bag (dg plankton net) mesh
250 um.
|
1 bh
|
|
d.
|
Thermometer
|
1 bh
|
|
e.
|
Pengaduk
|
1 bh
|
f.
|
Timbangan ketelitian 0,01 g, kap 500 g
|
1 bh
|
g.
|
Wadah utk menimbang bahan
|
4 bh
|
h.
|
Centong
|
2 bh
|
i.
|
Slang sipon
|
1 bh
|
j.
|
Mikroskop
|
1 bh
|
PROSEDUR :
Prosedur penetasan Artemia yang diawali
dengan dekapsulasi
disajikan
dalam gambar,
dibawah ini.
Pemberian pakan dimulai
pada hari ke tiga setelah menetas, dilakukan
setiap hari setelah
penggantian air atau siphon pada sore hari. Naupli Artemia salina diberikan kepada larva setelah penggantian
air (air tersisa 2/5 bagian, dibiarkan selama ± ½ jam, untuk memberi kesempatan kepada larva
untuk
menangkap nauplii Artemia salina).
Aerasi dihidupkan kembali setelah selesai memberikan
pakan. Pada hari-hari ke 4-5, Artemia salina sebaiknya diberikan pada malam hari. Jumlah
nauplii disesuaikan
dengan umur larva udang,
sebagaimana disajikan pada Tabel 3.
Tabel 4. Variasi jumlah makanan larva/hari selama pemeliharaan
Hari ke-
|
Naupli Artemia salina (ekor)
|
Pakan Buatan, Berat Kering (mg)
|
3
|
5
|
0
|
4
|
10
|
0
|
5-6
|
15
|
0
|
7
|
20
|
0
|
8
|
25
|
0
|
9
|
30
|
0
|
10-11
|
35
|
0
|
12
|
40
|
0
|
Hari ke-
|
Naupli Artemia salina (ekor)
|
Pakan Buatan, Berat Kering (mg)
|
13-14
|
45
|
70
|
15-24
|
50
|
80-90
|
25-30
|
45
|
100-180
|
30-++
|
40
|
200
|
Sumber : AQUACOP,
1983 dalam Hadie dan Hadie, 1993
Perlu diperhatikan bahwa kepadatan nauplii Artemia menjadi patokan dalam pemberian pakan, karena larva tidak mengejar-ngejar nauplii.
Bila kebutuhan
5 ekor, maka pada saat mau pemberian berikut masih harus ada 1 ekor naupli; bila tidak ada berarti
kurang, bila lebih perlu diidentifikasi masalahya.
Cara
praktis menentukan jumlah adalah untuk bak volume air 10 ton, dibutuhkan
50-250 g kista Artemia untuk dapat dihasilkan 10-50 juta nauplii.
Sumber : Pusluh KP-2011