Selasa, 08 Januari 2019

TEKNIK PRODUKSI BENIH UDANG GALAH (PART 1)





PERSYARATAN INDUK

Induk  yang  baik  menunjang  dihasilkannya  benih  yang  cukup  banyak  dan  kualitasnya memenuhi syarat sebagai benih sebar..

Persyaratan kualitatif:

a)  Induk berasal dari hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk kelas induk dasar;
b)  Warna kulit biru kehijau-hijauan, kadang ditemukan kulit agak kemerahan, warna kulit juga dipengaruhi oleh lingkungan.
c)  Kesehatan baik, yaitu :anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh tidak ditempeli oleh jasad patogen, tidak bercak hitam, tidak berlumut, insang bersih.
d)  Gerakannya aktif.

Persyaratan kuantitatif

Kriteria kuantitatif sifat reproduksi disajikan pada Tabel

Parameter
Satuan
Kriteria
Jantan
Betina
1.  Umur
bulan
8-20
8-20
2.  Bobot tubuh
g
>50
>40
3.  Fekunditas
butir/gram bobot tubuh
-
30.000-75.000
4.  Diameter telur
mm
-
0,6-0,7


Dianjurkan  memilih  induk  yang  sedang  mengandung  telur  untuk  ke  dua  kalinya  atau berikutnya. Apabila induk diambil dari satu populasi dalam kolam pembesaran, maka dipiliinduk yang pertumbuhannya cepat dan paling besar, selanjutnya dipelihara dalam kolam yang terpisah.


PENGELOLAAN INDUK

Prinsip-prinsip dalam pengelolaan induk:
  • kepadatan 2-3 ekor/m2;
  • sebaiknya induk jantan dan betina dipelihara dalam kolam terpisah;
  • pakan cukup gizi (protein 25-30 %, dan lemak 5%);
  • dosis pemberian pakan adalah 3-5 %, frekuensi 4 kali sehari;
  • pembersihan kotoran dalam bak induk dilakukan setiap dua hari bersamaan dengan pergantian air (untuk kolam tembok/beton).
  • Pakan yang bergizi dan cukup menunjang perkembangan gonad/ produksi telur.


MEMIJAHKAN DAN MENETASKAN TELUR

  Tahapan dalam pemijahan udang galah adalah sbb:


Tahapan pemijahan dan penetasan telur

SELEKSI INDUK


Memijahkan. Induk-induk yang telah matang gonad dimasukkan ke dalam kolam pemijahan dengan padat tebar 4-5 ekor/m² dan perbandingan antara jantan dan betina 1:3. Proses pemijahan juga disajikan pada Gambar 9.  Setelah pembuahan, telur diletakkan pada ruang pengeraman (broodchamber) yang  terdapat  di  antara  kaki  renang  induk  betina  hingga saatnya menetas.


Penebaran dalam kolam (A) dan proses dari pra-memijah (B) yang diawali dengan molting

Pemeriksaan pembuahan. Induk yang matang telur dapat dilihat dari telur-telurnya yang berwarna abu-abu. Induk-induk yang matang telur kemudian dipindahkan ke bak penetasan. Jumlah telur merupakan salah satu indikator baik atau tidaknya induk.   
Cara menghitung telur diilustrasikan pada gambar. Jumlah telur total dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang sederhana saja yaitu :

 dimana :
 N = jumlah telur total;          V = volume telur total;
 n = jumlah telur contoh;         v = volume telur contoh.

Ilustrasi proses penghitungan contoh disajikan pada gambar

Menetaskan telur.  Tahapan pekerjaannya adalah sebagai berikut :
  • Penyiapan media penetasan
  • Sebelum dimasukkan ke dalam bak penetasan, induk-induk disuci-hamakan
  • Induk diberi pakan dan diaerasi. Pakan yang tidak mudah mengotori air seperti kelapa, ubi atau kentang yang dipotong-potong kecil; kalaupun pelet, maka harus yang mempunyai stabilitas dalam air (water stability) yang tinggi.
  • Telur akan menetas setelah 6-12 jam.
  • Induk yang telurnya belum menetas dipindahkan ke bak penetasan lainnya, karena perbedaan  umur  larva  yang  terlalu  jauh  menyebabkan  pertumbuhannya  akan berbeda besar, memperpanjang waktu pemeliharaan dan  merangsang terjadinya kanibalisme. Untuk lebih jelasnya, tahapan penetasan dapat dilihat pada gambar.
Kualitas nauplii perlu diperiksa.  Bila tidak baik maka lebih baik nauplii dibuang, karena tidak akan diperoleh larva yang bagus. Kriteria nauplii yang baik, sebagai berikut (SNI: 01- 6486.2– 2000)  : 

  • Warna : warna tubuh kehitaman, keabu-abuan, tidak pucat;
  • Gerakan : berenang aktif, periode bergerak lebih lama dibandingkan dari periode diam;
  • Kesehatan dan kondisi tubuh : sehat terlihat bersih, tidak berlumut, organ tubuh normal;
  • Keseragaman : secara visual ukuran nauplii seragam;
  • Respon  terhadap  rangsangan  :  bersifat  fototaksis  positif  atau  respon  terhadap cahaya
  • Daya tahan tubuh : dengan mematikan aerasi beberapa saat, nauplius yang sehat akan berenang ke permukaan air.
s


Tahapan Penetasan Telur

PEMELIHARAAN LARVA HINGGA MENJADI BENIH

Umumnya ada tiga tingkatan pemeliharaan benih, yaitu :

1)  Pemeliharaan larva, yaitu dari larva menjadi juvenil;

2)  Pentokolan 1, yaitu dari juvenil menjadi juwana; dan

3)  Pentokolan 2, yaitu dari juwana menjadi tokolan.


Pemeliharaan Larva.

Secara ringkas, pentahapan pemeliharaan larva meliputi :
  •    Penyiapan kolam, dan air media pemeliharaan,
  •    Penebaran nauplii,
  •    Pemberian/Pengelolaan pakan,
  •    pengelolaan kualitas air,
  •    Monitoring pertumbuhan,
  •    Monitoring kesehatan, dan
  •    Pemanenan.
Penyiapan Kolam dan Media Pemeliharaan

Tahapan:
  • Bak dicuci bersih;
  • Disuci-hamakan,   bisa   dengan   dijemur   dibawah   teri Matahari   atau   dengan desinfektan (misalnya kaporit 50-100 mg/liter air (50-100 ppm);
  • Dibilas dengan air sabun kemudian dicuci bersih;
  • Air bersih dari tandon dimasukkan ke dalam bak dengan disaring menggunakafilterbag , hingga tinggi air 70-80 cm;
  • Diaerasi.


Pengisian air bak pemeliharaan larva, disaring dengan filterbag


Penebaran Larva

Setelah  satu  hingga  dua  hari  di  bak  penetasan,  larva  dipindahkan  ke  dalam  bak pemeliharaan larva. Padat penebaran larva antara 100–150 ekor/liter.


Pengelolaan pakan


Pakan alami


Pakan larva harus (a) berkualitas tinggi, (b) ukuran sesuai bukaan mulut larva dan (c) mudah tecerna.  Pakan alami yang terbaik untuk larva udang galah adalah naupliii Artemia salina; selain itu juga dapat digunakan Moina sp. atau dikenal sebagai kutu air. Contoh Artemia dan Kutu air disajikan pada Gambar 15.
Langkah awal adalah penentuan jumlah nauplii yang dibutuhkan; kebutuhan jumlah naupli dapat dihitung dengan rumus dari Mcvey, 1984, yaitu :

Artemia salina dan kutu air (Moina sp.). (a) Artemia dalam kaleng; (b) kista Artemia; (c) Artemia yang sudah menetas; (d) Moina sp

Penetasan artemia perlu dilakukan dengan cermat agar diperoleh tingkat penetasan yang tinggi. Teknik penetasan Artemia salina dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

  • Terlebih dahulu didekapsulasi;
  •  Langsung ditetaskan.




Dekapsulasi adalah proses menyiapkan Artemia salina agar melunakkan cangkang kista

Artemia. Manfaatnya adalah :
  • agar dapat diperoleh tingkat penetasan lebih tinggi; 
  • mengurangi resiko termakannya cangkang (dari nauplii Artemia teknik penetasan langsung); dan
  • bisa langsung diberikan untuk larva ikan yang sudah cukup ukuran bukaan mulutnya.




Teknik  penetasan  langsung  adalah  dengan  langsung  menetaskan kista  Artemia  dalam larutan garam yang diaerasi kuat.
Peralatan dan bahan yang dipergunakan untuk dekapsulasi dan penetasan adalah :


BAHAN (utk 100 g kista artemia) :

a.
Kapur (CaO)
25 g (2x12,5 g)
b.
Bleaching powder
55 g (2x27,5 g)
c.
Es batu
secukupnya
d.  Na-thiosulfat (Na2S2O3.5H2O)0,05 g  (minimal)

e.  Garam murni                                     secukupnya

f.   Air bersih                                           secukupnya

ALAT :

a.
Wadah kapasitas 1 ltr

2 unit
b.
Perangkat aerasi

2 bh
c.
Filter bag (dg plankton net) mesh 250 um.

  1 bh
d.
Thermometer
  
  1 bh
e.
Pengaduk

1 bh


f.
Timbangan ketelitian 0,01 g, kap 500 g
1 bh
g.
Wadah utk menimbang bahan
4 bh
h.
Centong
2 bh
i.
Slang sipon
1 bh
j.
Mikroskop
1 bh



PROSEDUR :

Prosedur  penetasan  Artemia  yang  diawali  dengan  dekapsulasi  disajikan  dalam gambar, dibawah ini.







Pemberian pakan dimulai pada hari ke tiga setelah menetas, dilakukan setiap hari setelah penggantian air atau siphon pada sore hari. Naupli Artemia salina diberikan kepada larva setelah penggantian air (air tersisa 2/5 bagian, dibiarkan selama ± ½ jam, untuk memberi kesempatan kepada  larva  untuk  menangkap  nauplii  Artemia  salina).  Aerasi  dihidupkan kembali setelah selesai memberikan pakan. Pada hari-hari ke 4-5, Artemia salina sebaiknya diberikan  pada  malam  hari.  Jumlah  nauplii  disesuaikan  dengan  umur  larva  udang,
sebagaimana disajikan pada Tabel 3.


Tabel 4. Variasi jumlah makanan larva/hari selama pemeliharaan

Hari ke-
Naupli Artemia salina (ekor)
Pakan Buatan, Berat Kering (mg)
3
5
0
4
10
0
5-6
15
0
7
20
0
8
25
0
9
30
0
10-11
35
0
12
40
0
Hari ke-
Naupli Artemia salina (ekor)
Pakan Buatan, Berat Kering (mg)
13-14
45
70
15-24
50
80-90
25-30
45
100-180
30-++
40
200
Sumber : AQUACOP, 1983 dalam Hadie dan Hadie, 1993


Perlu diperhatikan bahwa kepadatan nauplii Artemia menjadi patokan dalam pemberian pakan, karena larva tidak mengejar-ngejar nauplii.  Bila kebutuhan 5 ekor, maka pada saat mau pemberian berikut masih harus ada 1 ekor naupli; bila tidak ada berarti kurang, bila lebih perlu diidentifikasi masalahya.   Cara praktis menentukan jumlah adalah untuk bak volume air 10 ton, dibutuhkan 50-250 g kista Artemia untuk dapat dihasilkan 10-50 juta nauplii. 

Sumber : Pusluh KP-2011