Kamis, 15 Maret 2018

TEKNIK BUDIDAYA : PEMBENIHAN RAJUNGAN (PORTUNUS PELAGICUS)



Dalam pembenihan rajungan, diperlukan beberapa ketentuan antara lain penyediaan induk rajungan yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas serta kondisi lingkungan yang sangat menentukan terhadap keberhasilan dari perbenihan rajungan di mana suhu, salinitas, makanan, dan sistem pemeliharaan yang berbeda akan mengakibatkan proses intermoult (lama antar pergantian kulit) dan waktu untuk metamorfosis 1 akan berbeda juga. Berikut beberapa keterangan tentang teknik pembenihan rajungan.

Gambar. Rajungan (Portunus pelagicus)


MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI RAJUNGAN
Rajungan (Portunus pelagicus) memiliki bentuk tubuh yang lebih ramping dengan capit yang lebih panjang dan memiliki berbagai warna yang menarik pada karapasnya. Duri akhir pada kedua sisi karapas relatif lebih panjang dan lebih runcing. Rajungan hanya hidup pada lingkungan air laut dan tidak dapat hidup pada kondisi tanpa air. Dilihat dari sistematikanya, rajungan termasuk ke dalam :
Phylum                 : Arthropoda 
Class                     : Crustacea
Ordo                     : Decapoda
Sub ordo               : Branchyura
Famili                   : Portunidae
Genus                   : Portunus 
Species                 : Portunus pelagicus 

HABITAT RAJUNGAN
Induk rajungan yang akan dipijahkan berasal dari alam yaitu di pantai bersubstrat pasir, pasir berlumpur, dan di pulau berkarang. Induk rajungan yang mengandung telur banyak terdapat pada bulan Maret sampai Mei dan pada bulan Juni sampai Agustus.

PERSIAPAN PEMBENIHAN
Induk rajungan yang ditangkap dari alam kemudian ditempatkan pada bak beton tertutup dengan kedalaman 50 cm, dan dilakukan pergantian air atau air mengalir. Pada bak induk harus dihindari adanya alga karena akan mengganggu perkembangan telur. Pengamatan akan  perkembangan telur selalu dipantau setiap hari dan akan terlihat perubahan warna telur dari orange ke coklat dan kemudian berwarna hitam.

PENETASAN TELUR
Penetasan telur biasanya akan terjadi pada waktu malam hari pukul 20.00 - 24.00, kemudian induk diambil, dilanjutkan dengan menghitung larva, larva dipindahkan ke bak pemeliharaan. Larva yang menetas diseleksi,  larva yang kurang baik dengan tanda-tanda kurang tertarik pada cahaya dan ukuran larva kecil < 0,65 mm dibuang.

PEMELIHARAAN LARVA
Pemeliharaan larva rajungan mempunyai masa stadia zoea yang lebih singkat yaitu hanya mengalami 4 masa stadia zoea (Z1-Z4). lama perkembangan masa stadia zoea sekitar 3-4 hari dalam kondisi suhu media air 20°C-25°C, stadia megalopa dan crablet selama 5-7 hari.
Larva dipelihara pada bak bulat yang ditempatkan di luar ruangan atau ruang kaca. Sumber air yang baik digunakan dalam pemeliharaan larva rajungan berupa air laut yang disaring dengan filter pasir yang kemudian disterilkan dengan sodium hipoklorit dan dinetralkan dengan sodium tiosulfat.
Langkah yang dilakukan dalam pemeliharaan larva rajungan yaitu menyiapkan bak dengan bak, dengan memper tahankan suhu air yang konstan; salinitas air 30-33 ppt; pH air sekitar 8-8,5; dan oksigen 15--20 L/ton/menit. Penebaran larva rajungan dapat dilakukan dengan kepadatan 100 ind./L. Kepadatan optimal untuk produksi massal Portunus pelagicus yang dipelihara dalam bak volume 400 liter adalah berturut-turut untuk Zoea 1, 2, 3, dan 4 sebanyak 312.000, 294.000, 200.000, dan 104.000 ekor, begitu juga pola pemberian pakan untuk bak tersebut adalah 2 x 1 juta artemia ditambah 2 x 10 g pakan tambahan. jenis makanan yang diberikan dan caranya selama pemeliharaan larva sampai crablet rajungan berurutan berupa rotifera, pakan tambahan, naupli artemia, dan ikan rucah yang diblender, Juwana (2002) memberikan pola makan pada P. pelagicus berurutan berupa naupli artemia, formulasi diet, dried mysid, dan kerang hijau cincang.

PENEBARAN BENIH
Kepadatan optimal untuk produksi massal Portunus pelagicus yang dipelihara dalam bak volume 400 liter adalah berturut-turut untuk Zoea 1, 2, 3, dan 4 sebanyak 312.000, 294.000, 200.000, dan 104.000 ekor.
Suhu optimal untuk pemeliharaan zoea sekitar 30°C atau berkisar 27°C-32°C, sementara untuk stadia megalopa sekitar 34°C, salinitas optimum untuk zoea sekitar 27-30 ppt. Untuk stadia crablet membutuhkan air bersalinitas 28-32 ppt; dan suhu 28°C-30,5°C.

PEMANENAN BENIH RAJUNGAN
Setelah benih mencapai stadia crablet maka rajungan dapat segera diangkut menuju tempat pembesaran di tambak dengan kepadatan 150 ekor/liter dengan suhu air 15°C-19°C.




Firman Pra Setia Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Pertama
Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Banyuwangi