Sejak awal kedatangan ikan Nila (Oreochromis niloticus) ke Indonesia pada tahun
1990, ikan nila terus berkembang dan semakin populer. Kepopulerannya pun dapat
mengalahkan jenis ikan lainnya yang sudah lama lahir di Indonesia. Hal ini
sangat wajar karena selain harganya yang ekonomis, ikan nila juga memiliki rasa
daging yang cukup enak sehingga banyak digemari oleh konsumen.
Sebagai salah satu komunitas
budidaya, ikan nila menjadi salah satu komoditas perikanan yang bernilai
ekonomis tinggi. Selain itu, ikan nila juga dapat di ekspor ke berbagai negara.
Ikan nila juga dapat berperan dalam menunjang Usaha Peningkatan Gizi Keluarga.
Keberhasilan suatu usaha
pembenihan ikan nila dipengaruhi oleh kualitas induk-induk yang kualitas
genetisnya kurang baik. Maka, benih yang dihasilkan kualitasnya kurang baik
pula. Oleh karena itu, sebaiknya induk yang digunakan harus mempunyai kualitas
yang baik.
Tanda-tanda induk yang berkualitas
baik adalah kondisi sehat, berbadan normal, sisik besar dan tersusun rapih,
kepala relatif kecil dibandingkan dengan badanya, badan tebal dan berwarna
mengkilap, gerakan lincah serta memiliki respon yang baik terhadap pakan
tambahan.
Jenis kelamin pada ikan nila dapat
dibedakan dari tanda pada tubuh bagian luar, yaitu bentuk, warna, dan alat
kelamin. Induk jantan memiliki tubuh yang lebih tinggi dan membulat, warna lebih
cerah dan memiliki satu lubang kelamin yaitu digunakan sebagai tempat
pengeluaran sperma dan air seni. Sementara yang betina bertubuh lebih rendah
atau lebih memanjang, warna lebih gelap serta berlubang kelamin dua, yaitu satu
untuk mengeluarkan telur dan yang lainnya untuk mengeluarkan air seni.
PERSIAPAN KOLAM
Persiapan kolam pemijahan dimulai
dari pengeringan kolam, dilakukan selama 2 – 3 hari. Pengeringan kolam
berlangsung sampai dengan permukaan dasar kolam yang pecah-pecah dengan
pengeringan tidak sampai lima hari karena mengakibatkan rusaknya pematang akibat
kebocoran, kemudian perbaikan pematang dan perbaikan kamalir kolam.
Pengolahan dasar tanah dicangkul
dan dibalik sedalam 30 cm hingga bahan organik yang berlebihan dari dasar kolam
sebagai akibat dari pemberian pakan yang berlebihan akan terbuang. Setelah
pengolahan dan pengeringan kolam selanjutnya dilakukan pemupukan. Pupuk yang
digunakan yaitu pupuk kandang 250 – 1000 gr/m2, Urea 15 gr/m2 dan SP – 36 10
gr/m2. Setelah selesai, kolam diairi setinggi 40 – 60cm.
PEMELIHARAAN INDUK
Pemeliharaan induk dilakukan
secara terpisah antara induk jantan dan betina. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan telur yang banyak dan berkualitas, serta bertujuan agar tidak
terjadi pemijahan secara liar (mijah maling) dan proses pematangan gonad dapat
berlangsung sempurna. Keuntungan lain dari pemisahan induk jantan dan betina
ialah memudahkan seleksi induk dan bisa dengan mudah membedakan induk yang
sudah dipijahkan.
Untuk mendukung kondisi induk,
diusahakan kondisi lingkungan tempat pemeliharaan induk dalam keadaan baik. Di
samping itu, pemberian pakan tambahan harus mencukupi agar perkembangan gonad
optimal. Karena itu, air kolam pemeliharaan induk harus mengalir dan makanan
tambahan yang diberikan harus mencukupi yakni 3 - 3,5% dari bobot tubuh total
induk yang dipelihara dengan kandungan protein 3%. Induk yang dipijahkan,
diseleksi dengan berat 200 - 300 gram untuk induk betina dan 300 - 400 gram
untuk induk jantan.
PEMIJAHAN
Ikan nila gift termasuk ikan yang
sangat mudah untuk memijah. Dalam proses pemijahannya tidak diperlukan
manipulasi lingkungan secara khusus. Induk jantan dan betina yang akan
dipijahkan ditebarkan secara bersamaan. Padat tebar induk untuk pemijahan ialah
1 ekor/m2 dengan perbandingan induk jantan 1:3 sampai 1:5. Artinya, untuk luas
kolam 400 - 600 m2 bisa ditebar induk sebanyak 400 - 600 ekor (100 ekor jantan
dan 300 - 500 ekor betina). Ikan nila akan memijah setelah umur 5 - 6 bulan.
Saat itu biasanyaberat induk betina dapat mencapai 200 - 500 gram dan induk
jantan 250 - 300 gram. Kandungan telur dari setiap induk betina berbeda,
tergantung umur dan beratnya. Induk betina yang beratnya 200 - 250 gram
mengandung telur 500-1000 butir dan dapat menghasilkan larva 200 - 400 ekor.
Pemijahan akan terjadi setelah
hari ketujuh sejak penebaran induk. Pemijahan terjadi dilubang-lubang (lekukan
berbentuk bulat) berdiameter 30 - 50 cm di dasar kolam yang merupakan sarang
pemijahan. Ketika pemijahan berlangsung, telur yang dikeluarkan induk betina
dibuahi sperma jantan. Selanjutnya, telur yang sudah dibuahi tersebut dierami
induk betina di dalam mulutnya. Induk betina yang sedang mengerami telurnya
biasanya tidak makan atau puasa. Oleh karena itu, seminggu setelah induk
ditebar, jumlah pakan tambahan yang diberikan dikurangi sekitar 25% dari jumlah
semula.
PERAWATAN LARVA
Larva yang sudah dikeluarkan
induk belum bisa dipelihara di kolam pendederan, tetapi harus dipelihara di
kolam pemeliharaan benih hingga mencapai 3 - 5 cm. Agar dapat tumbuh cepat,
setiap hari benih diberi pakan tambahan berupa pellet yang dihaluskan atau
dedak halus dengan dosis berbeda setiap minggunya. Untuk setiap 100.000 ekor
larva dosis pada minggu ke-1 sebanyak 1 kg, minggu ke-2 sebanyak 1,2 - 2,5 kg,
minggu ke-3 sebanyak 3 - 4 kg dan minggu ke-4 sebanyak 4,5 - 5,5 kg. Selain itu
kolam perlu dipupuk apabila kesuburan kolam sudah menurun. Pupuk yang digunakan
berupa pupuk kandang dengan dosis 200 - 300 gram/m2. Selama masa pemeliharaan,
kondisi kolam harus tetap baik sehingga pengontrolannya harus tetap dilakukan
setiap harinya.
PEMANENAN
Benih bisa segera dipanen setelah induk melepaskan benih dari dalam induknya. Pemanenan ini harus dilakukan pada saat yang tepat (paling lambat 2 hari setelah dikeluarkan dari mulut induk). Waktu panen yang ideal dilakukan pada pagi hari ketika kondisi oksigen dalam air masih rendah. Hal ini ditandai dengan banyaknya larva yang muncul kepermukaan air kolam, terutama dibagian pinggir kolam. Jika pemenenan terlambat dilakukan, larva sudah berpindah ke arah tengah kolam sehingga sulit untuk ditangkap. Pemanenan dilakukan dengan cara ditangkap dengan scoopnet atau waring. Setelah ditangkap, larva dimasukan ke dalam ember dan ditampung dalam hapa kemudian dipindahkan ke dalam kolam pendederan. Biasanya larva yang dipanen berukuran panjang 10 - 12 mm dengan berat antara 0,05 - 0,010 gram. Satu induk betina yang beratnya 500 gram dapat menghasilkan larva sebanyak larva sebanyak 500 - 700 ekor.
Firman Pra Setia Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Pertama
Dinas Perikanan dan Pangan
Kabupaten Banyuwangi