Selasa, 16 April 2019

Budidaya Pakan Alami (Daphnia sp)



Spesies-spesies dari genus Daphnia ditemukan mulai dari daerah tropis hingga arktik dengan berbagai ukuran habitat mulai dari kolam kecil hingga danau luas. Dari lima puluh spesies  genus ini di seluruh dunia, hanya enam spesies yang secara normal dapat ditemukan di daerah tropika. Salah satunya adalah spesies Daphnia magna (Delbaere & Dhert, 1996).

Gambar 1. Daphnia sp


Menurut Pennak (1989) dalam Flickr. com , klasifikasi Daphnia sp  adalah sebagai berikut :
Filum               : Arthropoda
Subfilum          : Crustacea
Kelas               : Branchiopoda
Subkelas         : Diplostraca
Ordo                : Cladocera
Subordo          : Eucladocera
Famili              : Daphnidae
Subfamili         : Daphnoidea
Genus             : Daphnia
Spesies           : Daphnia sp


Pembagian segmen tubuh Daphnia hampir tidak terlihat. Kepala menyatu, dengan bentuk membungkuk ke arah tubuh bagian bawah terlihat dengan jelas melalui lekukan yang jelas. Pada beberapa spesies sebagian besar anggota tubuh tertutup oleh carapace, dengan enam pasang kaki semu yang berada pada rongga perut. Bagian tubuh yang paling terlihat adalah mata, antenna dan sepasang seta. Pada beberapa jenis Daphnia, bagian carapace nya tembus cahaya dan tampak dengan jelas melalui mikroskop bagian dalam tubuhnya (Gambar 4).
Beberapa Daphnia memakan crustacean dan rotifer kecil, tapi sebagian besar adalah filter feeder, memakan algae uniselular dan berbagai macam detritus organik termasuk protista dan bakteri. Daphnia juga memakan beberapa jenis ragi, tetapi hanya di lingkungan terkontrol seperti laboratorium. Pertumbuhannya dapat dikontrol dengan mudah dengan pemberian ragi. Partikel makanan yang tersaring kemudian dibentuk menjadi bolus yang akan turun melalui rongga pencernaan sampai penuh dan melalui anus ditempatkan di bagian ujung rongga pencernaan. Sepasang kaki pertama dan kedua digunakan untuk membentuk arus kecil saat mengeluarkan partikel makanan yang tidak mampu terserap. Organ Daphnia untuk berenang didukung oleh antenna kedua yang ukurannya lebih besar. Gerakan antenna ini sangat berpengaruh untuk gerakan melawan arus (Waterman, 1960) dalam O-fish.com.

A.  Reproduksi
Mekanisme reproduksi Daphnia adalah dengan cara parthenogenesis. Satu atau lebih individu muda dirawat dengan menempel pada tubuh induk. Daphnia yang baru menetas harus melakukan pergantian kulit (molting) beberapa kali sebelum tumbuh jadi dewasa sekitar satu pekan setelah menetas. Siklus hidup Daphnia sp. yaitu telur, anak, remaja dan dewasa. Pertambahan ukuran terjadi sesaat setelah telur menetas di dalam ruang pengeraman. Daphnia sp. dewasa berukuran 2,5 mm, anak pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan secara parthenogenesis. Daphnia sp. mulai menghasilkan anak pertama kali pada umur 4-6 hari. Adapun umur yang dapat dicapainya 12 hari. Setiap satu atau dua hari sekali, Daphnia sp. akan beranak 29 ekor, individu yang baru menetas sudah sama secara anatomi dengan individu dewasa (Gambar 5). Proses reproduksi ini akan berlanjut jika kondisi lingkungannya mendukung pertumbuhan. Jika kondisi tidak ideal baru akan dihasilkan individu jantan agar terjadi reproduksi seksual (Waterman, 1960 dalam www.O-fish.com).
Daphnia jantan lebih kecil ukurannya dibandingkan yang betina. Pada individu jantan terdapat organ tambahan pada bagian abdominal untuk memeluk betina dari belakang dan membuka carapacae betina, kemudian spermateka masuk dan membuahi sel telur. Telur yang telah dibuahi kemudian akan dilindungi lapisan yang bernama ephipium untuk mencegah dari ancaman lingkungan sampai kondisi ideal untuk menetas (Mokoginta, 2003).
Daphnia seringkali dikenal sebagai kutu air karena kemiripan bentuk dan cara bergeraknya yang menyerupai seekor kutu. Pada kenyataannya Daphnia termasuk dalam golongan udang-udangan. Daphnia merupakan udang-udangan renik air tawar dari golongan Brachiopoda. Meskipun gerakannya tampak "meloncat" seperti seekor kutu sebenarnya binatang ini berenang dengan menggunakan "kakinya" (sering disebut sebagai antena), bahkan dengan berbagai gaya yang berbeda. 
Daphnia merupakan sumber pakan bagi ikan kecil, burayak dan juga hewan  kecil lainnya. Kandungan proteinnya bisa mencapai lebih dari 70% kadar bahan kering. Secara umum, dapat dikatakan terdiri dari 95% air, 4% protein, 0.54 % lemak, 0.67 % karbohidrat dan 0.15 % abu. Kepopulerannya sebagai pakan ikan selain karena kandungan gizinya serta ukurannya, adalah juga karena kemudahannya dibudidayakan sehingga dapat tersedia dalam jumlah  mencukupi,  hampir setiap saat. 
Pemberian tanda kutip pada kata "kemudahan" sengaja dilakukan karena tidak jarang orang yang sudah mencoba membudidayakan Daphnia sesuai dengan berbagai anjuran, tetapi ternyata sering tidak berhasil, dan tampak seolah-olah pekerjaan ini tidak semudah yang dikatakan. Tetapi dilain pihak banyak juga yang dengan sukses membudiyakannya tanpa sedikitpun mengalami kesulitan. Berikut adalah beberapa hal yang sebaiknya dipahami sebelum anda memulai menyiapkan tempat untuk membudiyakan Daphnia. Dengan mengetahui sedikit riwayat hidupnya, setidaknya akan memudahkan untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin kurang tepat apabila ditemui hambatan dalam pembudidayaannya.

B. Siklus Hidup
Daphnia merupakan udang-udangan yang telah beradaptasi pada kehidupan badan perairan yang secara periodik mengalami kekeringan. Oleh karena itu, dalam perkembangbiakannya (seperti halnya Artemia) dapat dihasilkan telur berupa kista maupun anak yang "dilahirkan". Telur berupa kista ini dapat bertahan sedemikian rupa terhadap kekeringan dan dapat tertiup angin kemana-mana, sehingga tidak mengherankan kalau tiba-tiba dalam genangan air disekitar rumah kita ditemukan Daphnia.
Perkembangbiakan Daphnia yaitu secara asexual atau parthenogenesis dan secara sexual atau kawin. Perkembangbiakan secara parthenogenesis sering terjadi, dengan menghasilkan individu muda betina. Telur dierami di dalam kantong pengeraman hingga menetas. Anak Daphnia dikeluarkan pada saat pergantian kulit. Pada kondisi perairan yang baik, disamping individu betina dihasilkan pula individu jantan. Pada saat kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan 1 -2 telur istirahat atau (Djarijah, 1996)
epiphium yang akan menetas saat kondisi perairan baik kembali.Seekor Daphnia betina bisa menghasilkan larva setiap 2 atau 3 hari sekali. Dalam waktu 60 hari seekor betina bisa menghasilkan 13 milyar keturunan, yang semuanya betina. Tentu saja tidak semua jumlah ini bisa sukses hidup hingga dewasa, keseimbangan alam telah mengaturnya sedemikian rupa dengan diciptakannya berbagai musuh alami Daphnia untuk mengendalikan populasi mereka. Daphnia muda mempunyai bentuk mirip dengan bentuk dewasanya tetapi belum dilengkapi dengan "antena" yang panjang.
Apabila kondisi lingkungan hidup tidak memungkinkan dan cadangan pakan menjadi sangat berkurang, beberapa Daphnia akan memproduksi telur berjenis kelamin jantan. Kehadiran jantan ini diperlukan untuk membuahi telur, yang selanjutnya akan berubah menjadi telur tidur (kista/aphippa). Seekor jantan bisa membuahi ratusan betina dalam suatu periode. Telur hasil pembuahan ini mempunyai cangkang tebal dan dilindungi dengan mekanisme pertahanan terhadap kondisi buruk sedemikian rupa. Telur tersebut dapat bertahan dalam lumpur, dalam es, atau bahkan kekeringan. Telur ini bisa bertahan selama lebih dari 20 tahun dan menetas setelah menemukan kondisi yang sesuai. Selanjutnya mereka hidup dan berkembang biak secara aseksual dan begitu seterusnya. Gambar 6 menunjukkan ilustrasi siklus hidup Daphnia seperti diuraikan diatas.

Gambar 2. Siklus Hidup Daphnia sp


C. Pemupukan
Dalam proses budidaya daphnia dilakukan pemupukan didalam wadah budidaya yang bertujuan untuk menumbuhkan phytoplankton. Kepadatan phytoplankton yang dibutuhkan budidaya daphnia adalah 105-106 sel/ml media budidaya. Pemupukan wadah budidaya dengan dosis 2,4 gram/liter. Daphnia memakan berbagai macam bakteri, ragi, alga bersel tunggal, dan detritus. Tetapi dalam kegiatan makanan utamanya yaitu memakan Phytoplankton sebagai makanan utama. Daphnia mengambil makanannya dengan cara menyaring makanan atau “filter feeding.”. Dalam memelihara Daphnia agar tumbuh dan berkembang dilakukan pemupukan susulan yang bertujuan untuk menumbuhkan phytoplankton, baktekri dan organisme yang lainya. Pupuk susulan di lakukan 2 minggu sekali dengan dosis 30 % dari pemupukan pertama. Tetapi harus juga diingat dalam pemupukan susulan jumlah pupuk yang di berikan jangan berlebihan karena hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya blooming phytoplankton. Hal tersebut akan menaikan kadar amoniak tinggi dan perebutan oksigen.

D. Pemanenan
Pemanenan di lakukan pada saat sinar matahari masuk pada perairan bak, karna pada waktu matahari masuk ke perairan maka Daphnia akan muncul sehingga dapat mempermudah dalam pemanenan Sebelum melakukan pemanenan, terlebih dahulu kita mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Alat yang di gunakan yaitu Planktonet dengan lubang jaring kurang dari 500 mikron (Bachtiar, 2003)
Langkah pertama dalam melakukan pemanenan menggunakan planktonet dengan cara mengaduk-aduk dalam wadah budidaya, agar daphnia mengumpul sehingga mudah untuk mengambilnya. Lalu daphnia di tangkap, Setelah daphnia di tangkap oleh seser maka Daphnia tersebut di ambil dengan menggunakan sendok lalu di paking denganmasukan ke dalam plastik yang sudah berisi air.

E. Parameter Kualitas Air
1. Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan yang penting bagi semua organisme akuatik. atas toleransi setiap organisme terhadap suhu berbeda-beda, tergantung dari fisiologi organisme tersebut. Di perairan suhu berpengaruh terhadap kelarutan oksigen, yang penting bagi keberlangsungan hidup mayoritas organisme akuatik. Pada percobaan kali ini suhu dipertahankan pada suhu optimal pertumbuhan Daphnia sp. yaitu 250C . Suhu optimal yang stabil akan menjaga pH dan DO dapat tetap stabil  (Mokoginta, 2003).

2. pH
Nilai pH atau potential hydrogen merupakan indikator konsentrasi ion hidrogen yang menggambarkan konsentrasi asam. Nilai ini berbanding terbalik dengan suhu, semakin tinggi suhu menyebabkan pH semakin rendah.
Menurut ( Mujiman, 2004) pH yang baik untuk pertumbuhan Daphnia sp. Berkisar antara 6,5 sampai 8,5. Pada umumnya, lingkungan perairan yang netral dan relatif basa pada kisaran pH 7,1-8,0 lebih baik untuk pertumbuhan Daphnia sp. (Mokoginta, 2003)

3. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen atau DO)
Menurut Cole (1994) dalam O-fish.com, kelarutan suatu gas (termasuk oksigen) pada medium cair merupakan karakteristik dari gas tersebut sendiri, dan dipengaruhi oleh tekanan, ketinggian suatu tempat, suhu dan salinitas. Kelarutan gas di medium cair menurun seiring dengan naiknya suhu dan banyaknya mineral yang terlarut dalam medium tersebut.( Salmin, 2005) dalam O- fish.com
Oksigen terlarut mempunyai peranan penting dalam kehidupan Daphnia sp. Pada umumnya, Daphnia sp. dapat hidup pada konsentrasi oksigen terlarut yang cukup tinggi yaitu sekitar 4,2 – 5,1 ppm dan tidak dapat hidup pada konsentrasi oksigen terlarut kurang dari 1 ppm (Mokoginta, 2003), sedangkan menurut Delbaere & Dhert (1996), kadar oksigen terlarut minimum yang  dibutuhkan kultur Daphnia sp. adalah sekitar 3,5 ppm.


DAFTAR PUSTAKA


Bachtiar Y., 2003.  Menghasilkan Pakan Alami Untuk Ikan Hias. Agromedia Pustaka.  Tangeran

Brinkhurst, R.O. dan Cook, A.G., 1974. Aquatic Earthworm (Anelida = Oligochaeta)

Delbare, D. and Dhert, P., 1996. Cladoecerans, Nematodes and Trocophara Larvae, p. 283 – 295. In Manual on The Production and Use of Live Food (P. Lavens and P. Sorgelos, eds). FAO

Djarijah A.S., 1996. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta

Mokoginta. 2003. Modul Budidaya Pakan Alami Air Tawar Daphnia sp. Departemen Pendidikan Nasional

Mudjiman A., 2004. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta


Daelami dan Lesmana, S, D. 2009. Panduan Lengkap Ikan Hias Air Tawar Populer. PT Penebar Swadaya. Jakarta. 267 Hal

Departemen Pertanian. 1992. Pedoman Teknis Budidaya. Jakarta. 87 Hal

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2. Direktorat Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional.

Hanafiah, K, A. 2005. Rancangan Percobaan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 259 Hal

www.maswira.blogspod.com

www. O-Fish.com


Firman Pra Setia Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Kabupaten Banyuwangi