Air sebagai
sumberdaya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh
semua makhluk hidup. Sumberdaya air harus dilindungi agar tetap dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain.
Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana,
dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.
Aspek penghematan dan pelestarian sumberdaya air harus ditanamkan pada segenap
penggunaan air.
Kolam merupakan
salah satu perairan tawar yang bersifat menggenang atau lentic water yang
sengaja diciptakan dan dirancang sedemikian rupa untuk kegiatan budidaya
perairan. Jenis biota yang dibudidayakan di dalam kolam dapat berupa ikan
maupun udang. Kegiatan budidaya yang biasa dilakukan dapat berupa pembenihan
maupun pembesaran.
Pengelolaan
kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas yang
diinginkan sesuai fungsi peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap
dalam kondisis alamiahnya. Adapun yang dapat dilakukan dalam mengelola kualitas
ais suatu perairan pengelolaan tanah dasar, pengapuran, dan pemupukan. Banyak
hal yang dapat dilakukan namun ketiga inilah hal mendasar yang wajib dilakukan.
Pemberian kapur selain dapat membunuh hama dan parasit ikan juga dapat menaikan pH dasar kolam. Sedangkan pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan fitoplankton sebagai makanan zooplankton maupun ikan.
Pemberian kapur selain dapat membunuh hama dan parasit ikan juga dapat menaikan pH dasar kolam. Sedangkan pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan fitoplankton sebagai makanan zooplankton maupun ikan.
Gambar 1. Kapur Pertanian/Perikanan (Dolomit) |
Tujuan penggunaan kapur adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian CaCO3 dalam suatu sampel untuk meningkatkan pH sehingga mendekati pH normal.
Pengapuran
merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kestabilan keasaman (pH) tanah
dan air, sekaligus memberantas hama penyakit. Jenis kapur yang digunakan untuk
pengapuran kolam ada beberapa macam diantaranya adalah kapur pertanian, yaitu
kapur carbonat : CaCO3 atau [CaMg(CO3)]2 dan kapur tohor/kapur aktif
(CaO). Kapur pertanian yang biasa digunakan adalah kapur karbonat yaitu kapur
yang bahannya dari batuan kapur tanpa lewat proses pembakaran tapi langsung
digiling. Kapur pertanian ada dua yaitu kalsit dan Dolomit. Kalsit bahan
bakunya lebih banyak mengandung karbonat, magnesiumnya sedikit (CaCO3),
sedangkan dolomit bahan bakunya banyak mengandung kalsium karbonat dan
magnesium karbonat [CaMg(CO3)]2. Dolomit merupakan kapur karbonat yang
dimanfaatkan untuk mengapuri lahan bertanah masam. Kapur tohor adalah kapur
yang pembuatannya lewat proses pembakaran. Kapur ini dikenal dengan nama kapur
sirih, bahannya adalah batuan tohor dari gunung dan kulit kerang.
Dosis kapur yang
akan ditebarkan harus tepat karena jika berlebihan kapur akan menyebabkan kolam
tidak subur, sedangkan bila kekurangan kapur dalam kolam akan menyebabkan tanah
dasar kolam menjadi asam. Peningkatan kandungan alkalinitas total pada kolam
pemeliharaan ikan dapat digunakan kapur pertanian. Kolam pemeliharaan ikan
sebelum digunakan dilakukan proses pengapuran dengan menggunakan beberapa jenis
batu kapur yang disesuaikan dengan kualitas tanah dasar kolam pemeliharaan.
pH merupakan
suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air. Besarannya
dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Sebagai contoh, kalau
ada pernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi H dalam air tersebut adalah
0.000001 bagian dari total larutan. Penulisan 0.000001 (bayangkan kalau pH 14)
terlalu panjang maka orang melogaritmakan angka tersebut sehingga menjadi -6.
Tanda “-“ (negatif) dibelakang angka tersebut yang dinilai kurang praktis, maka
mengalikannya lagi dengan tanda - (minus) sehingga diperoleh angka positif 6.
pH diartikan sebagai "-(minus) logaritma dari konsenstrasi ion H".
pH = - log (H+) Perlu
diperhatikan adalah bahwa selisih satu satuan angka pH itu artinya perbedaan
kosentrasinya adalah 10 kali lipat. Apabila selisih angkanya adalah 2 maka
perbedaan konsentrasinya adalah 10x10 = 100 kali lipat. Sebagai contoh pH 5
menunjukkan konsentrasi H sebanyak 0.00001 atau 1/100000 (seperseratus ribu)
sedangkan pH 6 = 0.000001 atau 1/1000000 (sepersejuta). Penurunan pH dari 6 ke
5 artinya kita meningkatkan kepekatan ion H+ sebanyak 10 kali lipat. Kalau kita
misalkan pH itu gula, maka dengan menurunkan pH dari 6 ke 5, sama artinya bahwa
larutan tersebut sekarang 10 kali lebih manis dari pada sebelumnya.
Semua mahluk
tidak dapat bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah
menyediakan mekanisma yang unik agar perubahan tidak tidak terjadi atau terjadi
tetapi dengan cara perlahan. Sistem pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas
pem-buffer-an.
pH sangat
penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju
kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air, selain itu ikan dan mahluk-mahluk
akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya
nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk
menunjang kehidupan mereka.
Besaran pH
berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH
kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang asam sedangkan nilai diatas 7
menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai
netral. Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut.
Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya
ke nilai semula, dari setiap gangguan terhadap pengubahan pH. Menaikkan pH
dapat dilakukan dengan memberikan aerasi yang intensif, melewatkan air melewati
pecahan koral, pecahan kulit kerang atau potongan batu kapur. Penambahan
dekorasi berbahan dasar kapur seperti tufa, atau pasir koral atau dengan
melakukan penggantian air.
Reaksi tanah
yang akan digunakan untuk media budidaya harus netral atau basa dan tidak
bereaksi asam. Tanah yang baik untuk dijadikan media budidaya harus mempunyai
pH kurang lebih 6,5-8,5. Potter (1977) menggolongkan tingkat keasaman tanah
menjadi 3 kelompok, yaitu :
- Tanah bersifat agak basa
- Tanah yang produktif untuk dijadikan media budidaya adalah yang mempunyai pH netral sampai basa. Tanah demikian kaya akan garam nutrien yang dapat merangsang pertumbuhan klekap menjadi cepat. Klekap dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mempunyai kisaran pH antara 6,6-7,5. karena pada kisaran pH demikian, unsur hara dan kandungan phospor mencapai tingkat yang terbaik untuk pertumbuhan klekap.
- Tanah asam juga dapat terbentuk sebagai hasil pengendapan senyawa-senyawa tertentu. Proses pembentukan tanahnya sering di ikuti dengan terakumulasinya pyrit (FeS2), yaitu senyawa yang dapat menyebabkan keasaman tanah. Tanah yang mempunyai pH rendah akan menghasilkan pH air yang rendah pula. terjadinya efek pencucian yang menyebabkan pH tanah menjadi asam. Akibat yang timbul bila tanah terlalu asam adalah :
- pH air menjadi rendah (berkisar 3-4)
- Terjadi efek pencucian besi (Fe) dan Aluminium (Al)
- Terjadi pengikatan unsur phospor (P) oleh besi dan aluminium sehingga pemupukan dengan phospor tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan kesuburan tanah.
Cara mengatasi tanah asam sulfat ialah dengan pemberian kapur. Fungsi
pengapuran tersebut adalah :
- Meningkatkan pH tanah dan air.
- Membakar jasad-jasad renik penyebab penyakit dan hewan liar.
- Mengikat dan mengendapkan butiran lumpur halus.
- Memperbaiki kualitas tanah
- Kapur yang berlebihan dapat mengikat phospat yang sanagt dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton.
Hubungan antara keasaman tanah dan tekstur tanah dengan jumlah kapur (CaO) yang dibutuhkan pada proses pengapuran :
Hasil pengapuran
akan lebih baik jika dikombinasikan dengan alumunium [Al2(SO2)3. H2O].
Pemberian pupuk dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak ada angin, agar
gumpalan-gumpalan yang telah terbentuk tidak lepas lagi. Pengapuran akan
menjadikan susunan tanah menjadi lebih baik sehingga proses pertukaran dan
peredaran udara di dalam tanah dapat berlangsung dengan baik. Pengapuran dapat
merangsang aktivitas organisme tanah sehingga akan meningkatkan fungsi bahan
organik dan nitrogen di dalam tanah. Jumlah kapur (CaO) yang ditaburkan pada
proses pengapuran tanah dasar tambak tergantung dari tingkat kemasaman tanah.
Firman Pra Setia Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Pertama
Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Banyuwangi