Selasa, 30 April 2019

PENERAPAN PROSEDUR DAN DAN IDENTIFIKASI RESIKO HIGIENE


A. MENERAPKAN PROSEDUR HIGIENE
Tujuan higiene  personil dalam pengolahan makanan adalah untuk memberikan pengertian dasar kepada para pengolah makanan mengapa kebersihan di dalam penanganan dan pengolahan makanan sangat penting. Tenaga kerja yang telah dilatih sanitasi dan higiene dapat meningkatkan konsumen karena konsumen merasa mendapat kenyamanan. Berbagai program dapat dilatihkan kepada tenaga kerja, yaitu menjaga dan merawat kebersihan diri sendiri yang meliputi kebersihan rambut, kuku, kulit, dan pakaian.
Selanjutnya, pengetahuan tentang bagaimana menangani makanan, teknik penyimpanan yang dapat menurunkan kerusakan makanan. Semua tenaga kerja harus ditanamkan tanggung jawab untuk menghindarkan tercemarnya makanan dengan cara menjaga kebersihan diri sendiri dari kebiasaan yang tidak baik, seperti memegang rambut dan hidung di tempat pengolahan, merokok di tempat pengolahan, bersin di tempat pengolahan, hendaklah mengenakan perhiasan seperlunya, mencuci tangan dengan sabun setiap akan memegang makanan.

Gambar 1. Higiene Perusahaan Perikanan (sumber : https://www.goodnewsfromindonesia.id)

Cara-cara menjaga kebersihan personal higiene
  • Mandi secara teratur. 
  • Menyikat gigi. 
  • Berpakaian bersih. 
  • Membiasakan membersihkan lubang hidung. 
  • Membuang kotoran pada tempatnya. 
  • Kulit harus dijaga kebersihannya. 
  • Tangan tidak boleh kotor
  • Jangan meludah sembarangan. 
  • Menyisir rambut.

Yang dilarang dan dianjurkan dalam menjaga kebersihan :
YANG DILARANG
YANG DIANJURKAN
·         Memegang rambut/bersisir
·         Merokok ditempat pengolahan
·         Mengukur suhu dengan tangan
·         Membiarkan peralatan kotor
·         Membalut luka dengan sembarangan
·         Mencicipi masakan dengan jari
·         Menggunakan banyak perhiasan
·         Membuang sampah sembarangan
·         Membiarkan makanan terbuka
·         Batuk tanpa menutup mulut
·         Kuku jari panjang
·         Menggunakan tutup kepala
·         Merokok diluar bangunan atau ruang khusus
·         Mengukur suhu dengan alat
·         Membersihkan peralatan
·         Membalut luka dengan benar
·         Mencicipi makanan dengansendok.
·         Menggunakan perhiasan se-adanya
·         Membuang sampah pada tempatnya
·         Menyimpan makanan dalam ruang tertutup
·         Batuk dengan menutup mulut
·         Kuku jari pendek

Berbagai sistem kebersihan dan sanitasi di tempat kerja harus ditegakkan dengan konsekwen. Di setiap tempat harus selalu diingatkan, baik dalam bentuk poster, kari-katur atau huruf-huruf menyolok akan pentingnya kebersihan dan sanitasi. Semua ini tidak akan ada gunanya bila karyawan tidak mengerti mengapa mereka harus menggunakan atau melakukan hal tersebut. Di antara hal-hal yang penting dalam hal ini antara lain adalah :

1. Kebersihan ruangan.
Karyawan harus menjaga agar lantai tetap bersih dan bila perlu desinfeksi, karena debu dan tanah adalah sumber penularan mikroba beserta sporanya. Dinding ruangan harus terbuat dari bahan yang bisa dilap atau dipel dengan desinfektan. Secara rutin harus dilakukan pembersihan ruangan secara menyeluruh.

2. Pakaian kerja.
Karyawan atau petugas sebaiknya menggunakan pakaian kerja yang bersih. Tidak ada gunanya memakai pakaian kerja yang kotor. Topi atau penutup kepala, masker, sarung tangan, baju luar dan sepatu merupakan pakaian kerja standar yang harus dipakai bila hendak masuk ruangan kerja dan dibuka bila meninggalkannya. Cara pemakaiannya harus pula tepat, misalnya topi menutup semua rambut, masker menutup hidung dan mulut, cara memakai sarung tangan dengan benar dan lain sebagainya. Penggunaan sarung tangan sama sekali tidak membebaskan karyawan dari keharusan mencuci tangan.

3. Kebersihan peralatan,
Semua karyawan diharapkan sama-sama menjaga kebersihan peralatan yang digunakannya. Biasakan menggunakan peralatan yang telah bersih dan jangan lupa untuk membersihkannya langsung apabila telah selesai digunakan atau jangan menumpuk-numpukkan peralatan yang kotor. Peralatan yang tidak cepat dibersihkan akan menjadi sumber bersarangnya kuman dan dapat menimbulkan penyakit.


B. MENGIDENTIFIKASI RESIKO HIGIENE

1. Keracunan makanan oleh bakteri 
Bakteri berkembang biak dengan membelah diri menjadi dua bagian atau disebut juga mitosis. Pada temperatur 30°C hingga 41°C jumlahnya akan bertambah dua kali lipat setiap 15 menit dan dalam 5 jam menjadi 1 juta. Bakteri akan berhenti berkembang biak pada temperatur diatas74°C dan di bawah 4°C. Pada temperatur dingin bakteri akan beristirahat.
Bakteri patogen berkembang biak pada suhu 37°C sama dengan suhu tubuh manusia. Bakteri ini dapat tertularkan melalui makanan yang tersentuh oleh tangan kotor, lap kotor dan berdebu, meja dan peralatan dapur yang kotor.  Bahan-bahan makanan seperti milk, butter, margarene, yoghurt, chesse  dapat disimpan pada temperatur 4°C. Untuk telur disimpan pada temperatur – 6°C hingga 7°C.  
Buah-buahan dan sayur-sayuran disimpan pada temperatur 10°C. Daging disimpan pada temperature 5°C hingga 8°C. Seafood dapat disimpan padatemperatur 2°C hingga 5°C. Untuk ”danger zone” (zona bahaya) 37°Chingga 69°C di mana bakteri bisa berkembang secara cepat dengan kelipatan dua.

2. Keracunan makanan biologis
Berbagai macam tanaman dan hewan mangandung toksin- toksin alami yang bisa menimbulkan keracunan jika dimakan di antaranya termasuk: 

a. Jamur
Tanaman jamur yang mengandung toksin dari tampak luarnya mirip sekali dengan jenis-jenis yang tidak mengandung toksin dan beracun, jika dimakan mentah ataupun dimasak. Maka penting sekali agar membeli jamur hanya dari sumber yang dapat diandalkan. 

b. Kentang hijau
Ini mengandung solanin yang bisa menimbulkan sakit atau kematian, jika dimakan dalam jumlah besar, kentang yang hijau senantiasa dibuang.

c. Hidangan hasil laut
Beberapa bahan makanan hasil laut mangandung racun atau logam-logam berat termasuk tiram, kerang, dan segolongan ikan. Oleh karena itu, penting sekali bahwa penyediaan bahan makanan hasil laut akan diperoleh dari sumber-sumber yang terpercaya.

3. Keracunan makanan kimiawi 
Makanan bisa tanpa sengaja tercemar oleh racun kimiawi di sepanjang jalur produksi. Bagaimana itu terjadi dan apa yang bisa dilakukan untuk pencegahannya, meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Sisa penyemprotan bahan kimia atau obat anti hama
Jadikan kebiasaan yang baik untuk mencuci semua sayuran dan buah- buahan sebelum dipakai. Pembasmi kuman terbuat dari bahan kimia, obat semprot serangga, bahan pembersih, racun tikus
Bahan-bahan kimia tersebut harus disimpan terpisah dari makanan, alat, dan perkakas dapur yang dipergunakan untuk membuat makanan. Dan harus merupakan bahan-bahan yang diperbolehkan untuk dipakai sekitar lingkungan makanan dan harusdipergunakan semata – mata sesuai spesifikasi pabriknya.

b. Tempat penyimpanan makanan
Keracunan seng bisa timbul apabila makanan yang berkadar asam dibiarkan terlalu lama di dalam kaleng berlapis seng. Selain itu, juga jangan menyimpan makanan di dalam tempat-tempat yang terbuat dari tembaga.

c. Bahan tambahan dalam makanan
Segolongan orang, terutama penderita asma sangat peka terhadap tambahan-tambahan yang dipakai dalam pengolahan dan/atau pembuatan makanan. Diantara tambahan itu yang memicu reaksi alergi terhadap MSG (monosodium glutamate),tartrazin (pewarna kuning untuk makanan), serta produk-produk belerang yang dipakai untuk memperlambat oksidasi, misalnya pemutih kentang atau sayuran dan juga yang dipakai dalam pengawetan buah-buahan yang dikeringkan.

d. Zat makanan
Semua organisme mikro membutuhkan zat makanan untuk bisa tahan hidup. Beberapa jenis makanan khususnya merupakan sumber baik dari zat makanannya. Undang – undang kesehatan mencantumkan makanan seperti itu pada daftar “ bahan makanan yang bisa membahayakan “ karena bakteri peracun makanan cepat tumbuh dan berkembang biak di dalamnya. Bahan makanan tersebut pada umumnya mengandung protein yang cukup tinggi, mengandung pati masak, lembap, dan rendah kadar asamnya.


4. Penyebab keracunan makanan 
  • Penyebab terjadinya keracunan makanan, antara lain:
  • unsur kimia di dalam bahan makanan,
  • toksin yang secara alamiyah terdapat dalam tanaman dan hewan, serta
  • bakteri.


5. Contoh makanan yang membahayakan :
  • Daging mentah.
  • Daging dimasak, ikan, dan unggas.
  • Daging olahan (misalnya: daging korned, pasta), kecuali bacon, salami, ikanasin, dan pastel daging jika masih segar, diolah dengan baik dan kemasannya masihutuh.
  • Daging kaleng (setelah dibuka).
  • Kerang-kerangan, terutama tiram.
  • Kuah untuk daging dan saus.
  • Susu dan produk susu.
  • Saus dan kue puding.
  • Krim dan produk krim (misalnya: makanan kecil yang berisi krim). 
  • Telur dan produk telur (misalnya: telur rebus dalam salad).
  • Saus salad (kadar asam rendah-misalnya mayonnaise).
  • Kentang dengan krim.
  • Nasi (dimasak atau setengah masak)
  • Buncis (dimasak atau setengah masak).
  • Bahan untuk pengisian dalam daging dan unggas. Bahan-bahan makanan tersebut harus senantiasa disimpan dalam lemari es dandikerjakan secepatnya dan secukupnya.


Firman Pra Setia Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Kabupaten Banyuwangi


Rabu, 24 April 2019

Teknologi Pembuatan Garam Dengan Geomembran


Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti Magnesium Chlorida, Magnesium Sulfat, Calsium Chlorida, dan lain-lain. Garam mempunyai sifat / karakteristik higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 8010C ( Burhanuddin, 2001).
Garam Natrium klorida untuk keperluan masak dan biasanya diperkaya dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) padatan Kristal berwarna putih, berasa asin, tidak higroskopis, bila mengandung MgCl2 menjadi berasa agak pahit dan higroskopis. Digunakan terutama sebagai bumbu penting untuk makanan, sebagai bumbu penting untuk makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH ( bahan untuk pembuatan keramik, kaca, dan pupuk ), sebagai zat pengawet ( Mulyono, 2009).


Gambar 1. Garam


A. Sumber Garam
a) Air laut, air danau asin
Yang bersumber air laut terdapat di Mexico, Brazilia, RRC, Australia dan Indonesia yang mencapai ± 40 %. Adapun yang bersumber dari danau asin terdapat di Yordania (Laut Mati), Amerika Serikat (Great Salt Lake) dan Australia yang mencapai produksi ± 20 % dari total produk dunia.

b) Deposit dalam tanah, tambang garam
Terdapat di Amerika Serikat, Belanda, RRC, Thailand, yang mencapai produksi ± 40 % total produk dunia.

c) Sumber air dalam tanah
Sangat kecil, karena sampai saat ini dinilai kurang ekonomis maka jarang (sama sekali tidak) dijadikan pilihan usaha. Di Indonesia terdapat sumber air garam di wilayah Purwodadi, Jawa Tengah (Burhanuddin, 2001).


B. Jenis dan kegunaan garam
a) Garam Industri
Garam dengan kadar NaCl yaitu 97 % dengan kandungan impurities (sulfat, magnesium dan kalsium serta kotoran lainnya) yang sangat kecil. kebutuhan garam industri antara lain untuk industri perminyakan, pembuatan soda dan chlor, penyamakan kulit dan pharmaceutical salt.

b) Garam Konsumsi
Garam dengan kadar NaCl, yaitu 97 % atas dasar bahan kering (dry basis), kandungan impuritis (sulfat, magnesium dan kalsium), yaitu 2%, dan kotoran lainnya (lumpur, pasir), yaitu 1% serta kadar air maksimal yaitu 7%. Kelompok kebutuhan garam konsumsi antara lain untuk konsumsi rumah tangga, industri makanan, industri minyak goreng, industri pengasinan dan pengawaten ikan (Burhanuddin, 2001).

c) Garam Pengawetan
Garam biasa ditambahkan pada proses pengolahan pangan tertentu. Penambahan garam tersebut bertujuan untuk mendapatkan kondisi tertentu yang memungkinkan enzim atau mikroorganisme yang tahan garam (halotoleran) bereaksi menghasilkan produk makanan dengan karakteristik tertentu.
Kadar garam yang tinggi menyebabkan mikroorganisme yang tidak tahan terhadap garam akan mati. Kondisi selektif ini memungkinkan mikroorganisme yang tahan garam dapat tumbuh. Pada kondisi tertentu penambahan garam berfungsi mengawetkan karena kadar garam yang tinggi menghasilkan tekanan osmotik yang tinggi dan aktivitas air rendah. Kondisi ekstrim ini menyebabkan kebanyakan mikroorganisme tidak dapat hidup. Pengolahan dengan garam biasanya merupakan kombinasi dengan pengolahan yang lain seperti fermentasi dan enzimatis. Contoh pengolahan pangan dengan garam adalah pengolahan acar (pickle), pembuatan kecap ikan, pembuatan daging kering, dan pembuatan keju ( Estiasih, 2009).

d) Garam Beriodium
Garam meja beriodium merupakan sumber iodium yang murah dan efisien. Selain itu iodium juga banyak didapatkan pada makanan laut. Iodium yang dibutuhkan orang dewasa sekitar 1-2 μg/kgBB/hari. Di Amerika Serikat, kebutuhan harian iodium untuk anak-anak adalah 40-120 μg, dewasa 150 μg, untuk wanita hamil 220 μg, dan wanita menyusui 270 μg. makanan yang banyak mengandung iodium adalah makanan yang berasal dari laut, sedangkan sayuran dan daging sedikit mengandung iodium.

Cara yang praktis untuk memenuhi kebutuhan iodium, terutama untuk mereka yang bertempat tinggal dipegunungan yang jauh dari laut, adalah dengan menambahkan iodida pada garam dapur, yang sehari-harinya digunakan di meja makan (Gunawan, 2007).


C. Faktor yang mempengaruhi produksi garam
a. Air Laut
Mutu air laut (terutama dari segi kadar garamnya (termasuk kontaminasi dengan air sungai), sangat mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk pemekatan (penguapan).

b. Keadaan Cuaca
Panjang kemarau berpengaruh langsung kepada “kesempatan” yang diberikan kepada kita untuk membuat garam dengan pertolongan sinar matahari.

c. Curah hujan
Curah hujan (intensitas) dan pola hujan distribusinya dalam setahun rata-rata merupakan indikator yang berkaitan erat dengan panjang kemarau yang kesemuanya mempengaruhi daya penguapan air laut.

d. Kondisi udara
Kecepatan angin, kelembaban udara dan suhu udara sangat mempengaruhi kecepatan penguapan air, dimana makin besar penguapan maka makin besar jumlah kristal garam yang mengendap.

e. Tanah
Sifat porositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan (kebocoran) air laut kedalam tanah yang di peminihan ataupun di meja. Bila kecepatan perembesan ini lebih besar daripada kecepatan penguapannya, apalagi bila terjadi hujan selama pembuatan garam, maka tidak akan dihasilkan garam. Jenis tanah mempengaruhi pula warna dan ketidakmurnian (impurity) yang terbawa oleh garam yang dihasilkan.

f. Pengaruh air
Pada kristalisasi garam konsentrasi air garam harus antara 25–29°Be. Bila konsentrasi air tua belum mencapai 25°Be maka gips (Kalsium Sulfat) akan banyak mengendap, bila konsentrasi air tua lebih dari 29°Be Magnesium akan banyak mengendap.


I. Teknologi Pembuatan Garam
A. Garam dari air laut dan air danau asin
Teknologi proses yang digunakan :
a. Penguapan melalui teknologi matahari (solar evaporation).
b. Proses pemisahan NaCl dengan aliran listrik (elektrodialisa).

B. Garam Tambang
Teknologi proses yang digunakan Langsung dilakukan pencucian terhadap hasil penambangan (washing plants), kemudian dilakukan pengeringan dengan centrifuge sampai mencapaikadar air 3 – 5 % (untuk menghasilkan garam bahan baku/garam kasar), dilanjutkan proses pengeringan lanjutan (drying). Hasil penambangan dilarutkan dalam air atau dapat juga dicairkan pada saat masih dibawah permukaan tanah. Kemudian larutan garam tersebut dijernihkan (sesedikit mungkin mengandung kotoran dan senyawa kimia yang dikehendaki), dan selanjutnya dikristalkan kembali dalam kolom kristalisasi (crystallization column), hasil rekristalisasi dikeringkan dikeringkan dan seterusnya seperti pada proses sebelumnya. (Burhanuddin, 2001).
Kristalisasi merupakan istilah yang menunjukkan beberapa fenomena yang berbeda berkaitan dengan pembentukan struktur kristal. Empat tahap pada proses kristalisasi meliputi pembentukan kondisi lewat jenuh atau lewat dingin, nukleasi atau pembentukan kristal inti kristal, pertumbuhan kristal, dan rekristalisasi atau pengaturan kembali struktur kristalin sampai mencapai energi terendah.
Kristalisasi menunjukkan sejumlah fenomena yang berkaitan dengan pembentukan struktur matriks kristal. Prinsip pembentukan kristal adalah sebagai berikut:
1. Kondisi lewat jenuh untuk suatu larutan seperti larutan gula atau garam.
2. Kondisi lewat dingin untuk suatu cairan atau lelehan (melt) seperti air dan lemak.
Untuk membentuk kristal, fase cairan (liquid) harus melewati kondisi lewat dingin (untuk lelehan). Kondisi tersebut dapat tercapai melalui pendinginan dibawah titik leleh suatu komponen (misalnya air) atau melalui penambahan sehingga dicapai kondisi lewat jenuh (misalnya garam dan gula) pada kondisi tidak seimbang ini, molekul-molekul pada cairan yang mengatur diri dan membentuk struktur matriks kristal. Kondisi lewat jenuh atau lewat dingin pada produk pangan diatur melalui proses formulasi atau kondisi lapangan. ( Estiasih, 2009).

C. Teknologi TUF Geomembran

1. Geomembran

Definisinya yaitu bahan yang berfungsi sebagai tahan iar, terbuat dari HDPE (Hight Desnsity Polyethylene) atau LDPE (Low Density Polyethylen). Geomembrane terbuat dari bahan tahan air, tahan terhadap korosi, miyak, asam dan panas tinggi, yang sedang trend saat ini.

 

2. Perpaduan dengan Geomembran

Fungsi dari geomembran utamanya adalah untuk menampung cairan, mengganti beton untuk penyimpanan air, melindungi tanah dari pencemaran air limbah. Sistem geomembran ini hanya ditempatkan  pada meja penggaraman, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari garamnya tersebut. Dengan menggunakan sistem ulir yang sudah dipakai oleh petani garam di Kabupaten indramayu, ditambah lagi dengan menggunakan sistem geomembran pada meja garam, akan menghasilkan garam yang berkualitas.
Pada proses pembuatan garam menggunakan TUF Geomembran membutuhkan modifikasi lahan tambak dengan penambahan ulir pada tahap peminihan dengan tujuan mempercepat proses penuaan air  laut sehingga saat tiba dipetak penampungan sudah mencapai (20 Be°) dan dengan penambahan geomembran untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas garam. Pada teknik TUF ini ulir dibuat berbentuk petakan kolam tanah yang berkelok-kelok dengan dasar yang tidak rata untuk membuat arus air secara alami sehingga terjadi proses penguapan yang dibantu cahaya matahari dan angin. Dengan adanya ullir filter ini diharapkan dapat mempercepat waktu penuaan air laut sehingga proses produksi lebih singkat dari 40 hari persiapan lahan sampai produksi menjadi 25 hari. Ketinggian air pada ulir berkisar 10 – 20 cm, perbandingan luas lahan peminihan dengan lahan meja garam (65 : 35) meja garam yang memakai geomembran dapat menghindari bocor mudah dirawat dan dapat segera digunakan pada musim garam tiba.
Secara garis besar lahan dan peralatan pada system TUF dan Geomembran terdiri dari, Saluran primer, kolam penampungan air muda (Buffer), kolam penguapan, kolam ulir terdiri dari empat kolam, kolam penampungan air tua (Bunker), kolam penggorengan, meja garam, kincir, mesin pompa, geomembran (Plastik terpal, HDPE, LDPE), dan filter yang terdiri dari paralon, ijuk, zeolit, arang batok serta waring.

Gambar 2. Layout Lahan Garam


Keterangan :
1.   Saluran Primer (in let)
2.   Tempat penampungan pertama (Buffer) ukuran 20 x 25 M2
3.   Kolam penguapan ukuran 20 x 25 M2
4.   Kolam penguapan dengan ulir pertama ukuran 20 x 10 M2
5.   Kolam ulir kedua ukuran 20 x 5 M2
6.   Kolam ulir ketiga ukuran 10 x 2 M2
7.   Kolam ulir keempat ukuran 20 x 2 M2
8.   Kolam penampungan air tua (Bunker) ukuran 20 x 20 M2
9.   Kolam penggorengan ukuran 30 x 20 M2
10. Meja garam

II. Proses Produksi Garam
A. Persiapan Lahan Produksi
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada persiapan lahan :
a. Penyiapan saluran pengaliran terdiri dari saluran pemasukan, saluran air muda, saluran air tua, saluran pemasukan dan pembuangan untuk mengalirkan air laut ke lahan pembuatan garam
b. Penyiapan galengan yang berfungsi melindungi areal pergaraman seperti galengan dikembalikan semula agar memiliki kekuatan maksimum, galengan meliputi :
c. Galengan sekitar tepi laut
d. Galengan sekitar saluran pembuangan dan saluran pengangkutan dengan melakukan pengambilan tanah dari dasar saluran
e. Galengan peminihan termasuk galengan penghalang dengan mengambil jarak 2 meter dari kaki galengan, galengan memiliki ukuran lebar 50 cm kemiringan (1 : 1) tinggi minimal 25 cm lebih tinggi dari tebal air yang ditentukan didalam peminihan.
f. Penyiapan lahan peminihan dasar tambak dan meja bertujuan untuk mengembalikan bentuk profil dasar tambak tersebut kebentuk semula, peminihan dan meja garam harus dibersihkan dari berbagai kotoran / sampah dan dipadatkan
g. Penyiapan lahan pembuatan ulir yang meliputi empat bagian ulir dan pada setiap saluran masuknya diberi filter
h. Penyiapan lahan meja garam meliputi perbaikan tanggul dan pengerasan dasar meja garam melalui proses pengeringan meja garam dan pengerolan lahan (pemadatan) minimal dilakukan dua kali sampai dasar lahan benar – benar keras baru kita melakukan pemasangan geomembran.
i. Penyiapan bahan untuk pembuatan filterisasi dari paralon dengan komposisi, ijuk, zeolit dan arang batok lalu ditutup dengan waring.

Gambar 3. Proses Pembuatan Garam


B. Sistem TUF dan Geomembran
Berdasarkan skema gambar diatas proses pembuatan garam dengan metode TUF dan Geomembran adalah sebagai berikut :
a. Pertama kali air masuk dari saluran primer lalu menggunakan kincir masuk ke penampungan pertama (Buffer)  2 – 3 Be° dengan kedalaman air 50 cm
b. Lalu dari buffer yang salurannya sudah dipasang Filter dialirkan ke meja penguapan 3 – 4 Be° dengan ketinggian air 10 – 15 cm
c. Dari meja penguapan lalu dialirkan ke meja ulir pertama dengan 4 – 6 Be°
d. Lalu setelah itu meja ulir pertama yang sudah dipasang filter dialirkan ke meja ulir kedua dengan 8 – 10 Be°, dari ulir kedua masuk ke ulir ketiga yang sudah dipasang filter dengan 12 – 15 Be°
e. Selanjutnya alirkan air ke Bunker (Tempat penyimpanan air tua) yang sudah dipasang filter biarkan selama 2 – 3 hari, apabila belum mencapai 20 – 25 Be° air tua dari bunker kita ulir kembali ke ulir pertama atau mempergunakan meja kristal sebagai ulir lanjutan sebelum menjadi air tua 20 – 25 Be° (*ketinggian air dalam Bunker 50 cm)
f. Setelah mencapai 20 – 25 Be° lalu suplai air tua ke meja – meja Kristal melalui meja penggorengan
g. Lakukan pengerasan pada meja penggorengan minimal dua kali pemadatan (dengan guluk/glebek)
h. Alirkan kepada meja kristal yang salurannya sudah dipasang filter dan geomembran lalu diamkan selama 10 hari dengan ketinggian air 5 – 10 cm
i. Setelah 10 hari kita lakukan pemanenan

C. Proses pemaenan garam dengan TUF Geomembran
a. Langkah pertama sebelum pengerikan yaitu mencincang atau meremukan  garam dalam meja kristal supaya pengerikan lebih mudah
b. Kerikan pertama pada bagian yang masih ada kandungan air nya agar garam bisa langsung bersih
c. Pada meja garam yang tidak ada airnya jangan dikerik karena bila dipaksa dasar lahan bisa rusak

Gambar 4. Lahan Garam


D. Proses pengeringan dan penirisan garam
Pengeringan garam dilakukan dengan maksud agar bitten garam dapat hilang sehingga kualitas garam menjadi lebih tinggi. Pengeringan dapat dilakukan dengan membuat gunung – gunungan garam dan dibiarkan sampai beberapa hari baru kemudian disimoan dalam gudang penyimpanan.

E.  Perbedaan Tradisional dan TUF Geomembran

 Tradisional
TUF+Geomembran
Pembuatan air baku dengan sistem penguapan air di dalam kolam kolam yang besar
Pembuatan air baku dengan sistem ulir ,  mempercepat kenaikan boume (setengah dari waktu pola tradisional)
tidak menggunakan filtrasi atau penyaringan air sehingga air baku yang dihasilkan kotor
Terdapat penyaringan air  di setiap tahapannya sehingga menghasilkan air yang jernih dan bebas kotoran
Proses penguapan pada meja garam lebih lama
Proses penguapan pada meja garam  lebih cepat
Warna garam lebih kusam dan kotor, sehingga perlu dilakukan pencucian
Memperoleh garam yang lebih jernih, bersih dan tidak perlu dilakukan pencucian
Membutuhkan tenaga yang besar
Tidak membutuhkan tenaga yang besar
Harga garam Rp. 200-300/kg
Harga garam Rp. 400-700/kg


F. Permasalahan Produksi Garam Rakyat
Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seiring dengan bertambahnya penduduk dan pesatnya perkembangan industri terhadap kebutuhan garam, hal ini ada beberapa  permasalahan pokok yang perlu diselesaikan secara bersama oleh instansi yang terkait dengan produksi garam nasional, adapun permasalahan tersebut diantaranya adalah tentang teknologi dan teknis produksi.

1. Bila ditinjau dari masalah teknologi
Petani garam dalam proses pembuatan garam  menggunakan cara yang sangat sederhana yaitu menguapkan air laut didalam petak pegaraman dengan tenaga sinar matahari tanpa sentuhan teknologi apapun, sehingga walaupun bahan baku melimpah namun salinitas dan polutan yang terlarut sangat beragam, disamping itu areal pegaraman terpencar-pencar dan kepemilikan lahan oleh rakyat sempit, adapun hal – hal yang lain adalah sebagai berikut :
a. Areal sarana
Luas areal pada pegaraman rakyat yang dimiliki secara perorangan sangat kecil yaitu berkisar antara 0,5 sampai dengan 5 hektar per unit dengan penataan petak peminihan dengan petak kristalisasi yang tidak memenuhi persyaratan dimana petak peminihan lebih sangat luas dibandingkan dengan petak kristalisasi
b. Proses
Secara umum dalam proses produksi garam rakyat adalah total kristalisasi , dimana air tua yang berada dimeja peminihahan bila dianggap mencukupi kepekatanya langsung dialirkan kemeja – meja kristalisasi, tanpa pengontrolan kepekatan larutan air garam yang memenuhi syarat. Selain hal tersebut juga didalam pemadatan atau pengolahan meja kristalisasi  kurang bagus atau kurang padat sehingga pada saat pemanenan kemungkinan permukaan meja tanahnya akan ikut terbawa sehingga warna kristal garam akan menjadi keruh atau coklat.
c. Produktifitas
Produktifitas rata – rata petani garam berkisar 60 ton sampai 80 ton  per hektar permusim dikarenakan petakan – petakan proses produksi garam masih belum tertata secara benar atau  tetap sama secara turun temurun tanpa sentuhan teknologi apapun
d. Mutu garam
Garam yang dihasilkan dalam  bentuk kristal yang kecil dan rapuh hal ini dikarenakan pada proses pelepasan air tua yang belum saatnya serta waktu pemanenan yang terlalu pendek yakni berkisar 3 s.d 5 hari

2. Masalah Teknologi Produksi
a. Teknis Produksi
Peralatan dan cara produksi masih sederhana, saluran air bahan baku tidak tertata sehingga pasokan air sebagai bahan baku tidak kontinyu, Kemampuan petani garam didalam mengolah lahan garam untuk peningkatan produksi  terpusat di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, sedangkan SDM di Indonesia Timur kualitasnya masih harus ditingkatkan.
b. Iklim
Musim kemarau di pulau jawa relative pendek yaitu berkisar 4 s.d. 5 bulan pertahun dengan kelembaban yang tinggi, sehingga produktivitas garam pertahun rendah, sedangkan untuk Indonesia timur musim kemarau hingga 7 s.d. 8 bulan
c. Produktivitas Lahan
Produktivitas lahan garam rakyat rata – rata masih rendah yaitu sekitar 60 s.d 80 ton/ha/musim
d. Kualitas Produk
Kualitas produk tidak seragam dengan kandungan zat pencemar yang tinggi. Sehingga untuk peningkatan kualitas atau pemurnian kristal garam melalui pencucian menyebabkan naiknya biaya, oleh Karena itu garam rakyat cenderung dijual dengan kualitas seadanya. Sebagai perbandingan garam konsumsi produksi PT. Garam mengandung NaCl 95 % – 97 %, sedangkan garam rakyat mengandung NaCl lebih kecil dari 95%.
e. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana garam rakyat belum tertata dan kurang memadai. Tata letak pegaraman rakyat umumnya tidak teratur dan terpencar-pencar, sarana jalan yang menghubungkan petak/lahan dengan jalan raya sebagai sarana transportasi hampir dikatakan tidak ada atau tidak memadai. Hal ini menyebabkan biaya angkut ke tepi jalan raya (transportasi ke atas truk pengangkut) menjadi tinggi sehingga pendapatan pembudidaya garam pada umumnya menjadi lebih kecil karena dipotong biaya transport yang cukup besar.
Berdasarkan masalah yang ada saat ini maka untuk meningkatkan produksi dan kualitas garam rakyat perlu ada sentuhan teknologi bagi pembudidaya garam rakyat. Adapun untuk peningkatan produksi perlu penataan lahan yang ada yaitu merobah lahan dari tradisional menjadi semi intensif , karena pada lahan tradisional umumnya terdiri dari : kolam penampung air muda, kolam peminihan, meja kristalisasi sedangkan kolam penampung air tua hanya ada disekitar meja kristalisasi yang berbentu parit. Pada lahan semi intensif terdiri dari kolam penampung air muda, kolam peminihan, kolam ulir , kolam penampung air tua dan meja kristalisasi. Dari perbedaan tersebut pada lahan semi intensif akan cepat didapat air tua yaitu dengan penambahan kolam ulir, dan untuk meningkatkan produksi garam diperluasnya meja kristalisasi hal ini tidak perlu dikawatirkan kekurangan air tua karena stok air tua sudah tersedia di kolam penampung air tua.
Sedangkan untuk meningkatkan mutu garam rakyat yang perlu dilaksanakan oleh pembudidaya garam adalah pengontrolan air tua yang akan dilepas kemeja kristalisasi dimana air tua yang akan dilepas harus mempunyai kepekatan 25° Be agar didapat kristal garam yang baik yaitu kristal garam tersebut tidak mudah rapuh dengan waktu pemanenan minimal 10 hari.
Selain hal tersebut yang perlu mendapat perhatian adalah kondisi meja kristalisasi, karena pada umumnya pembudidaya garam rakyat selama musim kemarau ingin memanen garamnya secara terus menerus, tidak lagi memperhatikan kondisi lapisaan atas meja kristalisasi, padahal dengan pemanenan yang terus menerus menyebabkan tanah lapisan atas meja kristalisasi akan rusak, sehingga akan didapat kristal garam yang warnanya keruh atau kecoklatan.  Untuk mencegah hal tersebut maka pada pembudidaya garam rakyat dalam proses pembuatan garamnya disarankan dengan TEKNOLOGI GEO MEMBRANE.


DAFTAR PUSTAKA
Aris Kabul, 2011. Ramsol,Dirjen KP3K Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia    Jakarta.
Pemberdayaan Garam Rakyat.2003. Direktorat Jendral Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran Departemen Kelautan dan Perikanan


Firman Pra Setia Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Kabupaten Banyuwangi