Rabu, 15 Agustus 2018

Mengenal Cacing Lumbricus


Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta dan hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (invertebrata). Cacing ini bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, terutama bagi masyarakat pedesaan. Namun hewan ini mempunyai potensi yang sangat menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia.  Jenis-jenis yang paling banyak dikembangkan oleh manusia berasal dari famili Megascolicidae dan Lumbricidae dengan genus Lumbricus, Eiseinia, Pheretima, Perionyx, Diplocardi, dan Lidrillus. Beberapa jenis cacing tanah yang kini banyak diternakkan antara lain : Pheretima, Perionyx, dan Lumbricus.
Cacing tanah jenis  Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih, jumlah segmen sekitar 27-32. Cacing jenis Lumbricus rubellus memiliki keunggulan lebih dibandingkan kedua jenis cacing yang lain diatas, karena produktivitasnya tinggi serta tidak banyak bergerak.
Cacing Lumricus rubellus merupakan salah satu dari sekian banyak species cacing tanah yang ada di muka bumi belakangan ini marak dibicarakan karena banyaknya manfaat yang bisa diberikan dalam kehidupan manusia, mulai dari sebagai pakan ternak, obat, kosmetik, penghasil pupuk organik, pelenyap sampah hingga makanan manusia.
Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi lebih baik. Selain itu, cacing tanah dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak. Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan kodok.Banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari cacing tanah menyebabkan prospek usahanya semakin cerah. Khususnya di dunia perikanan cacing  L. rubellus sangat cocok digunakan sebagai pakan untuk induk ikan karena komposisi nutrisinya yang sangat bagus, dimana kandungan proteinnya berkisar antara 64-76%.

Gambar 1. Cacing Lumbricus rubellus


A. Klasifikasi
Kingdom          : Animalia
Phylum            : Annelida
Class               : Clitellata
Order               : Haplotaxida
Family             : Lumbricidae
Genus             : Lumbricus
Species           : Lumbricus rubellus

Palungkung (2010) mengemukakan bahwa cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok Oligochaeta, termasuk dalam filum Annelida.  Filum annelida terbagi menjadi tiga kelas sebagai berikut :

1. Polychaeta
Disetiap segmennya terdapat sepasang kaki (parapodia). Jumlah segmennya lebih dari 200 segmen.  Contoh cacing  kelas ini adalah cacing wawo (lysidice oele) dan cacing Palalo (Eunice viridis).
2. Hirudinae
Tubuhnya pipi dan hidup sebagai predator di airlaut dan air tawar.  Memiliki dua alat pengisap makanan yang terletak dibagian anterior (mulut) dan posteriaor (anus).  Contoh cacing dari kelas ini adalah lintah (Hidudo menicinalis)
3. Oligochaeta
Kelas oligochaeta terbagi menjadi 12 famili.  Cacing dari kelas ini disebut dengan cacing tanah.  Beberapa famili yang terkenal adalah Lumbricidae, Acnthrodrilidae, Octochaetidae, dan megascoleidae.

Cacing tanah secara umum dapat dikelompokkan berdasarkan tempat hidupnya, kotorannya, penampakan warna, dan makanan kesukaannya. Cacing lumbricus  masuk dalam kelompok cacing Efigaesis yaitu cacing yang aktif dipermukaan.  Warnanya gelap kotorannya tidak tampak jelas dan tidak membuat lubang saat mengeluarkan kotoran.  Cacing ini memakan serasah dipermukaan tanah dan tidak mencernah tanah.

B. Ciri-ciri Fisik Cacing Lumbricus rubellus
Ciri-ciri fisik cacing tanah antara lain pada tubuhnya terdapat segnmen luar dan dalam, berambut serta mempunyai kerangka luar.  Tubuhnya dilindungi oleh kutikula  (kulit bagian luar), tidak memiliki alat gerak seperti kebanyakan binatang, dan tidak memiliki mata.
Cacing tanah tidak memiliki mata tetapi pada tubuhnya terdapat prostomium.  Prostomiumini merupakan organ saraf perasa dan perbentuk seperti bibir.  Organ ini terbentuk dari tonjolan daging yang dapat menutupi lubang mulut.  Prostomium terdapat dibagian depan tubuhnya.  Dengan adanya prostomium ini membuat cacing tanah peka terhadap benda-benda di sekelilingnya. Itulah sebabnya cacing tanah dapat menemukan bahan organik yang menjadi makanannya walaupun tidak punya mata.

C. Perkembangbiakan cacing tanah
Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur. Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api. Kokon ini diletakkan di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor. Diperkirakan 100 ekor cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama 7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon.

D. Anatomi Cacing Tanah
Tubuh cacing tanah sebagian besar terdiri dari air dan tersusun atas segmen-segmen (sekitar 95 segmen) yang dapat menyusut dan meregang untuk membantu cacing bergerak di dalam tanah. Cacing tanah tidak memiliki tulang, gigi, mata, telinga atau kaki. Cacing tanah memiliki lima jantung.
Cacing tanah memiliki organ perasa yang sensitif terhadap cahaya dan sentuhan (reseptor sel) untuk membedakan perbedaan intensitas cahaya dan merasakan getaran di dalam tanah. Selain itu, mereka juga memiliki kemoreseptor khusus yang bereaksi terhadap rangsangan kimia. Organ- organ perasa pada cacing tanah terletak di bagian anterior (depan/muka).
Kepala cacing tanah terletak pada bagian yang paling dekat dengan clitellum. Mereka biasanya bergerak searah bagian kepala menghadap saat berpindah tempat. Clitellum adalah segmen pada cacing tanah (mirip korset) tempat kelenjar sel. Fungsinya untuk membentuk kokon (kepompong) dari sekresi lendir dimana sel-sel telur akan diletakkan nantinya di dalam kokon ini.
Selama periode kekeringan, beberapa spesies cacing tanah akan kehilangan ciri-ciri seksual sekunder untuk sementara, seperti hilangnya clitellum. Saat keadaan membaik, clitellum akan terbentuk kembali. Clitellum juga bisa menghilang pada usia tua. Cacing tanah bernapas dengan kulit mereka yang tipis. Kulit cacing harus tetap lembab sepanjang waktu untuk memungkinkan untuk menghirup oksigen yang sangat dibutuhkan.
Oksigen yang masuk lewat kulit akan diikat oleh hemoglobin dalam darah dan akan diedarkan ke seluruh tubuh. Jika kulit mereka mengering, cacing tanah akan mati lemas. Kulit cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya matahari langsung ataupun suhu panas yang dapat membuat kulit mereka kering. Cacing tanah adalah hewan berdarah dingin (poikiloterm), mereka tidak mampu menghasilkan panas tubuh. Suhu tubuh mereka  dipengaruhi oleh suhu lingkungan.

E. Makanan Cacing Tanah
Dalam kondisi tepat, cacing tanah dapat makan sebanyak berat tubuh mereka per harinya. Sebagai contoh, 1 kg cacing tanah dapat makan 1 kg makanan setiap hari. Namun disarankan untuk memberikan makanan setengah dari berat tubuh cacing di awal pemeliharaan untuk selanjutnya disesuaikan dengan kemampuan makan cacing. Jika makanan terlalu banyak, tempat pemeliharaan akan menjadi bau karena cacing tidak dapat memproses semua makanan sebelum makanan membusuk. Terlalu sedikit, cacing akan kelaparan.
Cacing tanah akan makan apa saja yang bersifat organik yang dapat diuraikan dan harus lembab. Cacing tanah tidak bisa makan makanan kering. Makanan dicerna dalam ampela, yang bertindak seperti gigi untuk menggiling makanan. Usus memecahnya lebih lanjut dan keluar sebagai kotoran (castings) yang sangat bermanfaat bagi tanaman.


Firman Pra Setia Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Kabupaten Banyuwangi


Rabu, 08 Agustus 2018

MENCEGAH RESIKO HIGIENE


A. Pencucian dan penyimpanan peralatan pengolahan makanan
Peralatan dalam usaha pengolahan makanan terbagi dalam empat bagian besar, yaitu peralatan pemanas, peralatan pengolahan, peralatan penyimpanan makanan, dan peralatan yang membantu pengolahan. Peralatan ditentukan oleh menu. Dengan dasar ini maka akan terhindar dari pemilikan peralatan yang tidak perlu atau jarang digunakan. Pilihlah peralatan yang mudah dibersihkan. Peralatan makanan, meliputi piring, gelas, sendok, pisau, dan garpu. Peralatan dapat berupa peralatan kaca (china ware), logam (metal ware) atautembikar (ceramic ware). Peralatan masak, meliputi kuali, wajan, dandang,serokan, pisau, talenan, oven, dan lain-lain. Dengan menjaga kebersihan peralatan makan dan masak, telah mambantu mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi makanan yang dapat terjadi karena peralatan yang digunakan. Mencuci berarti membersihkan atau membuat menjadi bersih. Pengertian bersih secara awam bersifat relatif, artinya tidak sama ukurannya bagi setiap orang, waktu, tempat, atau keadaan. Higiene berarti memenuhi persyaratan bersih yang telah diakui berdasarkan persyaratan bersih. Pengertian higienis bersifat umum atau universal, artinya berlaku sama untuk setiap orang, waktu atau keadaan.

Gambar. Peralatan pada Perusahaan Perikanan (Sumber : https://tphpi.files.wordpress.com )

B. Teknik pencucian
Teknik pencucian yang benar akan memberikan hasil akhir pencucian yang sehat dan aman. Oleh sebab itu, perlu di ikuti tahapan – tahapan pencucian sebagai berikut.

1. Scraping
Memisahkan segala kotoran dan sisa-sisa makanan yang terdapat padaperalatan yang akan dicuci, seperti sisa makanan di atas piring, sendok, panci,dan lain-lain.

2. Flushing dan soaking
Mengguyur air di atas peralatan yang akan dicuci sehingga bersih dari noda sisa seluruh permukaan peralatan. Perendaman ( soaking ) dimaksudkan untuk memberi kesempatan peresapan air ke dalam sisa makanan yang menempelatau mengeras, sehingga menjadi mudah untuk dibersihkan atau terlepas daripermukaan alat. Waktu perendaman tergantung dari kondisi peralatan.Penggunaan perendaman dengan air panas (60°C) akan lebih cepat daripada airdingin. Minimal waktu perendaman adalah 30 menit – 60 menit.

3. Washing
Mencuci peralatan dengan cara menggosok dan melarutkan sisa makanan dengan zat pencuci, seperti detergen cair atau bubuk,  yang mudah larut dalam air sehingga sedikit kemungkinan membekas pada alat yang dicuci. Padatahap ini dapat digunakan sabut, tapas, atau zat penghilang bauyang dipergunakan, seperti abu gosok, arang, atau air jeruk nipis. Penggunaan sabun biasa sebaiknya harus dihindari, karena sabun biasa tidak dapat melarutkan lemak. Akibatnya, pembersihan lemak tidak sempurna dan kemungkinan bau. Sabun biasa agak sulit larut dalam airdan bila menempel di peralatan akan menimbulkan bekas (noda) bila peralatansudah kering.
Pada tahap penggosokan ini perlu diperhatikan bagian- bagian peralatan yang perlu dibersihkan lebih cermat, yaitu:
a) Bagian peralatan yang terkena makanan (permukaan tempat makanan). 
b)  Bagian peralatan yang kontak dengan tubuh (bibir gelas, ujung sendok). 
c)  Bagian yang tidak rata (bergerigi, berukir, dan berpori).

4. Rinsing
Mencuci peralatan yang telah digosok detergen sampai bersih dengan cara dibilas dengan air bersih. Pada tahap ini, penggunaan air harus banyak,mengalir dan selalu bertukar. Setiap alat yang dibersihkan dibilas dengancara menggosok- gosok dengan tangan atau sampai terasa kesat (tidak licin). Pembilasan sebaiknya dilakukan dengan air bertekanan yang cukup sehingga dapat melarutkan sisa kotoran atau sisa bahan pencuci. Tekanan air yang digunakan dianjurkan dengan tekanan 15 psi ( pound per square inches ) atau tekanan air yang digunakan sama dengan 1,2 kg/cm2.

5. Sanitizing
Tindakan sanitasi untuk membebashamakan peralatan setelah prosespencucian. Peralatan yang selesai dicuci perlu dijamin aman dari mikrobadengan cara sanitasi atau dikenal dengan desinfeksi. Cara desinfeksi yang umum dilakukan ada beberapa macam, yaitu: a) rendam air panas 100ºC selama 2 menit, b)larutkan chlor aktif (50 ppm), c) udara panas (oven), d) sinar ultra violet (sinar pagi 9.00 –11.00) atau peralatan elektrik yangmenghasilkan sinar ultraviolet, dan e ) uap panas ( steam ) yang biasanya terdapat pada mesin cuci piring ( dishwashing machine ).

6. Toweling
Mengeringkan dengan manggunakan kain atau handuk ( towel ) dengan maksud menghilangkan sisa-sisa kotoran yang mungkin masih menempelsebagai akibat proses pencucian, seperti noda detergen, noda  chlor . Prinsip penggunaan lap pada alat yang sudah dicuci bersih sebenarnyatidak boleh karena akan terjadi pencemaran sekunder (rekontaminasi). Toweling ini dapat digunakan dengan syarat bahwa towel yang digunakanharus steril serta sering diganti untuk sejumlah penggunaan. Yang palingbaik adalah sekali pakai ( single use ). Towel yang sudah digunakan dicucidan disterilkan dengan outctov sehingga benar-benar steril setiap akandigunakan. Dalam pembersihan peralatan yang meggunakan tindakan sanitasi kering ( sinar atau oven ), penggunaan towel sebaiknya tidak digunakan.

C. Tujuan pencucian
Tujuan mencuci peralatan makanan dan masak dengan menggunakasarana dan teknis pencucian dapat diuraikan sebagai berikut:

Untuk menghilangkan kotoran – kotoran kasar, dilakukan dengan :
  • Scraping atau pemisahan kotoran sebelum dicuci, agar prosesmencuci lebih mudah, kotoran kasar tidak menyumbat aluranpembuangan limbah dari bak pencuci;
  • Pemakaian sabut, tapas atau abu gosok, agar kotoran keras yang menempal dapat dilepaskan dengan peralatan;
  • penggunaan air bertekanan tinggi (15 psi) dimaksudkan agar dengantekanan air yang kuat dapat membantu melepaskan kotoran yangmelekat. 


Untuk menghilangkan lemak dan minyak, dengan cara :
  • direndam dalam air panas (60°C) sampai larutkan segera dicuci. Jangansampai dibiarkan kembali dingin, karena lemak akan kembalimembeku; dan 
  • direndam dalam larutan detergen (lemon shop) bukan sabun, karenasabun tidak melarutkan lemak.


Untuk menghilangkan bau amis pada ikan dengan cara :
  • melarutkan dengan air perasan jeruk nipis (lemon), dalam larutan pencuci(asam jeruk melarutkan lemak); 
  • menggunakan abu gosok, arang, atau kapur yang mempunyaidaya deodoran (antibau); dan 
  • menggunakan detergen yang baik (lemak yang larut akan melarutkan bau amis/ bau ikan).


Menggunakan tindakan sanitasi dan desinfeksi untuk membebaskan hama dan kuman dengan cara-cara berikut :
  • Direndam dalam air panas dengan suhu 80ºC selama 2 menit dan 100ºC selama 1 menit. 
  • Direndam dalam air mengandung chlor 50 ppm selama 2 menit atau dibubuhi kaporit 2 sendok makan dalam 100 liter air. 
  • Ditempatkan pada sinar matahari sampai kering.d) Ditempatkan pada oven penyimpanan piring.


Pengeringan peralatan yang telah selesai dicuci, dapat  dilakukan dengan menggunakan:
  • handuk khusus yang bersih dan tidak menimbulkan pengotoranulang, 
  • lap bersih sekali pakai yang tidak menimbulkan bekasnya, dan 
  • ditiriskan sampai kering dengan sendirinya.



D. Tes kebersihan
untuk menguji apakah pencucian itu berlangsung dengan baik dan benar, dilakukan pengukuran kebersihan pencucian dengan cara tes kebersihan sebagai berikut.

Tes kebersihan secara fisik dapat dilakukan sebagai berikut : 
  • Dengan menaburkan tepung pada piring yang sudah dicuci dalamkeadaan kering. Bila tepungnya lengket pertanda pencucian belumbersih. 
  • Menaburkan garam pada piring yang kering. Bila garam yang ditaburkan tadilengket pada piring, pertanda pencucian belum bersih. 
  • Penetesan air pada piring yang kering. Bila air jatuh pada piring ternyatamenumpuk/tidak pecah pertanda pencucian belum bersih.
  • Penetesan dengan alkohol, jika terjadi endapan pertanda pencucianbelum bersih. 
  • Penciuman aroma, bila tercium bau amis pertanda pencucian belum bersih.
  • penyimpsnsn, bila peralatan kelihatannya kusam/tidak cemerlang berarti pencucian belum bersih.


E. Inventarisasi
Sebenarnya mengelola inventaris adalah kegiatan yang sulit, karena harus mencatat bahan yang ada didalam refrigerator dan bahan yang ada digudang. Namun , inventarisasi penting dilakukan karena merupakan salah satu kegiatan manajemen yang dapat meningkatkan keuntungan. Penimbunan bahan makanan yang berlebihan akan mendorong terjadinyakontaminasi. Kegiatan inventarisasi makanan, meliputi produk makanan, produk minuman, dan non makanan, seperti lenan, alat pembersih, obat-obat kimia.

F. Fasilitas 
Fasilitas adalah aset yang memerlukan investasi yang besar dibandingkandengan aset yang lain. Dengan fasilitas usaha dapat menarik pembeli sehinggausaha menjadi lancar. Agar sanitasi dapat terjaga merancang berbagai fasilitas fisik termasuk lingkungan menjadi sangat penting. Lingkungan yang terjaga dengan aman,sehat, dan bersih menjadikan makanan dapat diterima di tempat yang layak,disimpan dengan baik, disiapkan, dan diolah dengan aman. Konstruksi lantai, dinding, langit-langit harus dibuat mudah dibersih- kan, bebasdari racun, dan dibuat sesuai keperluan. Demikian juga pen- cahayaan harus dapatmembantu meningkatkan keamanan dan sanitasi. Interior dan eksterior merupakan fasilitas yang harus dikembangkan sesuai dengan harapan konsumen. Fasilitas lainyang perlu diperhatikan adalah penyediaan air bersih, pipa untuk ledeng, saluran pembuangan kotoran, tempat sampah, dan penanganannya. Pengontrolan serangga danbinatang pengerat juga penting karena dapat membawa penyakit yang dapat menularke makanan.



Firman Pra Setia Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Kab. Banyuwangi