Selasa, 18 Juni 2019

TEKNIK BUDIDAYA RUMPUT LAUT EUCHEMA COTTONII DENGAN MODEL TERAPUNG


Eucheuma cottoni merupakan salah satu jenis rumput laut merah dan berubah nama menjadi Kappaphycus alvarezii karena keraginan yang dihasilkan termasuk fraksi kappa-karaginan. Umumnya Eucheuma tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu. Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu harian yang kecil dan substrat  batu karang mati.

Lingkungan yang cocok untuk budidaya Eucheuma adalah :
1.    Substrat stabil, terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya di daerah terumbu karang.
2.    Kedalaman air pada surut terendah 1 – 30 cm.
3.    Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang pantai.
4.    Kecepatan arus antara 20 – 40 m/menit.
5.    Jauh dari muara sungai, tidak mengandung lumpur dan airnya jernih.
6.    Suhu air berkisar 27 – 28oC, salinitas berkisar 30 – 37 ppt dan pH 6,5 – 8,5

Gambar 1. Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottoni 
Sistim Lepas Dasar. 
Metode ini merupakan perbaikan dari metode sebelumnya. Dimana pada daerah yang telah ditetapkan (lokasi budidaya) dipasang patok-patok secara teratur berjarak antara 50 – 100 cm.  Pada sisi yang berlawanan  dengan jarak 50 – 100 m juga diberi patok dengan jarak yang sama. Satu patok dengan patok lainnya dihubungkan dengan  tali jalur yang telah berisi rumput laut tersebut. Pada jarak 3 meter diberi pelampung kecil yang berfungsi untuk menggerakan tali tersebut setiap saat agar tanaman bebas dari lumpur (adanya sedimentasi)

Sistim Apung 
a. Metode rakit
Metode ini sering disebut metode rakit kotak, dibentuk dari empat buah bambu yang dirakit sehingga berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2,5 - 4 x 5 - 7 m.  Pada rakit tersebut dipasang tali pengikat rumput laut secara membujur dengan jarak 30 cm kemudian  rumput laut (bibit) diikat pada tali tersebut.   Berat bibit yang digunakan berkisar antara 50 – 100 gram. Setelah rumput diikat maka rakit tersebut ditarik dan ditempatkan pada lokasi yang telah ditetapkan dengan menggunakan dua buah jangkar pada kedua ujung rakit tersebut dengan kedalaman perairan berkisar antara 0,5 – 10 meter.

b. Metode Long Line berbingkai
Konstruksi metode ini semuanya terbuat dari tali PE. Adapun teknik pembuatan konstruksinya sbb : Menyiapkan tali PE Ø 0,10 cm sepanjang 260 m. Kedua ujung tali tersebut dihubungkan kemudian dirancang  hingga berbentuk persegi panjang berukuran 100 x 25 m. Pada keempat sudut  dilengkapi dengan empat buah pelampung yang berfungsi mempertahakan konstruksi agar tetap  berada pada permukaan air. Agar konstruksi tersebut tetap pada posisi yang diharapkan maka pada keempat sudut yang sama dilengkapi dengan enam buah jangkar. Setelah selesai menyiapkan konstruksi maka tahap berikutnya adalah menyiapkan 165 buah tali jalur yang terbuat dari tali PE Ø 0,5 cm. Tali tersebut dipotong masing – masing 25 m sesuai dengan panjang konstruksi. Pada satu tali jalur dipasang 120 tali coban (tali
titik) berjarak 25 cm yang berfungsi sebagai tempat mengikat bibit yang akan digunakan.
Bibit yang digunakan adalah tanaman muda dari hasil budidaya. Sebelum diikat bibit tersebut dipotong agar ukurannya sesuai dengan bobot yang dikehendaki. Untuk mengetahui perkembangan tanaman, ditentukan beberapa sampel dengan berat rata-rata 100 gram kemudian  setiap minggu  dilakukan penimbangan sampel tersebut.

Gambar 2. Budidaya Rumput Laut Metode Longline

c. Metode jalur (kombinasi)
Metode ini merupakan kombinasi antara metode rakit dan metode long line. Kerangka metode ini terbuat dari bambu yang disusun sejajar, pada kedua ujung setiap bambu dihubungkan dengan tali PE Ø 0,6 cm sehingga membentuk persegi panjang dengan ukuran 5 x 7 m. perpetak. Satu unit metode ini terdiri dari 7 – 8 petak dan pada kedua ujung setiap unit diberi jangkar.   Kegiatan penanaman diawali dengan mengikat bibit rumput laut ke tali jalur yang telah dilengkapi tali PE Ø 0,1 cm.  Setelah bibit diikat pada tali jalur maka tali jalur tersebut dipasang pada kerangka yang telah tersedia dengan jarak tanam yang digunakan minimal 25 cm x 30 cm.

Bibit
Dalam satuan unit usaha budidaya rumput laut diperlukan perhatian khusus tentang bibit yang digunakan. Disarankan, untuk setiap kegiatan usaha budidaya rumput laut harus memiliki rakit khusus sebagai penyuplai bibit. Karena dengan rakit khusus ini bibit yang digunakan dapat  tersedia setiap saat dan dapat memenuhi kriteria bibit yang baik.   Kriteria bibit yang baik:
1.    Bercabang banyak dan rimbun,
2.    Tidak terdapat bercak dan terkelupas,
3.    Warna spesifik (cerah),
4.    Umur 25 – 35 hari,
5.    Berat bibit 50 – 100 gram.

Penanaman
Kegiatan penanaman untuk semua metode relatif sama, penanaman diawali dengan mengikat rumput laut (bibit) ke tali jalur yang telah dilengkapi dengan tali pengikat rumput laut. Pengikatan bibit rumput laut harus dilakukan di lokasi yang terlindung dari sinar matahari langsung, umumnya dilakukan ditepi pantai di bawah pohon atau pondok yang disiapkan khusus.  Berat bibit yang ditanam berkisar antara 50 sampai 100 gram per ikatan.
Jarak tanam (jarak antar tali jalur) untuk metode  rakit dan metode jalur relatif sama yaitu 30 – 35 cm, sedangkan jarak tanam untuk metode long - line berkisar antara 50 – 100 cm.  Setelah selesai  mengikat rumput laut  maka tali jalur yang berisi rumput tersebut diikatkan pada kerangka yang telah tersedia.

Pengontrolan Rutin
Keberhasilan suatu usaha budidaya rmput laut sangat tergantung dari manajemen budidaya rumput laut. Kegiatan pengontrolan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan sesering mungkin untuk membersihkan   tanaman dari tanaman pengganggu dan juga untuk melakukan penyulaman terhadap tanaman yang terlepas.  Khusus untuk kegiatan penyulaman hanya dilakukan pada minggu pertama setelah rumput laut  ditanam.

Panen dan Pasca panen
Akhir dari kegiatan proses produksi budidaya rumput laut adalah pemanenan, oleh sebab itu kegiatan pemanenan hingga penanganan pasca panen harus dilakukan dengan memperhatikan hal-hal yang akan berpengaruh terhadap kualitas produk yang akan dihasilkan. Secara umum kebutuhan akan rumput laut Eucheuma cottonii (Kappaphucus alvarezii) adalah untuk mendapatkan bahan karagenan yang terkandung dalam rumput laut tersebut. Untuk mendapatkan rumput laut yang memiliki kandungan karagenan sesuai dengan kebutuhan industri maka beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan adalah sebagai berikut:

Umur
Umur rumput laut akan sangat menentukan kualitas dari rumput laut tersebut.   Jika rumput laut tersebut akan digunakan sebagai bibit maka pemanenan dilakukan setelah rumput laut berumur 25 – 35 hari karena pada saat itu tanaman belum terlalu tua.  Sedangkan jika rumput laut tersebut dipanen untuk dikeringkan maka sebaiknya pemanenan dilakukan pada saat rumput tersebut berumur 1,5 bulan atau lebih karena pada umur tersebut kandungan karaginan cukup tersedia. 

Cuaca
Hal kedua yang sangat penting pada saat panen adalah cuaca. Jika pemanenan dan penjemuran dilakukan pada cuaca cerah maka mutu dari rumput laut tersebut dapat terjamin. Sebaliknya jika pemanenan dan penjemuran dilakukan pada cuaca mendung akan terjadi proses fermentasi pada rumput tersebut yang menyebabkan mutunya tidak terjamin.

Cara Panen
Pembudidaya yang memiliki usaha dalam jumlah besar hendaknya melakukan kegiatan pemanenan dengan cara melepaskan tali jalur yang berisikan rumput laut siap panen. Rumput laut tersebut diangkut ke tepi pantai kemudian dirontokan dengan jalan memasang dua patok kayu dalam satu lubang kemudian kedua ujung patok atas direntangkan sehingga membentuk huruf Y.  Setelah itu dua sampai tiga ujung dari tali jalur yang berisikan rumput laut hasil panen tersebut dimasukkan ke antara kedua patok tersebut dan ditarik sehingga rumput laut rontok dan siap untuk dijemur. Hal ini akan menimbulkan luka yang cukup banyak pada rumput laut tersebut. Kondisi ini akan memberikan dampak yang kurang baik dimana pada luka tersebut akan mengakibatkan keluarnya air termasuk karagenan yang terkandung dalam rumput laut tersebut. Oleh sebab itu pemanenan yang baik adalah meminimalkan luka pada rumput laut dari setiap hasil panen tersebut.

Cara panen dan pasca panen hasil budidaya rumput laut yang dilakukan :
1.    Proses perontokan rumput laut dapat dilakukan seperti di atas tetapi cukup dengan satu tali jalur.
2.    Perontokan rumput dilakukan dengan memotong setiap tali pengikat rumput laut.
3.    Penjemuran rumput laut dilakukan sekaligus dengan tali jalur tanpa dirontokkan. Setelah hari ke dua rumput laut tersebut dapat dirontokkan dengan jalan memotong thalus tempat mengikat rumput laut tersebut.
4.    Penjemuran harus dilakukan diatas wadah penjemuran agar terhindar dari kotoran (sebaiknya di atas para-para).
5.    Penjemuran sebaiknya dilakukan selama 3 – 4 hari pada cuaca cerah (apabila cuaca mendung maka penjemuran dapat dilakukan lebih dari 4 hari).
6.    Hindari rumput laut yang dijemur dari air hujan dengan cara menyiapkan plastik atau terpal di lokasi penjemuran.
7.    Hindari rumput laut yang dijemur dari air hujan dengan cara menyiapkan plastik atau terpal di lokasi penjemuran.

Rumput laut industri kualitas eksport harus mempunyai kondisi sebagai berikut: 
a.    Umur panen 45 hari atau lebih,
b.    Kurangi luka pada thallus saat panen,
c.    Penjemuran dilakukan di atas wadah,
d.    Kadar air 30 – 35 % dan
e.    Kemurnian minimal 97 %



Firman Pra Setia Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Kab. Banyuwangi