Selasa, 23 Oktober 2018

Mengenal Ikan Koi


Ikan Koi dan ikan Mas mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat dekat karena berasal dari famili, genus dan spesies yang sama. Menurut Hikmat (2002 ), sistematika ikan koi adalah sebagai berikut :
            Phyllum           : Chordata
            Subphyllum     : Vertebrata
            Superclass      : Pisces
            Class               : Osteichthyes
            Subclass         : Actinopterygii
            Ordo                : Cypriniformes
            Subordo          : Cyprinoidea
            Family             : Cypridae
            Subfamily        : Cyprinidae
            Genus             : Cyprinus
            Species           : Cyprinus carpio

Ikan Koi mempunyai bentuk tubuh seperti torpedo yang mempunyai seperangkat alat gerak berupa sirip. Sirip-sirip yang terdapat pada koi terdiri dari sebuah sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sebuah sirip anus dan sebuah sirip ekor. Untuk bisa berfungsi sebagai alat gerak, sirip ini terdiri dari jari-jari keras, jari-jari lunak dan selaput sirip. Jari-jari keras adalah jari-jari sirip yang kaku dan patah jika dibengkokan, jari-jari lunak akan lentur dan tidak patah jika dibengkokkan yang letaknya berada dibelakang jari-jari keras, sedangkan selaput sirip merupakan sayap yang memungkinkan koi mempunyai tenaga dorong yang lebih kuat ketika berenang. Sirip dada dan sirip ekor hanya mempunyai jari-jari lunak, sirip punggung terdiri dari 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak, sirip perut terdiri dari 9 jari-jari lunak dan sirip anus mempunyai 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak (Susanto, 2002).
Gambar 1. Ikan Koi

Pada sisi badan di bagian tengah antara kepala dan ekor, terdapat gurat sisi (linea lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran suara.  Garis ini terbentuk dari urat yang berada di sebelah bagian dalam sisik yang membayang hingga ke sebelah luar. Selain itu pada bagaian tubuh ikan koi juga dilindungi atau tertutup oleh selaput yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan epidermis dan lapisan endodermis. Lapisan epidermis terdiri dari sel-sel getah yang menghasilkan lendir (mucus) pada permukaan badan, cairan ini berfungsi untuk melindungi permukaan badan atau menahan parasit yang menyerang koi. Lapisan endodermis terdiri dari serat-serat yang penuh dengan sel, pangkal sisik dan sel warna. Empat macam sel warna yang berbeda memproduksi melanophore (hitam), xantophore (kuning), erythrophore (merah) dan guanophore (putih) (Hikmat, 2002)
Koi hidup pada iklim sedang di perairan tawar, mereka cocok hidup pada 8-300C. Koi tidak tahan mengalami goncangan penurunan suhu yang drastis dan tiba-tiba, penurunan suhu hingga 50C dalam tempo yang singkat dapat menyebabkan koi koleps. Jika tubuhnya diselimuti lapisan putih, hingga suhu mencapai  7 0C biasanya koi akan beristirahat di dasar kolam dan masih bisa bertahan hidup pada suhu 2-30C (Susanto, 2002). Koi merupakan ikan air tawar yang masih dapat hidup pada air dengan salinitas 10 ppt, selain itu juga termasuk ikan omnivora atau pemakan segala (Hikmat, 2002). 
Amri dan Khairuman (2002), menyatakan bahwa ikan Mas dan Koi adalah jenis ikan air tawar yang berkerabat sangat sangat dekat karena merupakan spesies yang sama tetapi berbeda ras atau strain, begitu juga dalam siklus hidupnya sama dengan ikan Mas. Perkembangan di dalam gonad yakni ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur, dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma. Embrio akan tumbuh dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa. Dua sampai tiga hari telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva dengan ukuran berkisar antara 0,5-0,6 mm dengan bobot antara 18-20 mg. Larva kemudian akan berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari, setelah 2-3 minggu kebul akan menjadi burayak (stadia benih) yamg mempunyai ukuran panjang 1-3 cm dan bobot 0,1-0,5 gram. Dalam waktu 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih besar) yang mempunyai ukuran panjang 3-5 cm dengan bobot 0,5-2,5 gram, dan dalam waktu tiga bulan putihan akan tumbuh menjadi gelondongan (ikan remaja) yang mempunyai bobot 100 gram dan gelondongan tersebut akan tumbuh terus sampai menjadi induk.
Fekunditas adalah jumlah telur yang terlepas pada ovarium sebelum berlangsungnya pemijahan (Sutisna dan Sutarmanto, 1995). Fekunditas sangat mempengaruhi terhadap jumlah anakan yang dihasilkan. Pada umumnya fekunditas berhubungan dengan berat badan, umur, ukuran telur, dan cara penjagaan (parental care).  Satu ekor induk betina Koi dapat meghasilkan telur 200.000-400.000 butir telur (Utami, 1995).

Varietas Koi  
Menurut Kuroki dalam Susanto (2002), terdapat beberapa macam varietas Koi, diantaranya adalah :
  1. Kohaku adalah  varietas koi berwarna putih dengan bercak merah dibandannya.
  2. Taisho-Sanke adalah varietas koi mempunyai warna badan putih dengan bercak merah pada bagian badannya.
  3. Showa-sanke adalah verietas koi yang berwarna hitam dengan bercak putih dan merah dibadannya,
  4. Utsurimono adalah veriatas koi yang mempunyai warna hitam dengan bercak putih berbentuk kerucut di bagian badannya.
  5. Bekko adalah veriatas koi yang mempunyai warna putih, merah dan kuning.
  6. Asagi adalah varietas koi yang mempunyai badan berwarna biru atau kuning kebiruan.
  7. Shusui koi yang mempunyai sisik besar-besar, kulitnya lembut dan mempunyai tanda merah ditubuhnya.
  8. Koromo adalah koi yang mempunyai warna hitam.
  9. Kawarimono koi yang mempunyai warna hitam, kuning, hitam putih dan hijau.
  10. Ogon koi yang badannya berwarna emas (golden).
  11. Hikarimoyo mempunyai warna emas dan perak dengan kepala jernih.
  12. Kinginrin koi yang mempunyai tanda perak di badannya.
  13. Tancho koi yang mempunyai warna putih dengan tanda merah hanya pada bagian kepalanya.
Pada awalnya para pecinta ikan hias hanya mengenal satu macam warna koi yang polos, yaitu hitam (Karisugoi dan Sumigoi), putih (Shiromuji), kuning (Kigoi), merah (Hihoi, Hemigoi, Akagoi), keemasan (Kingoi) dan putih keperakan (Gingooi). Dari koi berwarna polos tersebut kemudian muncul koi dengan pola kombinasi dua warna, tiga warna dan multiwarna. Di kalangan para penggemar koi dikenal berbagai varietas Koi yang mempunyai nama tersendiri, pembagian varietas atau pemberian nama tersebut berdasarkan pada keindahan warna ikan koi tersebut.

Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan terpisah dengan kolam pemeliharaan, kolam pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri. Luas kolam untuk pemijahan ukurannya dapat bervariasi, untuk kolam sempit dapat menggunakan ukuran 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m  dan untuk kolam luas dapat menggunakan ukuran 6-10 m2. Lokasi kolam pemijahan harus cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut dan terlindung dari jangkauan hewan lain (Hardjo, 2004).

Kolam penetasan
Selain kolam pemijahan harus disediakan juga kolam penetasan telur dan pemeliharaan benih. Penetasan dapat dilakukan dikolam pemijahan atau di tempat terpisah. Setelah telur menetas dan sudah dapat berenang kemudian dipindahkan ke kolam pemeliharaan benih. Susanto (2002), menyatakan bahwa kolam penetasan dapat dibuat secara terpisah dengan kolam pemijahan.



DAFTAR PUSTAKA


Afrianto, D. dan E. Liviawati. 1990.  Budidaya Mas Koki dan Pemasarannya. Kanisius. Yogyakarta.  

Afrianto, D. dan E. Liviawati. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Jakarta.  

Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Amri, K. dan Khairuman. 2002. Menanggulangi Penyakit Pada Ikan Mas    dan      Koi. Agromedia. Jakarta.

Bachtiar, Y. 2004. Ikan Hias Air Tawar Untuk Ekspor.  Agromedia. Jakarta.

Ditjenkanbud (Direktorat Jendaral Perikanan Budidaya). 2006. Kebijakan dan       Program Prioritas Tahun 2007. Ditjen     Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan

Effendi, M.I. 1979.  Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.

Effendy, H. 1993. Mengenal Bebeberapa jenis Koi. Kanisius. Jakarta.

Hikmat, K. 2002. Koi Siikan Panjang Umur. Agromedia. Jakarta.

Hardjo, B. 2004. Pemijahan Ikan Koi Secara Alami. http://www. Blitar koi. Info Pusat informasi dan penjualan.go.id.
\
Khairuman, Dodi Sutenda dan Bambang Gunadi. 2002. Budidya Ikan Mas Secara Intensif. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Pasaribu, A. 1993. Analisa Budidaya Udang intensif dan Semi Intensif. Budidaya Pantai Maros Sulawesi Selatan.

Putranto, A. 1995. Budidaya Produktif Ikan Mas. Karya Anda. Surabaya.

Ria, A. 1995. Seleksi Induk Koi dari Tiga Tipe Pola. Pusat Informasi Pertanian (PIP). DEPTAN.

Ryanto. 1995. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Rausin. 2003. Manajemen Pembesaran Kerapu Macan di Keramba Jaring  Apung.
Loka Budidaya Laut Batam. Batam. Hal 1-47.

Soeharto. 1999. Manajemen Proyek dari konseptual Sampai Operasional. Erlangga.
Sudarsono dan Sudjiharno. 1998. Analisa Usaha Skala Menengah. Pembenihan Ikan Kerapu macan. Ditjenkan. Balai Budidaya Laut Lampung.

Sukamajaya, Suharjo dan Aminudin. 2004. Pengembanagan Rekayasa Reproduksi Benih Ikan Hias Koi (Cyprinus carpio). BBAT  Sukabumi.

Sutisna, D. H. dan Ratno Sudarmanto. 1995.  Pembenihan Ikan Air  Tawar.         
Kanisius. Jakarta.

Susanto, H. 2002 . KOI. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suseno, D. 2002. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Utami. 1995. Pembenihan Ikan Koi Juara. Pusat Informasi Pertanian (PIP).  DEPTAN


Firman Pra Setia Nugraha, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Kab. Banyuwangi